Oleh. Didi Diah, S.Kom. (Pemerhati Sosial)
Belum lama ini, Indonesia dibuat geger karena video yang beredar dari Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri yang terkesan nyinyir tentang ibu-ibu yang suka mengikuti pengajian, yang ia cap sampai lupa mengurus pekerjaan rumah dan anaknya. Ucapan itu ia sampaikan di tengah acara Kick Off Pancasila dalam Tindakan Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting, Kekerasan Seksual pada Anak dan Perempuan, KDRT, dan Bencana Alam oleh BPIP Bersama BKKBN dan BRIN Kamis, 16 Februari lalu.
Bukan saja menjadi viral, namun pernyataan beliau menjadi sebuah polemik di tengah masyarakat. Padahal, aktivitas yang dianggap pelalain tugas domestik kaum Ibu terbantahkan bahwa aktivitas pengajian merupakan bagian dari menuntut ilmu dalam pandangan agama Islam yaitu hukumnya fardhu ‘ain.
Pengajian kaum ibu yang memang sudah menjadi kegiatan rutin baik di kalangan masyarakat bawah hingga pengajian para pengusaha itu adalah bukti bahwa majelis ilmu itu adalah tempat alternatif untuk memahami berbagai hukum Islam secara kaffah yang dibutuhkan setiap insan dalam mengarungi kehidupan, termasuk mengatur rumah tangga serta mendidik anak.
Kondisi hari ini, begitu banyak keluarg muslim yang terjebak dalam kehidupan sekuler kapitalistik hingga tak mampu menggapai makna kebahagiaan hakiki. Hal itu bisa saja terjadi karena jauhnya mereka dari agama, agama buat mereka bisa jadi hanya status tanpa memahami hakikat hidup beragama. Begitu rapuh dan kosong jiwa mereka dalam menjalani kehidupan saat ini, makna bahagia hanya diartikan sebatas materi dan kedudukan.
Akhirnya, banyak kegagalan-kegagalan yang dirasakan umat. Mereka tersadar bahwa ada hal yang mereka lupa yaitu mendekatkan diri pada Sang Maha Pencipta, Allah SWT.
Maka, wajar saja jika hari ini majelis-majelis ilmu menjadi tempat terindah mereka untuk mengenal dirinya, serta hidupnya juga menjalankan kewajibannya sebagai makhluk. Karena, sebagian umat menyadari itu sudah bukan di usia muda yang dengan mudah mereka mendapatkan ilmu di bangku sekolah. Pengajian-pengajian yang dibentuk beberapa komunitas adalah menjadi wadah mereka untuk belajar mengenal Tuhan mereka, apa saja kewajiban-kewajiban mereka, mengakui kesalahan dan kekurangan mereka. Mereka tersadar bahwa ilmu agama yang mereka dapatkan selama ini hanyalah dilakukan sebatas penuntasan kewajiban sekolah, bukan memaknai dalam setiap jengkal kehidupan mereka.
Ilmu agama yang selama duduk di bangku sekolah hanya kurang lebih 2 jam dalam seminggu, selebihnya hanyalah ilmu alat yang mereka pelajari rasanya tak berbekas sebagai bekal memaknai kehidupan selanjutnya.
Jauhnya umat Islam dari agama adalah pangkal persoalan rusaknya benteng rumah tangga dan lahirnya jutaan masalah umat hari ini yang tidak terselesaikan dengan hukum yang jauh dari sumbernya yaitu Al-Qur’an. Maka, hadirnya pengajian-pengajian di tengah ummat adalah oase bagi mereka. Banyak hal yang mereka dapatkan di dalam kegiatan pengajian yatu pemahaman yang kaffah untuk membentuk kepribadian yang salih maupun salihah. Apalagi jika pengajian-pengajian yang ada diberikan kemudahan serta perlindungan oleh negara, karena sesungguhnya fungsi negara adalah menjaga kewarasan akidah umat.
Mengapa harus dilindungi oleh negara? Karena, mengaji Islam kaffah adalah bagian dari program pembinaan kepribadian setiap individu yang terintegrasi dalam kebijakan negara yang akan mampu menghasilkan individu yang beriman dan bertakwa, tinggi taraf berpikirnya, kuat kesadara politiknya yang juga menjadi bekal para Ibu untuk mendidik anaknya menjadi muslim yang berkepribadian Islam, sebagai generasi pemimpin masa depan.
Ngaji itu Wajib dan Penting
Sesungguhnya, mengkaji Islam itu wajib dan penting bagi setiap muslim agar selamat dunia dan akhirat. Rasulullah saw. menegaskan kewajiban mengkaji Islam,
“Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim”. (HR Ibnu majah)
Selain wajib dan penting, mengkaji Islam juga mencerdaskan umat. Banyak hal yang dapat dibahas Islam sebagai solusi permasalahan ummat. Mulai dari masalah akidah hingga syariat, ibadah hingga muamalah, bahkan ekonomi hingga politik dalam, dan luar negeri.
Kini, para ibu mempunyai semangat menjaga diri dan keluarganya serta mampu menjadi benteng pertahanan keluarga dari hal-hal pengaruh efek kehidupan Barat yang hedonis dan tak mampu meletakkan fondasi terbaik. Mereka kini mampu menjadi bagian terkuat dari sebuah keluarga untuk menjadi partner terbaik para suami mereka, menjaga rumah tangganya dengan ilmu yang mereka dapatkan di kajian-kajia majelis ilmu atau pengajian. Bisa dipastikan tak kan mungkin hasil dari pengajian mereka akan melupakan tugas utama mereka sebagai ummun warobatul bait.
Maka dengan mendakwahi Islam, hasil ikut kajian Islam akan banyak keluarga Islam yang terselamatkan dari bahaya kehidupan sekuler yang amburadul, seperti perselingkuhan, perceraian, KDRT, dan segala hal maksiat yang sungguh luar biasa menjadi racun yang mematikan bagi keluarga mereka dan mereka paham bahwa semuanya itu adalah haram.
Maka, berbahagialah umat Nabi Muhammad saw. atas semangat umatnya untuk bangkit yang sesungguhnya dalam kehidupa mereka yaitu mengkaji Islam lebih kuat serta kaffah.
Wallahu a’lam bisshowwab