SAYA INGIN PUNYA PILIHAN

_(c) Fahmi Amhar_

Sebenarnya saya tidak ingin golput Saudara !

Saya ingin memilih orang-orang shaleh yang cendekia,

yang peduli pada nasib rakyat, amanah saat bekerja,

dan berani menentang arus koruptif yang merajalela.

 

 

Tapi di manakah orang-orang langka itu kini berada ?

Ternyata mereka tidak dicalonkan oleh partai-partai yang ada …

karena mereka bukan kader, bukan kerabat atau teman ketua,

juga tidak mampu mempersembahkan “gizi” dan “amunisi” yang diminta.

Kalaupun dicalonkan, mereka ditaruh di dapil-dapil kering merana,

yang insya Allah di situ partai akan sedikit mendulang suara.

Lantas saya harus memilih siapa ?

 

 

Sebenarnya saya tidak ingin golput Saudara !

Saya ingin memilih partai yang serius membangun bangsa,

mengedukasi rakyat tentang politik luhur tak hanya jelang pilihan raya,

mengadvokasi rakyat ketika ada yang salah pada kebijakan penguasa,

mengagregasi rakyat agar bersatu dalam bhinneka tunggal ika,

dan mengartikulasi suara rakyat yang sesuai nurani mereka.

 

 

Tapi di manakah partai-partai langka itu kini berada ?

Ternyata tidak lolos verifikasi administrasi dari KPU mereka,

karena mereka tidak ingin memenuhi beberapa prosedur secara rekayasa.

Bila terpilihpun, belum tentu mereka akan duduk di kursi singgasana,

karena ada aturan parlementary threshold dan seabreg yang lainnya.

 

 

Sebenarnya saya tidak ingin golput Saudara !

Saya ingin memilih politisi yang paham demokrasi dengan sempurna,

agar di parlemen nanti dia tidak menciptakan hukum yang dibenci surga.

Tetapi saya ingin dengar dari mulut mereka,

janji yang serius untuk mengganti semua UU yang durhaka,

menjadi sistem yang taat pada Sang Pencipta Jagad Raya.

 

 

Tapi di manakah politisi langka itu kini berada ?

Ternyata mereka tidak mencalonkan diri di pilihan raya,

karena mereka tidak ingin mengikuti logika jumlah suara,

entah suara ulama dengan suara pelacur sama harganya,

atau suara cendekia sudah dikebiri suara para pengusaha.

Mereka juga belum melihat pemilu akan mengganti suasana,

karena tergantung juga seberapa “tersesat” kita kini tengah berada.

Mereka yang tersesat hanya akan memilih penyesat sebagai juara,

bahkan yang luruspun akan berpura-pura menjadi terperdaya …

 

 

Sebenarnya saya tidak ingin golput Saudara !

Saya ingin ikut berjuang bersama orang-orang yang berbuat nyata !

Memperbaiki negeri dari dasarnya, bukan sekedar membangun citra !

Bukan yang mengajak orang memilih, lalu lima tahun melupakannya !

 

 

Saya takut pada hari di mana diminta pertanggungjawaban kita.

“Mengapa kau pilih dia padahal dia tidak berhukum pada Kitab-Nya?”

“Mengapa kau pilih dia padahal dengan penjajah dia bermanis muka?”

“Mengapa kau pilih dia padahal umat tak pernah dibelanya?”

“Mengapa kau pilih dia padahal dia tak jelas kompetensinya?”

“Mengapa kau pilih dia padahal di sidang tak pernah terdengar suaranya?”

“Mengapa kau pilih dia padahal soal lancung partainya itu sudah biasa?”

Aduh kepada Tuhan nanti saya harus bilang apa?

 

 

Dan saya pun sayup-sayup mendengar juga …

“Jangan golput, nanti “pihak sana” yang mendominasi dan berkuasa!”

“Jangan golput, itu sikap paling pengecut dan sangat tidak dewasa!”

“Jangan golput, itu perbuatan setan karena membuat pemilu sia-sia!”

Tapi saya harus memilih siapa?

Memilih dia ? Mengikuti pilihannya ? enak saja …

Setelah terpilih dia toh akan akan berkoalisi dengan “pihak sana” …

 

 

Lalu ada yang angkat bicara, “Kenapa tidak Anda saja calonnya?”

“Iya kenapa Anda tidak bikin partai saja, biar kita bisa pilih bersama?”

“Supaya kita juga ada pilihan dan tidak hanya bermuram-durja?”

 

 

Betul, tapi ini sebuah kompetisi yang dirancang tidak untuk kita !

Ini sebuah kompetisi untuk mengokohkan hegemoni penguasa dunia !

Ini sebuah kompetisi yang tak mungkin kita menangkan selamanya !

 

 

“Lho, belum-belum Anda sudah putus asa ?”

Tidak, tetapi sejarah telah berulang kali membuktikannya !

Maka Teladan Utama kita menunjukkan jalan yang teruji bijaksana.

Yakni jalan dakwah, mengubah pribadi dan opini umum kaumnya.

Lalu merebut hati orang-orang kuat agar mendukung tanpa syarat apa-apa.

 

 

Karena tanpa perubahan opini umum, partai terbaikpun tak dapat suara.

Dan tanpa merebut hati orang kuat, kemenangan itu fatamorgana.

 

 

“Tapi jalan dakwah itu lama, bagaimana kalau besok kita sudah binasa?”

Betul, jalan dakwah itu berliku dan membosankan mayoritas kita !

Tapi ini jalan yang diwariskan para Nabi yang mulia !

Nabi Nuh telah berdakwah sembilanratus limapuluh tahun lamanya !

Nabi Muhammad menolak tawaran Quraisy untuk berkuasa,

selama itu tidak untuk menerapkan apa yang diwahyukan Rabb-nya.

 

 

Jadi, kalau ingin kami tidak golput Saudara,

jangan hujat kami dengan kata-kata yang menambah kami terluka !

Tetapi perbaikilah dan pantaskanlah calon dan partai Anda !

Tunjukkanlah keseriusan untuk meninggikan kalimat Allah azza wa jalla.

Tunjukkanlah kompetensi yang pantas dalam soal akherat dan dunia.

Dan tak perlu bermanismuka dengan penjajah siapapun wujudnya.

 

Insya Allah masih ada masa, dan kami akan bersama Anda !

 

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi