Generasi Rusak Tanpa Pembinaan, Bukti Negara Abai

 

Oleh. Dzakiyah Kadziyah Al Khansa Wahdah, S.Pd. Gr.
(Guru dan Pemerhati Remaja)

Konser Blackpink di Indonesia lebih tepatnya di ibu kota Jakarta baru saja digelar dengan penonton yang jumlahnya ribuan. Konser digelar selama dua hari, yakni 11-12 Maret 2023 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) dengan diawali oleh soundcheck pada pukul 14.00 WIB dan konser utama yang dimulai pada pukul 19.00 WIB. Mayoritas penonton adalah remaja dan anak-anak yang menganjak remaja. Harga tiket yang hampir mencapai 10 juta pertiketnya ludes di beli (cnbcindonesia.com, 12/3/2023).

Tetapi, mari kita tengok dari sudut pandang yang lainnya. Data dari World Inequality Report 2022 menyebutkan bahwa selama periode 2001-2021, sebanyak 50% penduduk Indonesia hanya memiliki kurang dari 5% kekayaan rumah tangga nasional. Sedangkan 10% penduduk lainnya memiliki sekitar 60% kekayaan rumah tangga nasional pada periode yang sama. Di tahun 2021 sendiri, rasio kesenjangan pendapatan di Indonesia berada di level 1 banding 19, itu artinya populasi dari kelas ekonomi teratas memiliki pendapatan rata-rata 19 kali lipat lebih tinggi dari populasi kelas ekonomi terbawah. Itu artinya, kesenjangan ekonomi di Indonesia masih sangat tinggi.

Sikap Hedonis Generasi
Peristiwa ini mengambarkan kegagalan pemerintah dalam membina generasi. Meski membutuhkan biaya besar, para penggemar yang didominasi remaja ini rela berkorban finansial demi berjumpa sang idola. Hal ini sungguh kontras dengan kondisi perekonomian Indonesia. Banyak orang miskin dan di-PHK, bahkan kemiskinan ekstrem juga marak terjadi. Namun, para remaja rela mengeluarkan jutaan rupiah hanya demi menonton konser.

Fenomena ini sungguh memprihatinkan karena menunjukkan budaya hedonisme sekaligus buruknya prioritas amal para remaja tersebut. Padahal, uang jutaan tersebut lebih bermanfaat jika digunakan untuk biaya pendidikan ataupun keperluan lainnya yang lebih urgen.

Antusiasme masyarakat (terutama remaja) terhadap konser Blackpink merupakan cermin kondisi generasi muda kita hari ini, terlebih para remaja muslimah. Banyak penonton yang hadir tampak mengenakan hijab. Bahkan bisa kita pastikan mayoritas penonton adalah muslimah, mengingat penduduk negeri ini yang mayoritas muslim.

Mirisnya, para muslimah itu asyik dan larut bergoyang mengikuti alunan musik. Padahal, figur publik yang mereka saksikan di panggung mengumbar aurat dan menyajikan koreografi yang menonjolkan kecantikannya. Sungguh kontras, ketika para muslimah menutup auratnya, mereka justru mengelu-elukan perempuan yang mempertontonkan aurat. Sayangnya, sepertinya hal seperti ini dianggap wajar saja. Apalagi mengingat personel Blackpink yang nonmuslim sehingga seolah sah-sah saja buka-buka aurat.

Konser ini dan yang sejenisnya, sungguh berbahaya karena mengusung gaya hidup Barat yang memuja kebebasan. Aturan agama diabaikan, yang penting happy. Para muslimah yang seharusnya menjaga kehormatan dan kemuliaannya, justru menanggalkan rasa malunya dan berlenggak-lenggok mengikuti idolanya.

Tampak bahwa negara tidak memiliki visi dan misi pendidikan yang jelas terhadap generasi. Akibatnya, negara salah meletakkan prioritas dan kebijakannya justru menumbuhsuburkan praktik hedonisme. Serangan budaya dari luar diterima dan difasilitasi dengan biaya besar, sedangkan ikhtiar sebagian pihak memberi pemahaman yang benar pada generasi muda melalui dakwah amar makruf nahi mungkar justru dilarang dan dikriminalisasi.

Jika hal ini diteruskan, para remaja akan makin jauh dari Islam. Berbagai kerusakan generasi, seperti pergaulan bebas, aborsi, kenakalan remaja, kriminalitas, narkoba, dsb. akan makin parah. Jika demikian, bagaimana nasib negeri ini pada masa depan?

Islam Mendidik dan Melindungi Remaja
Islam memiliki visi pendidikan yang jelas, yaitu mewujudkan khairu ummah (umat yang terbaik). Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam QS Ali Imran ayat 110:

كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahlulkitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, tetapi kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.”

Tujuan pendidikan Islam adalah mewujudkan generasi berkepribadian Islam, yaitu yang memiliki pola pikir dan pola jiwa Islam. Dasar pendidikan berupa akidah Islam. Sementara itu, materi ajar berupa tsaqafah Islam dan ilmu sains. Dengan demikian, hasilnya adalah individu yang bertakwa dan sekaligus unggul dalam iptek.

Khilafah akan menjadi junnah (perisai) yang melindungi generasi dari serangan pemikiran, tsaqafah, dan gaya hidup asing. Berbagai tayangan, konten, kegiatan, bacaan, dll. yang mengusung gaya hidup tidak islami akan dilarang.

Sebaliknya, para remaja akan disibukkan untuk menuntut ilmu, beribadah, menghafalkan Al-Qur’an, hadis, dan kitab para ulama; melakukan penelitian, membentuk skill mujahid, dan berbagai kegiatan sejenis yang linier dengan tujuan membentuk sosok berkepribadian Islam.

Bimbingan yang luarbiasa dari para ulama dan lindungan dari khalifah melahirkan para remaja dan pemuda agar asyik dalam memperdalam ilmu pengetahuan dunia dan akhiratnya. Menjadi pembela islam dan penghafal al-quran serta menjadi mujahid. Itulah mengapa ketika negara islam ada, islam mampu mengalahkan negara-negara lain. Bahkan daulah mampu unggul disegala bidang ilmu pengetahuan dan pemerintahan. Hingga tidak heran jika sejarah mencatat peradaban terlama dan terpanjang adalah peradaban Islam.

Sangat berbeda sekali dengan kondisi saat ini, negara seolah cenderung dalam kesesatan dan gaya hidup hedonis menghambur-hamburkan uang padahal sedang terjadi kesenjangan ekonomi yang sangat jauh. Hanya dengan hidup dalam sistem islam dan daulah islamlah yang akan membawa para generasi untuk menjadi generasi unggul dan bermartabat.

Wallâhu a’alam bish-shawâb

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi