Emaknya Abdurrohman
Sore yang amat cerah membawaku pada kesibukan yang menyenangkan. Duo Abdurrohman akan berangkat ke TPQ. Abdurrohman III juga ikut heboh hendak mengantar. Maka sebelum Adzan Asar berkumandang, trio Abdurrohman sudah rapi jali.
Ba’da sholat Asar, kami berangkat ke Masjid mengantar duo Abdurrohman. Lanjut perjalanan ke rumah sahabatku Rikha. Kami menyusuri jalan yang di pinggirnya mengalir sungai kecil, rindang dan sejuk.
Tiba di samping rumah Rikha, aku tak melihat kandang bebeknya. Padahal dulu banyak sekali bebek yang dipelihara. Ternyata memang sengaja dijual karena mengalami kerugian.
Kami disambut ibu Rikha, sebut saja lek Nur. Beliau langsung menyapa kami dengan hangat seperti biasa. Dan candaannya masih segar kami terima, seolah tak ada kejadian apapun.
Tak lama, Rikha akhirnya menemuiku. Dengan akrab dan hangat kami bersalaman, berpeluk dan cipika cipiki melepas kerinduan. Tak ada sedikitpun di sorot matanya kesedihan.
“Kamu mau nyapot Rikha ta Fi?” lek Nur memecah lamunanku.
“Rikha sakit apa, Lek?” spontan aku bertanya.
“Masak kamu gak dengar kabar, sudah buming di tipi, masuk tipi dah. Ayahnya Revan ditangkap,” jelas lek Nur.
“Afi, ini gak heboh kayak teman-temanku yang lain Mak,” Rikha menimpali lek Nur.
Maka dari sana mengalirlah sebuah cerita rumah tangga yang membuatku membelalakkan mata dan tak henti beristighfar. Dengan tegar Rikha bercerita kondisi rumah tangga yang selama ini telah dirajutnya.
Dia sudah melayangkan surat cerai ke Pengadilan Agama sejak Desember. Di tengah rumah tangganya yang tak pernah diterpa gossip, tak terdengar ada pertengkaran atau cekcok, jelas pak Mudin kaget kenapa Rikha mengajukan cerai.
Namun, keputusan Rikha sudah bulat. Lima tahun lalu, dia menemukan surat-surat asmara mantan suaminya, Doni dengan salah satu muridnya. Saat itu, Rikha sudah menyatakan kartu kuning pada Doni, ayahnya Revan.
Meski demikian, sebagai istri yang ingin rumah tangganya utuh, dan berharap ridlo Allah, Rikha masih memperbaiki diri. Melihat apa yang kurang dari dirinya. Intropeksi dilakukan agar rumah tangga bertahan. Dan selama itu hingga mengajukan perceraian, Rikha masih berkomunikasi baik dengan Doni.
Kenapa kemudian Rikha berani menggugat cerai Doni, menjadi teka-teki bagi pihak KUA setempat. Dia sama sekali tidak memberi alasan kenapa menggugat cerai Doni. Mediasi juga tidak mau dilakukannya.
Hati siapa yang tak patah, saat mendengar belahan jiwanya main serong. Rikha berusaha menepis kabar-kabar itu di penghujung 2019. Meski dia sendiri merasa ada yang beda dengan sikap Doni. Rikha tak tinggal diam, dia berusaha mencari informasi lebih valid dan akurat mengenai kabar tak sedap itu.
Kenyataan yang didapatkan sesuai dengan filingnya, perubahan Doni memang beralasan. Seketika dia mengambil keputusan pperceraian. Setelah melayangkan surat cerai, dia masih bisa berkata dengan baik pada Doni, “Tolong respon dengan baik surat ceraiku, jangan dipersulit. Komitmen kita sudah sampai di sini.”
Yah, next komitmen itu akan diceritakan….
Bersambung
Based on true story…