Seruan Agama Menjadi Solusi, Apakah Hanya Ilusi?

Oleh. Isty Da’iyah
(Analis Mutiara Umat Institute)

Baru-baru ini, para pemimpin agama dunia, mengadakan pertemuan di Yogyakarta. Dilatarbelakangi oleh banyaknya konflik yang terjadi akibat sentimen antaragama, perang antara Rusia dan Ukraina, dan berbagi masalah global lainnya, para pemimpin tersebut mengadakan sebuah diskusi dalam pertemuan R20.

Pertemuan yang dihadiri oleh para pemimpin agama ini mengadakan diskusi yang bertema: Upaya Pastikan Agama Berfungsi Sebagai Sumber Solusi Global. Hal ini, selain bertujuan untuk menjadikan agama sebagai sumber solusi, juga melindungi manusia dari penderitaan dan kekerasan yang dipicu oleh konflik beragama (Merdeka.com 5/11).

Namun, seruan menjadikan agama sebagai solusi bertentangan dengan kenyataan yang ada. Nyatanya, umat Islam yang berjuang demi terwujudnya sebuah kepemimpinan Islam, sering mendapat tuduhan yang tidak seharusnya diterima oleh mereka. Bahkan, melalui agenda pencegahan radikalisme, terorisme seruan untuk menjadikan agama solusi seakan terpatahkan dengan sendirinya.

Sebagaimana yang terjadi saat ini. Isu radikalisme masih menjadi poin penting yang menjadi agenda besar. Sebagaimana dilansir dari Beritasatu.com yang mewartakan bahwa Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI Komjen Pol Boy Rafli Amar, mengungkapkan bahwa BNPT sedang melakukan pemberantasan virus radikalisme dan intoleran, melalui transformasi wawasan kebangsaan. Yakni, melalui revitalisasi nilai-nilai pancasila dalam aspek kehidupan, moderasi ajaran agama, dan penguatan budaya nusantara. Dengan langkah-langkah ini diharapkan virus intoleran, radikalisme, dan terorisme bisa dilibas (BeritaSatu.com 6/11).

Mereka yang berdakwah menyerukan ajaran agamanya secara menyeluruh, sering mendapat tudingan yang negatif. Dianggap sebagai kelompok intoleran, radikal, dan sejenisnya. Sebagai contoh, ketika ada yang menyebutkan penerapan khilafah, yang notabene merupakan ajaran Islam, maka mereka akan mendapat berbagai macam tuduhan negatif.

Menyerukan untuk menjadikan agama sebagai solusi global, namun disisi lain adanya embusan narasi-narasi negatif terhadap ajaran Islam. Ini menunjukkan bahwa agama hanya dipahami sebagai aturan ibadah semata, dan bukan sebagai ideologi.

Padahal sejatinya, Islam sendiri adalah agama dan merupakan aturan yang diturunkan Allah Swt. untuk dijadikan solusi dari segala macam permasalahan yang ada bagi seluruh umat manusia. Sebagaimana Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 208 yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh ia musuh yang nyata bagimu.”

Hal ini juga menunjukkan bahwa segala konflik yang terjadi di dunia bisa terselesaikan jika aturan agama samawi yang berasal dari Allah Swt. benar-benar diterapkan dalam segala macam lini kehidupan. Sehingga perlu sebuah pemikiran yang cemerlang untuk menerapkan sebuah ideologi yang lebih sempurna dari ideologi yang diterapkan saat ini, yakni mencari sebuah solusi alternatif yang sudah terbukti selama 13 abad menaungi belahan dunia.

Di sisi lain, mereka mengajak menjadikan agama sebagai solusi global, namun serangan terhadap Islam sebagai ideologi tidak pernah berhenti. Padahal sejatinya, dunia tidak akan keluar dari krisis, ketika posisi ideologi agama tidak diterapkan. Karena agama Islam adalah ideologi yang sahih, sehingga mampu menyelesaikan problematika dunia sebagaimana yang terjadi saat ini. Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an surah Taha ayat 124 yang artinya:

“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.”

Sebagai seorang muslim, setiap tingkah laku dan perbuatan yang dilakukan akan terikat dengan hukum syara’. Harus ada tujuan yang jelas apa efek ke depannya bagi kehidupan Islam di masa yang akan datang. Perlu dicermati, apakah agenda tersebut akan makin menguatkan eksistensi Islam dalam mewujudkan suatu peradaban yang mulia atau justru sebaliknya, yakni melemahkan Islam. Mereka mencari jalan tengah yang justru akan menghalangi dakwah Islam kaffah di tengah-tengah umat manusia.

Sebagaimana dikutip dari Ustad Yuana Ryan Tresna Official, beliau mengungkapkan bahwa ada kesalahan mendasar dalam dialog antar agama. Karena, sejarah dialog antaragama tidak lepas dari semangat pluralisme agama dan dalam kerangka penjajahan. Semua agama diposisikan sama, tidak boleh ada klaim kebenaran, tidak boleh ada dominasi hukum dari agama tertentu, dan pada akhirnya harus tunduk pada solusi-solusi peradaban Barat.

Kekeliruan konseptual gagasan dialog antar agama dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, di antaranya adalah tuduhan agama sebagai sumber konflik. Tuduhan ini mengandung dua motif sekaligus: justifikasi dialog antar agama demi terciptanya perdamaian, dan mengaburkan sumber konflik yang sebenarnya. Faktanya, imperialisme negara Barat-lah yang telah melahirkan konflik di dunia Islam (Yuana Ryan Trisna Official 9/11).

Karenanya, menurut Ustaz Yuana Ryan Tresna, Konsep dialog antar agama dibangun di atas landasan yang rapuh, motif yang buruk, serta merupakan gagasan utopis dan batil. Umat Islam tidak boleh terjebak rayuan dan janji manisnya. Tujuan yang mereka kampanyekan untuk menciptakan perdamaian dunia tidak akan terwujud jika mereka sendiri diam atas penjajahan dan kerusakan yang diakibatkan keserakahan negara-negara kapitalis.

Jika hendak membangun sebuah dialog dan perdebatan antar agama yang sepadan, seharusnya dibangun di atas landasan keyakinan pada kesempurnaan din Islam, terbuka untuk membuktikan kesalahan agama lain, tidak tunduk pada skenario penjajahan negara Barat, dan selanjutnya baru membangun harmoni dalam pergaulan antar umat beragama (Yuan Ryan TrisnaOfficial, 9/11).

Sehingga sebagai umat Islam, kita arus bisa mendudukkan suatu perkara yang berdasarkan pada aturan Allah Swt. Apakah hal tersebut sudah sesuai dengan yang Allah perintahkan atau justru sebaliknya.

Wallahu a’lam bi shawab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi