Pemuda Lakukan Aksi Pembunuhan: Hilangkah Karakter Agen Perubahan?

Oleh. Afiyah Rasyad
(Aktivis Peduli Umat, Tim Redaksi MazayaPost.com)

“Darah muda darahnya para remaja
Yang selalu merasa gagah
Dan tak pernah mau mengalah …”

Lirik lagu H. Rhoma Irama tersebut seakan menggambarkan kondisi jiwa para pemuda. “Tak mau mengalah” seakan menjadi tren tiada tepi di kalangan pemuda, terutama dalam sistem kehidupan saat ini. Betapa kegaduhan kasus seputar pemuda tak ada habisnya. Dari masa ke masa kian banyak jumlahnya. Mulai pergaulan, tawuran, hingga dekadensi moral menjadi potret mengerikan yang disandang pemuda.

Baru-baru ini, kabar menyesakkan kembali tersiar di berbagai portal media nasional. Sebagaimana dilansir Kompas.com (8/2/2024), Seorang pelajar SMK berinisial J (17) menjadi pelaku pembunuhan satu keluarga di Desa Babulu Laut, Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Korban satu keluarga yang berjumlah lima orang itu ditemukan meninggal pada Selasa (6/2/2024) pukul 00.30 Wita.

Sadis, pemuda berusia 16 tahun tega membunuh tetangganya, satu keluarga lagi. Kasus tersebut kian menggambarkan betapa rapuhnya pemuda saat ini. Mereka juga kehilangan empati terhadap sesama. Kepedulian seakan lenyap dari ranah kehidupan pemuda dewasa ini.

Faktor Penyebab Pemuda Tega Membunuh Tetangganya

“Tak ada asap jika tak ada api,” peribahasa tersebut amat tepat bila disandingkan dengan kasus nahas yang menimpa lima orang dalam satu keluarga itu. Sosok pemuda pelaku kejahatan itu jelas bukan tanpa sebab. Motif personal yang diungkapkan oleh aparat, seperti sakit hati karena ditolak cintanya, dendam, dan lainnya, rasanya tak cukup kuat menjadikan pemuda tersebut kehilangan rasa peduli. Dugaan lainnya kenapa sang pemuda terdorong dan berani melakukan aksi kejinya karena ia habis minum khamar.

Jika mau ditelaah lebih rinci dan mendalam, motif-motif personal tersebut bukan akar masalahnya. Apalagi ada dugaan sang pemuda dalam kondisi mabuk dan kasus ini bukan kasus pertama kalinya. Betapa banyak pemuda yang saat ini seolah maniak melakukan kejahatan, lebih khusus pembunuhan. Ada beberapa faktor yang bisa mendorong seorang pemuda meninggalkan karakternya sebagai agen perubahan dengan menjadi sosok bengis nan sadis. Faktor tersebut antara lain:

Pertama, faktor internal. Sebuah kasus yang menimpa pemuda bisa jadi memang berawal dari dalam dirinya. Bagaimana tempaan pola pikir dan pola sikap dalam keluarganya juga begitu menentukan arah tujuan hidup sang pemuda, termasuk pola interaksi dengan orang lain. Keluarga yang kurang memberikan perhatian dan kasih sayang pada anak akan memberikan andil anak tumbuh menjadi pemuda yang berjiwa gersang. Selain perhatian dan kasih sayang, edukasi tentang agama yang tidak ditanamkan sejak dini berperan besar dalam menghilangkan karakter sopan, asih, dan akhlak terpuji lainnya dalam sosok pemuda. Walhasil, saat ia ditempa masalah, naluri baqo (mempertahankan diri) akan terus berkibar untuk melenyapkan masalah tanpa melihat rambu-rambu yang dibenarkan agama dan norma kehidupan lainnya.

Kedua, faktor eksternal. Selain faktor internal, ada sebuah sistem yang terpola dalam kehidupan bermasyarakat dan bahkan bernegara. Pada faktor eksternal ini, ada beberapa hal yang menjadi penyebab pemuda tega melakukan pembunuhan, antara lain:

1. Lemahnya kontrol masyarakat
Tak dimungkiri, individualisme sudah menjangkiti manusia. Sebuah kesalahan yang berulang, tanpa peringatan dan sanksi keras bisa menyebabkan kejahatan komunal. Salah satu contohnya minol (minuman beralkohol) yang seakan menjadi sebuah permakluman. Apalagi perizinan dengan kadar alkohol tertentu sering menjadi dalih untuk tetap meminumnya. Akhirnya, ada keinginan dalam diri masyarakat untuk mencegahnya.

Di samping itu, masyarakat memang mulai cuek dengan lingkungan sekitar. Prinsip “yang penting diri sendiri tidak melakukan seperti itu,” “jangan ikut campur urusan orang,” atau “tidak usah mencari masalah” begitu kencang gaungnya. Rasa tidak peduli seakan menjadi pandemi di tengah masyarakat. Sehingga, aktivitas saling mengingatkan dan menasihati begitu jauh dari masyarakat atau bahkan tak terpikirkan.

2. Gaya hidup bebas ala kapitalisme

Siapa yang mengelak jika dunia saat ini menerapkan gaya hidup bebas, pergaulan, makanan, minuman, pakaian, apa pun dalam kehidupan ini berporos pada gaya hidup bebas. Free sex, narkoba, miras/minol, pacaran, FWB, L687, dan lain-lain begitu melekat dengan kehidupan pemuda. Foya-foya dan hura-hura manjadi ciri khas pemuda yang enggan menggunakan akalnya. Sebagian besar mereka karena ikut-ikutan gaya tersebut yang memang sedang viral hingga saat ini. Gaya hidup bebas ini menjerat siapa pun, terutama pemuda dalam kemaksiatan. Seakan menjadi sebuah kebanggaan jika bisa bergaya hidup seperti orang kebanyakan. Hal ini kemudian menyisihkan akal sehat pemuda untuk berpikir jernih dalam melakukan sesuatu. Bahkan, membunuh pun dianggap keren jika bisa mendukung gaya hidupnya.

3. Kebijakan negara yang prokapitalisme.

Sudah jamak diketahui, kapitalisme bertengger di hampir seluruh negara, termasuk di negeri yang berjuluk “Zamrud Khatulistiwa” ini. Negara begitu setia dengan prinsip-prinsip kapitalisme. Di mana sekularisme, pemisahan agama dari kehidupan dijadikan akidah di tengah kehidupan manusia. Sementara asas manfaat sangat menyatu dalam diri manusia yang mendorong mereka untuk meraih keuntungan materi, ketenaran, ataupun jabatan.

Selain itu, sistem pendidikan di negeri penganut kapitalisme begitu labil kurikulumnya. Pastinya tidak bersandar pada agama. Pendidikan saat ini seakan hanya mencetak siswa untuk menjadi pekerja alias buruh dan orientasi hanya pada bisnis. Penanaman karakter dan pelajaran agama teramat minim kadar waktunya. Hal ini bisa berakibat fatal. Pemuda tidak mencari ilmu untuk meraih kehidupan dunia dan akhiratnya, tetapi bersekolah hanya untuk ijazah dan keperluan kerja saja.

Sistem sanksi di negeri penganut kapitalisme tampaknya masih tebang pilih dan kurang memberikan efek jera. Kasus pembunuhan yang berulang menandakan para pemuda tidak takut akan konsekuensi hukum yang harus dia tanggung. Hukuman mati seakan tak sanggup ditegakkan dengan alasan tak sampai hati karena pelaku masih belia atau bahkan belum kategori cukup umur, meski ia sudah balig.

Itulah beberapa faktor yang menyebabkan kasus pembunuhan oleh pemuda terus terjadi. Kasus-kasus serupa yang terjadi, baik di waktu atau tempat yang berbeda tentu ada akar masalahnya. Faktor eksternal terkait kebijakan negara ini memiliki andil sangat besar dalam memberikan ruang bagi kasus pembunuhan oleh pemuda terus terjadi.

Dampak Kasus Pembunuhan bagi Karakter Pemuda sebagai Agen Perubahan

Pemuda sebagai agen perubahan ternodai dengan maraknya kasus kriminal yang dilakukan oleh pemuda itu sendiri. Petuah proklamasi negeri ini seakan tak berarti, yakni meminta 10 pemuda untuk mengguncang dunia. Kriminal yang kerap dilakoni pemuda memberikan dampak yang besar terhadap posisinya sebagai agen perubahan. Di antara dampak yang ada, antara lain:

1. Pemuda krisis jati diri
Banyaknya pemuda yang ikut-ikutan gaya hidup bebas ala kapitalisme Barat jelas menjadikan mereka krisis jati diri. Mereka yang mayoritas muslim justru tidak sadar atas kemuslimannya. Kalaupun bukan muslim, mereka juga tidak sadar dari negeri mana dia berasal. Saat Pemuda sudah krisis jati diri, mereka tidak akan peduli lagi untuk masa depan dirinya, apalagi bangsanya, tak akan peduli.

2. Pemuda tak paham hakikat hidupnya
Saat pola pikir dan pola sikap pemuda ditunggangi kapitalisme, mereka tak akan pernah terpikir untuk menelusuri dari mana mereka berasal, untuk apa hidup di dunia, dan akan ke mana setelah kehidupan ini. Jika sudah tidak paham hakikat hidup, mereka akan sangat mudah kehilangan arah kehidupan. “Boro-boro” berpikir perubahan, untuk apa mereka hidup ogah dipikirkan.

3. Pemuda melanggenggkan kemaksiatan
Suka atau tidak, saat pemuda sudah asik terjerumus dalam hiruk pikuk kapitalisme, jelas mereka tak akan menjadi agen perubahan. Mereka justru akan melanggengkan kemaksiatan di masa depan. Saat terbiasa dengan kriminalitas, hati seorang akan kian tumpul jika tak segera bertobat. Jika sejak muda suka melakukan kriminal, tak dimungkiri di masa tua akan lebih parah lagi jika dibiarkan terus begitu.

Itulah beberapa dampak dari kasus pembunuhan yang kerap mewarnai negeri ini. Dampak fatalnya adalah negara ini akan kehilangan banyak generasi muda yang siap berkontribusi untuk perubahan yang lebih baik.

Strategi Islam dalam Menumbuhkan Karakter Baik pada Sosok Pemuda

Islam adalah agama sekaligus tatanan aturan kehidupan. Islam sejatinya sesuai fitrah, memuaskan akal, dan menenteramkan jiwa. Saat kehidupan berjalan beriringan dengan Islam, sejatinya ketenteraman, keadilan, kedamaian, dan kesejahteraan akan terwujud di semua kalangan. Islam mengatur segala aspek kehidupan, termasuk menumbuhkan karakter baik pada pemuda. Baik di sini tentu berasal dari Zat Yang Maha Baik, yakni karakter Islam. Ada beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan karakter baik (Islam) tersebut, antara lain:

1. Pola asuh (hadlonah) orang tua harus diberikan secara tepat
Dalam syariat Islam, menjaga tumbuh kembang anak untuk menjadi pemuda yang bertakwa adalah perkara penting. Dalam proses pola asuh (hadlonah), orang tua bertanggung jawab dalam memahat pola berpikir dan bersikap anak (karakter anak). Orang tua harus memberikan pola asuh secara tepat untuk menjaga akal, fisik, akidah, dan jiwa anak senantiasa dalam koridor Islam. Sehingga saat memasuki fase mumayyiz, anak sudah paham betul mana haq dan batil. Jika mumayyiz sudah kuat pemahaman dan karakter Islamnya, niscaya ada peluang besar ia tumbuh menjadi pemuda berkarakter baik (Islam) saat sudah balig. Dia akan paham bahwa pertanggungjawaban sudah mulai menimpanya. Rasulullah saw. bersabda,
“Diangkat pena dari tiga golongan, yakni dari orang gila hingga ia sadar, dari orang tidur hingga ia bangun, dan dari anak kecil hingga ia balig.” (HR. Tirmidzi)

Dengan demikian, pola asuh yang tepat ini akan menjadikan pemuda berhati-hati agar tidak tergelincir dalam dosa, apalagi dosa besar seperti pembunuhan.

2. Masyarakat hadir memberikan kontrol sosial
Strategi ampuh kedua yang bisa membuat pemuda memiliki karakter baik (Islam) adalah hadirnya masyarakat dalam memberikan kontrol. Kontrol di sini bukan mencampuri urusan individu, tetapi lebih sebagai temeng pada pemuda yang telah balig agar tidak tergelincir pada kemaksiatan. Saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran bisa menjaga pemuda dan siapa pun untuk menahan diri dari perbuatan tercela dan dosa. Amar makruf nahi mungkar akan makin menguatkan karakter pemuda sebagai agen perubahan dengan segala kekuatan yang mereka miliki. Sejatinya, pemuda itu kuat di antara dua kelemahan, yakni masa anak-anak dan masa tuanya. Masyarakat yang memiliki pemikiran, perasaan, dan aturan yang sama akan turut menjaga suasana keimanan. Hal itu akan menumbuhkan karakter baik pada diri pemuda.

3. Negara hadir menjadi perisai dan pelindung
Negara berperan aktif dalam menjamin kebutuhan tumbuh kembang anak hingga ia balig. Negara harus menciptakan mekanisme yang mendukung terpenuhinya kebutuhan ekonomi, pendidikan, kesehatan, pergaulan, termasuk sistem hukum bagi anak dan pemuda. Negara akan menjaga suasana keimanan mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat, dan negara. Sebab, hal ini merupakan wujud peran negara sebagai perisai dan pengurus rakyat, khususnya anak dan pemuda.

Selain itu, negara berperan dalam memberikan perlindungan kepada anak dengan membentengi anak dari paparan pemikiran negatif. Negara akan memastikan anak hanya mengonsumsi informasi bersih dan sehat dalam tumbuh kembang mereka, serta menderaskan edukasi yang mendukung fase perkembangan melalui media yang mendukung pola asuh orang tua. Media dengan konten negatif akan dibekukan dan disanksi.

Negara juga berperan menjalankan sistem hukum sesuai syariat. Di sini, negara berperan dalam melakukan edukasi syariat yang berkaitan dengan hukum perbuatan seorang hamba. Negara juga akan tegas memberikan sanksi sesuai syariat. Tidak main-main, pembunuhan diqishos sesuai ketentuan syariat, minum miras juga akan ada sanksi sesuai pandangan khalifah dan ketentuan syariat, termasuk produsen miras tentu akan mendapatkan sanksi yang lebih pedih lagi. Sebab, miras haram dalam Islam dan ia disebut sebagai induk kejahatan oleh Baginda Nabi saw.

Bahkan, terkait perilaku menyimpang dan konten negatif juga akan ditegakkan takzir yang tegas. Kontrol dan patroli ketat akan ditegakkan secara terus menerus, tidak tebang pikih, dan antirasuah. Begitu pula dengan kriminal lainnya, semua akan disanksi dengan pandangan khalifah yang sesuai dengan syariat Islam. Hal itu akan menjadikan pemuda berpikir seribu kali untuk melakukan kemaksiatan.

Penutup

Walhasil, anak akan tumbuh menjadi pemuda yang bertakwa dengan dukungan keluarga, masyarakat, dan juga negara. Beginilah strategi Islam yang paripurna dalam menumbuhkan karakter baik pada pemuda. Semua itu akan terwujud apabila negara menerapkan syariat Islam secara kaffah. Wallahu a’lam.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi