MELAHIRKAN DENGAN OPERASI CESAR ITU ISLAMI

Penemu operasi SC adalah ilmuwan Islam, kenapa sebagian ummat Islam malah menolak dan memilih binasa?
___
Marak lagi segolongan orang yang menolak SC dan menganggap SC adalah gangguan jin, bahkan dengan narasi jika ada indikasi khusus lalu meninggal karena menolak SC maka meninggalnya syahid. Padahal ini adalah bentuk kebodohan, di mana kita bisa lari dari takdir yang satu menuju takdir yang lain.
Operasi SC merupakan peninggalan ilmuwan Islam yang diriset selama 50 tahun dan terdiri dari 30 chapters saking detilnya! Iya 50 tahun dan kitabnya awet sampai sekarang.
Ketika banyak dari kaum muslimin saat ini menolak intervensi medis semacam vaksin, SC, dll, dengan alasan itu semua konspirasi yahudi dan bangsa barat untuk melemahkan ummat islam, atau bahkan bisikan jin untuk merusak tubuh manusia yang akan mengakibatkan komplikasi yang serius setelahnya, maka ilmuwan-ilmuwan barat justru mengumpulkan kitab-kitab klasik yang lahir dari peradaban islam di masa lalu, terutama di era kegemilangan islam yang berpusat di Cordoba.
Mereka menerjemahkan, menerbitkan kembali ke jurnal ilmiah dan memberikan respek atas sumbangsih keilmuan islam di masa lalu. Karena ilmu adalah ilmu, demi kebermanfaatannya bagi manusia, maka harus terus dikembangkan, tak peduli darimana dia berasal.
Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda “Hikmah adalah milik muslim yang hilang, dimana saja dia menemukannya, maka ia berhak mengambilnya.” (HR. Tirmidzi, 2611)
****
The father of modern surgery
========================
Ok, kita berenang di lautan waktu …
Hiduplah di masa lalu, Az-Zahrawi atau di barat biasa dikenal sebagai Al-Bucasis (936–1013 M). Dia adalah seorang dokter/tabib yang hidup di era kalifah al-Hakam 2, di Andalusia.
Ketika sebagian dari muslim menolak SC, mungkin tak banyak muslim yang mengetahui bahwa az-Zahrawi ini dijuluki sebagai “the father of surgery” alias “pendahulunya operasi bedah”, dan julukan ini yang memberikan justru bangsa barat. Bahkan kitab at-Tasrif karya Az-Zahrawi (sebagaimana yang dilampirkan di postingan ini) diyakini sebagai kitab kedokteran paling tua yang pernah diterjemahkan di Inggris, terbukti dari jurnal publikasi ilmiah di bidang kedokteran pertama kali isinya mengulas tentang apa yang tertulis di kitab Az-Zahrawi ini. Di masa lalu, 5 abad lamanya kitab ini pernah menjadi pegangan mahasiswa kedokteran di Eropa dan diterjemahkan dalam bahasa latin.
The oldest medical manuscript written in England around 1250 according to The British Medical Journal has startling similarity with Al-Zahrawi’s volume:
“This interesting relic consists of eighty-nine leaves of volume, written in beautiful gothic script in the Latin tongue. The work contains six separate treatises, of which the first and most important is the DE CHIRURGIA OF ALBU-HASIM [sic] (Albucasis, Albucasim ). This occupies forty four leaves, three of which are missing. It may be contended that this really is the oldest extant medical textbook written in England.” (The Oldest Medical Manuscript Written In England”, The British Medical Journal published by BMJ Publishing Group), vol. 2, no. 4096 (July 8, 1939), pp. 80-81; p. 81.
Kitab At-Tasrif ini diselesaikan selama 50 tahun berdasarkan pengalamannya sebagai dokter dan pengajar kedokteran. Selain berbicara mengenai kedokteran secara umum, kitab ini lebih khusus lagi membahas tentang prosedur operasi atau pembedahan, salah satunya adalah Sectio Caesarea (SC) yang dia jabarkan di volume terakhir dari kitabnya dan dipandang sebagai bagian paling berpengaruh dari kitab ini.
Az-Zahrawi dikenal sebagai orang yang pertama kali menemukan dan menggunakan usus binatang (catgut) sebagai benang jahit operasi yang kemudian sekian lamanya pernah menjadi satu-satunya material yang bisa dipakai sebagai benang bedah yang bisa diserap tubuh manusia. Ini penting, dengan begitu tidak perlu lagi dilakukan operasi kedua untuk mengambil benang, apalagi di era tahun 1000-an M dan sebelumnya, operasi pembedahan itu nyaris sangat mustahil bisa dilakukan, mengingat tingginya risiko infeksi dan kehilangan banyak darah.
Di sini Az Zahrawi juga menjelaskan untuk pertama kalinya dalam sejarah prosedur “cauterization” untuk mengkoagulasikan darah untuk mencegah pendarahan, yang kemudian juga menemukan hereditas dari hemophilia.
Di kitab ini Az-Zahrawi memperkenalkan 200 alat penunjang operasi, prinsip kerjanya, keefektifannya berdasarkan pengalaman, bahkan bantahan-bantahan dari keyakinan bangsa romawi sebelumnya, misalnya romawi meyakini emas adalah bahan terbaik untuk melakukan pembedahan, sementara berdasarkan pengalamannya yang terbaik adalah iron, yg kemudian menjadi cikal bakal stainless steel.
Instrumen-instrumen bedah yang dilampirkan di postingan ini merupakan yang pertama dibuat dan didokumentasikan sepanjang sejarah kedokteran, yang kemudian dipakai luas hingga kini. Replikanya pernah saya lihat di museum science dan technology di Istanbul, dikarenakan di era dinasti Ottoman, kitab ini pernah ditranskrip dan dikembangkan, yang kemudian lembaran-lembarannya terserak dan bisa ditemukan di beberapa museum, diantaranya Turki, Mesir, Syria, Iran, India, Azerbaijan, Maroko, Eropa dan Amerika.
Saking detilnya, kitab at-Tasrif bisa dibilang merupakan ensiklopedi klasik kedokteran, terdiri dari 30 volume/chapter, dan masing-masing volumenya menjelaskan beberapa aspek pengobatan, meliputi 325 penyakit dari kaki sampai kepala dan cara penanganannya, termasuk deskripsinya yg pertama kali tentang hydrocepalus.
Yang menarik, berbekal pengalamannya sebagai dokter selama 50 tahun, Az-Zahrawi sangat menekankan aspek kehati-hatian terutama dalam mendiagnosa suatu penyakit dan penanganannya. Berkali-kali di kitabnya dia menekankan bahwa seorang dokter harus melakukan observasi sendiri secara langsung sebelum mendiagnosa suatu penyakit, bukan semata-mata menerima gejala-gejala penyakit yang dilaporkan pasien semata dan harus punya jam terbang yang tinggi dan penelitian yang panjang sebelum merekomendasikan suatu pengobatan atau penanganan medis lainnya.
Dan hal ini yang menjadi dasar praktik kedokteran setelahnya, bukan sekedar berbasis testimony dan persangkaan.
Maka dia tuliskan dengan sangat detil tentang alat-alat penunjang pembedahan, berikut cara pembuatan hingga prosedur pemakaiannya. Dia sangat mewanti-wanti bahwa semua ini cuma bisa digunakan oleh dokter yang ahli dan berpengalaman berpuluh-tahun seperti dirinya, alias tidak sembarang dokter boleh melakukannya.
Dia juga menulis tentang aspek etika, hubungan antara dokter dengan pasien, misalnya tidak boleh membeda2kan pasien berdasarkan latar belakangnya, menjaga kerahasiaan pasien dsbnya.
Az-Zahrawi juga menulis hubungan antara makanan dan kesehatan. Menjelaskan dengan baik makanan-makanan yang berupa pantangan dan harus dihindari, berikut makanan-makanan yang bisa menunjang kesehatan tubuh dan digunakan sebagai bagian pelengkap kesembuhan.
***
Sezaman dengan era Az-Zahrawi, lebih muda sedikit, maka bangsa barat juga mengenal yang namanya al-Biruni (1048M) yang mendokumentasikan dengan sangat detil prosedur operasi SC. Kitabnya adalah “Al-Athar al-Baqiyah ‘an al-Qurun al-Khalifiyah” yang saat ini berada di universitas Edinburgh, Inggris, dan diterjemahkan dalam Bahasa Jerman dan Inggris oleh Professor E. Sachau di tahun 1879.
Di kitab ini al Biruni menjelaskan miskonsepsi bahwa bangsa romawi dulu hanya mengenal operasi post mortem Caesar, yaitu operasi SC setelah si ibu meninggal, termasuk yang terjadi pada Caesar Augustus, bukan Julius Caesar seperti anggapan kebanyakan orang, yang dibuktikan dengan catatan sejarah bahwa ibu Julis Caesar masih hidup saat dia menginvasi Inggris, yang artinya tidak mungkin dilahirkan secara SC karena SC di masa itu selalu berakhir dengan kematian sang ibu.
Maka dalam kitab Az-Zahrawi dan al-Biruni ini, dapat ditemukan catatan pertama yang dipercayai bahwa operasi SC pertama kali pernah berhasil di era mereka tahun 1000an M, ketika bangsa barat (Eropa) baru berhasil melakukannya di sekitar tahun 1800-an.
****
Sebuah perjalanan panjang dari buku yang ditulis selama 50 tahun dengan penuh kehati-hatian, bukan sekedar klaim dan persangkaan, bukan sekedar testimoni. Menunjukkan apa yang pernah Rasulullaah shallaahu ‘alaihi wa sallam sabdakan:
أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِأَمْرِ دُنْيَاكُمْ
“Kamu lebih mengetahui urusan duniamu.” (HR. Muslim, no. 2363)
Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi