SAMPAI DIKATAKAN GIGITLAH KEMALUAN BAPAKMU


سْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

TA’ASUB atau ashobiyah adalah dakwah jahiliyah. Seorang menjadi membenci kelompok-kelompok yang tidak sekelompok dengannya, menjadi tunduk dengan nafsu dan emosi. Pemahaman dan jalan yang ia tempuh bertolak-belakang dengan kebenaran, keadilan, dan hati nurani.

Ta’ashub adalah semangat yang buta dan syi’ar-syi’ar yang memukul rata. Hukum yang tergesa-gesa dan merendahkan orang lain. Ta’ashub adalah cara pandang tanpa dilandasi dengan ilmu dalam memihak individu, kelompok, komunitas, partai, kabilah, atau garis keturunan secara berlebihan. Ta’ashub juga bisa dalam bentuk memihak suatu pemikiran dan keras kepala dalam membela suatu prinsip, tanpa dalil, ta’ashub tidak memberi ruang pada toleransi. Juga tidak memberi kesempatan untuk memahami dan menerima pihak lain.

Ta’ashub bermula dari prasangka tanpa penelitian fakta (waqi’) tentang perilaku orang dan komunitas serta tidak mengkobfirnasi dengan pengetahuan sebelumnya (maklumat tsabiqah), baik dalam kategori agama, etnis, sektarian, suku, politik, intelektual, regional, olahraga, dan kategori lainnya.

Allah SWT berfirman;

مِنَ ٱلَّذِينَ فَرَّقُوا۟ دِينَهُمْ وَكَانُوا۟ شِيَعًا ۖ كُلُّ حِزْبٍۭ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ

Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.

Dalam Tafsir Al-Mukhtashar: Dan janganlah kalian menjadi bagian dari orang-orang musyrik yang merubah agama mereka, beriman dengan sebagian darinya dan mengingkari sebagian lainnya, mereka terpecah belah dalam berbagai kelompok-kelompok dan golongan-golongan, setiap golongan dari mereka merasa bangga dengan kebatilan yang ada pada mereka, mereka merasa bahwa hanya mereka yang benar sementara yang lainnya berada dalam kebatilan.

Dalam khutbah Arafah saat haji wada’, Rasulullah SAW menyinggung ashobiyah :

“Inna dimaa-a-kum wa amwaalakum haroomun ‘alaikum” (Sesungguhnya darahmu dan hartamu haram atasmu sekalian). Ini adalah amanah untuk menjaga persaudaraan. Dilarang sesama mu’min untuk saling menumpahkan darah, menyakiti, dan mengambil hartanya dengan cara yang zalim. Sebaliknya satu dengan yang lain dituntut untuk saling menjaga kehormatan dan kewibawaannya. Mu’min adalah cermin dari saudaranya.

Dalam hadits yang lain, Rasulullah SAW bersabda;

لَيْسَ مِنَّا مَنْ دَعَا إِلَى عَصَبِيَّةٍ وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ قَاتَلَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ مَاتَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ

“Bukan termasuk golongan kami orang yang mengajak kepada ashabiyah, bukan termasuk golongan kami orang yang berperang karena ashabiyahdan bukan termasuk golongan kami orang yang mati karena ashabiyah.”[HR. Abu Dawud].

Serta hadita berikut:

مَنْ قُتِلَ تَحْتَ رَايَةٍ عِمِّيَّةٍ يَدْعُو عَصَبِيَّةً أَوْ يَنْصُرُ عَصَبِيَّةً فَقِتْلَةٌ جَاهِلِيَّةٌ

“Barangsiapa terbunuh karena membela bendera kefanatikan yang menyeru kepada kebangsaan atau mendukungnya, maka matinya seperti mati Jahiliyah.” [HR. Muslim].

Syaikh Hasyim Asy’ari (w. 1366 H) dalam Al-Mawâ’izh yang berpesan agar kaum Muslim berpegang teguh pada al-Quran dan as-Sunnah, bukan fanatisme buta pada golongan, “Wahai kaum Muslim, bertakwalah kepada Allah, kembalilah kepada Kitab Rabb kalian (al-Quran), beramalah sesuai dengan Sunnah Nabi kalian. Teladanilah orang-orang shalih sebelum kalian, niscaya kalian akan beruntung sebagaimana mereka telah meraih keberuntungan, dan niscaya kalian akan berbahagia sebagaimana mereka berbahagia. Bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara kalian.

Tolong-menolonglah kalian dalam menunaikan kebaikan dan takwa. Jangan kalian tolong-menolong dalam dosa dan pelanggaran, niscaya Allah melimpahkan rahmat dan ihsan-Nya kepada kalian.”

Sahabat Ubay bin Ka’ab r.a, bahwa ia mendengar seorang pria berkata, “Hai keluarga fulan!” maka Ubay berkata kepadanya, “Gigitlah kemaluan bapakmu!” Ubay mencelanya terang-terangan tanpa memakai bahasa kiasan! Orang itu berkata kepadanya, “Wahai Abul Mundzir (Abu Ubay) engkau bukanlah orang yang suka berkata keji” Ubay berkata kepadanya, “Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa berbangga-bangga dengan slogan-slogan jahiliyah, maka suruhlah ia menggigit kemaluan ayahnya dan tidak usah pakai bahasa kiasan terhadapnya,” (Shahih, HR Bukhari dalam Adabul Mufrad [963]).

Wallahu a’lam bishawab

(H. M Ali Moeslim)

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi