#5 Tujuh Syarat itu pun Dilampaui!

Seri Transformasional Leadership:
Belajar Dari Muhammad Al Fatih, Achieving the Impossible

 

Dalam konteks kekinian, berdasarkan pemodelan para ahli manajemen dan kepemimpinan, ada tujuh syarat penting untuk merengkuh kepemimpinan transformasional. Setidaknya dari Kotter (1997) dan juga Covey (2000), dapat disarikan tujuh syarat penting yang dimaksud: (1)Worldview, (2)Nilai-nilai Pribadi, (3)Motivasi, (4)Dimilikinya pengetahuan mengenai industri dan organisasi, (5)Dimilikinya relasi yang kuat dalam industri dan organisasi, (6)Dimilikinya kemampuan/keahlian kepemimpinan, seperti manajemen, keorganisasian, komunikasi, pengambilan keputusan, dan kemampuan penunjang lainnya, (7)Dimilikinya reputasi dan catatan rekor.

Orang tua yang mengarahkan penuh keteladanan bertemu dengan Anak yang tahu, paham dan sadar sejak dini. Murid yang ikhlas dididik bertemu dengan Guru istimewa yang penuh totalitas. Teori yang berlimpah bertemu dengan praktek yang selalu penuh inspirasi dan kreativitas. Sejarah kepemimpinan masa lalu bertemu dengan kabar gembira masa depan. Sungguh, sebuah proses pendidikan dan pembinaan yang penuh berkah. Bi idznillah wa bi nashrillah, jadilah sosok istimewa. Sosok yang jika direlasikan dengan ketujuh syarat di atas, sangat bisa dikatakan lebih dari sekedar memenuhi bahkan melampauinya.

Apa buktinya beliau melampaui tujuh syarat? Cukuplah gelar Al Fatih menjadi buktinya. Menggenapi nama Mehmed atau Muhammad II bin Murad II menjadi Muhammad al Fatih, Muhammad Sang Penakluk, Muhammad Sang Pembebas! Gelar yang disediakan Allah Swt bagi Muslim yang bisa menaklukkan dan membebaskan Konstantinopel (dan kelak bagi Penakluk dan Pembebas Kota Roma!)

Benar! Gelar itu memang sudah lebih dari cukup menjadi buktinya. Gelar itu juga menjadi kesimpulan semua syarat, khususnya menjadi reputasi dan catatan rekor. Ya, memang jika semua syarat itu diringkas, maka akan mudah melihatnya pada syarat yang ketujuh, yakni reputasi dan catatan rekor. Worldview menjadi syarat pembukanya yang berimbas pada syarat-syarat berikutnya, karena ini yang akan menjadi pembeda antara model kepemimpinan transformasional berbasis worldview Islam dengan yang konvensional sekuler. Sementara reputasi dan catatan rekor menjadi syarat penutupnya berupa kesimpulan yang menegaskan indikator seorang pemimpin memang telah memenuhi semua syarat yang diminta!

Reputasi dan catatan rekor sebagai Al Fatih, pertama-tama tergambar langsung dari gurunya sendiri, Syekh Aaq Syamsuddin. “Kalau seandainya ada pemimpin muslim yang tidak pernah masbuq dalam shalatnya, dialah Sultan Muhammad Al Fatih.” Sultan Mehmed juga ahli qiyamul lail sepanjang hidupnya sejak remajanya, ahli sujud. Tak hanya gurunya, namun juga para pasukannya menjadi saksi keteladanannya dalam semua aspek. Benar, Al Fatih memang pelaku beragam biah sholihah yang tak pernah putus. Konsisten dan penuh totalitas. Jika semua ini tak ada, tak mungkin Mehmed II menjelma seperti yang dikabarkan Rasulullah saw.! Masya Allah tabarakallah.

Abdul Hayy bin Al ‘Imad Al Hambali (1623-1679), seseorang ahli sejarah dan fakih dari mazhab Hambali, menambahkan keutuhan reputasi Al Fatih:

“Dia merupakan sultan yang paling agung dari kalangan Bani Usman. Dia adalah sultan utama yang memiliki sifat-sifat mulia. Sultan terbesar yang selalu melakukan jihad. Dia adalah sultan yang paling mampu melakukan ijtihad dan paling kokoh memegang pendirian. Dia sultan yang paling bertawakkal kepada Allah. Dialah yang menegakkan Kesultanan Bani Usman dan membuat undang-undang yang menjadi pengikat di perjalanan waktu .…”

Dan … akhirnya sebagai pamungkas, Al Fatih telah membuktikan diri berhasil menyandang gelar sebaik-baik pemimpin dalam hadits:

“Konstantinopel pasti akan ditaklukkan. Sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin yang memimpin penaklukkannya, dan sebaik-baik tentara adalah tentara yang menaklukkannya.” (HR. Bukhari, Ahmad, dan al-Hakim). Reputasi yang tiada tanding, tiada banding! Reputasi pemimpin transformasional sejati, pemimpin anshorullah, sang ghazi sejati! Masya Allah tabarakallah.

Begitulah, bi idznillah wa bi nashrillah, tujuh syarat itu pun terlampaui.

Hikmah Bakal Aksi:

Dengan Iman Yang Kokoh, Jadikan Syariat Selalu Di Depan Mata!

“Jika penaklukan Kota Konstantinopel sukses maka sabda Rasulullah SAW telah menjadi kenyataan dan salah satu dari mukjizatnya telah terbukti. Kita akan mendapatkan bagian dari apa yang telah menjadi janji dari hadits ini, berupa kemuliaan dan penghargaan. Oleh karena itu, sampaikanlah kepada para pasukan satu per satu bahwa kemenangan besar yang akan kita capai ini, akan menambah ketinggian dan kemuliaan Islam. Untuk itu wajib bagi setiap pasukan, menjadikan syariat selalu di depan matanya dan jangan sampai ada di antara mereka yang melanggar syariat yang mulia ini. Hendaknya mereka tidak mengusik tempat-tempat peribadatan dan gereja-gereja. Hendaknya mereka jangan mengganggu para pendeta dan orang-orang lemah tak berdaya yang tidak ikut terjun dalam pertempuran.”
Khutbah Sultan Muhammad Al Fatih di hadapan pasukannya, 27 Mei 1453, 2 hari menjelang hari bersejarah itu.

Pak Kar. 10.3.2023
Untuk Sahzade Ali

Dibaca

 79 total views,  2 views today

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi