Tanggung Jawab Siapa Kasus Raya?

Oleh. Shabira
(Aktivis Muslimah| Kontributor MazayaPost.com)

Kasus tragis Raya, balita usia 4 tahun yang meninggal akibat infeksi cacing di tubuhnya telah menyebar luas di sosial media. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam media berita Kumparan.com (23/08/25) menyatakan bahwa infeksi cacing tersebut dipicu oleh penyakit yang dideritanya selama 3 bulan, seperti batuk berdahak berkepanjangan. Selain itu, Arifah Fauzi selaku menteri pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak secara tidak langsung menyatakan bahwa lingkungan hidup tempat tinggal Raya tidak masuk dalam kategori lingkungan hidup yang layak yaitu bersih dan sehat. Bahkan akses terhadap jaminan sosial belum tersedia dan layanan kesehatan terlambat ungkapnya (Tribunnews.Com 21/08/25).

Sungguh miris keadaan yang dialami anak usia 4 tahun ini. Dari awal, Raya memang sudah dalam kondisi yang kurang layak untuk hidup dengan rumah yang seadanya dan lingkungan yang seperti itu, ia tumbuh dengan orang tua yang mengidap gangguan mental dan penyakit TBC titik. Tak ada uang yang cukup untuk berobat bagi kedua orang tuanya juga menjadi masalah yang penting. Ini menjadikan Raya kurang mendapat perhatian yang selayaknya.

Kronologi singkat meninggalnya Royal menunjukkan bahwa ia sudah dalam masa krisis sejak tanggal 13 Agustus 2025. Namun bagaimana bisa para pejabat dan pihak yang terkait terlambat dalam merespon kasus ini?. Seperti yang dapat kita lihat, respon baru bermunculan saat kasus menjadi viral. Apakah ini yang dimaksud dengan “no viral no judge?”

Apakah seperti ini sikap negara yang mengadopsi paham demokrasi dari rakyat oleh rakyat kembali ke rakyat? Sementara di sisi lain Indonesia, para pejabat dengan kerjanya yang tidak memuaskan, diketahui mendapat tunjangan yang mampu menopang kehidupan berpuluh ribu rakyat miskin. Sepertinya wujud demokrasi itu sendiri Memang tidak pernah ada.

Kasus yang dialami raya ini, pantas dijadikan bukti atas kurang mampunya pelayanan kesehatan negara dalam memberikan jaminan kesehatan bagi rakyat, terlebih lagi anak-anak. Prosedur-prosedur yang rumit mengakibatkan layanan kesehatan sulit dijangkau oleh beberapa kalangan. Mekanisme yang diterapkan pun, menjadikannya terlihat hanya sebagai formalitas belaka. Mungkin ini dapat menjadi salah satu dari beberapa hal yang perlu muhasabahi oleh pihak-pihak terkait. Semoga diberi kemudahan oleh Allah Yang Maha Memudahkan.

Selain kurangnya peran layanan kesehatan, orang tua raya juga dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk memberikan pengobatan yang layak bagi Raya Karena ekonomi yang mendesak. Karena penyakit yang diderita kedua orang tuanya juga menjadi faktor sulitnya mencari penghasilan.

Lalu, kenapa tidak mengambil layanan kesehatan gratis? Bisa jadi karena sosialisasi yang kurang merata, dan prosedur yang begitu rumit menjadi jawabannya. Di sisi lain, peran negara juga patut dipertanyakan. Negara terbukti telah berlaku abai pada masyarakat miskin dan lemah, negara berhasil memberikan mereka lingkungan hidup yang tidak sehat dengan kondisi yang sulit privilage negara hanya diberikan pada mereka yang memiliki kuasa.

Keadaan memperhatikan seperti ini niscaya terjadi di Indonesia terjadi dalam penerapan sistem kapitalisme. Sistem hasil pemikiran manusia ini, tidak lagi pantas diagungkan dan tidak pernah pantas diterapkan dalam kehidupan. Karena bagaimanapun, tidak mungkin peraturan yang dibuat manusia mampu menyejahterakan seluruh manusia.

Sistem ini berdiri berasaskan materi, dimana Hanya mereka yang bermodal yang dapat berkuasa, terlihat jelas tidak ada kepentingan terhadap rakyat jelata pola akhir kesejahteraan menjadi hal yang diperjual belikan. Padahal sistem menjadi hal yang sangat krusial dalam kehidupan, yang menjadi sebuah patokan berperilaku bagi yang menerapkannya. Jika sistem yang diterapkan sudah bermasalah, maka kehidupan yang dibangun di atasnya juga akan bermasalah.

Lain halnya dengan kehidupan Islam yang didasari sistem Islam. Dalam Islam, kesehatan dan kesejahteraan rakyat merupakan tanggung jawab negara. Negara wajib memastikan kesejahteraan rakyat dan menyantuni yang lemah. Sejahtera Bukan berarti semua kaya, rakyat yang miskin berhak mendapat zakat dari rakyat yang diberikan kelebihan harta dan negara yang akan mengolah sistem zakat ini, memastikan pembagiannya merata.

Kondisi sosial masyarakat pun terjaga dalam Islam. Kepedulian masyarakat akan terbangun sehingga seorang muslim tidak akan membiarkan tetangga ataupun saudaranya mengalami kesulitan. Mereka sadar akan kewajibannya dalam memenuhi hak tetangga dan saudaranya, yang telah diajarkan Islam. Tidak hanya kepada sesama muslim, bersosialisasi saudaranya, yang telah diajarkan Islam. Tidak hanya kepada sesama muslim karena, bersosialisasi dengan non muslim pun ada hak-hak mereka yang wajib dipenuhi sebagai seorang muslim.

Terkait kesehatan negara juga akan menyediakan layanan dengan fasilitas terbaik yang terjangkau oleh seluruh kalangan. Hal ini pernah terealisasi dalam masa kekhalifahan yang menerapkan sistem Islam secara keseluruhan. Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana kehidupan yang menerapkan sistem Islam, bisa kita pelajari di berbagai sosial media atau sarana lainnya. Mari budayakan membaca dan pastikan apa yang kita baca diambil dari sumber yang terpercaya. Wallahualam.

Views: 11

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi