Oleh. Elfia Prihastuti
(Praktisi Pendidikan, Kontributor MazayaPost.com)
Dunia terhenyak oleh sebuah kenyataan memilukan seorang anak balita bernama Raya yang bertempat tinggal di Sukabumi Jawa Barat. Kondisi mengenaskan harus dialami bocah tak berdosa ini. Fenomena kesehatan akut, menghantarkannya kehilangan nyawa. Banyak pihak terkait seolah lepas tangan, tak ingin disalahkan mencari pembenaran dengan berbagai alasan yang bertentangan dengan fakta.
Lembaga sosial Rumah Teduh membagikan sebuah rekaman CT scan yang mempertontonkan secara jelas tentang sebuah tubuh yang organ-organnya menjadi santapan ribuan cacing gelang. Tubuh akhirnya melemah. Saat menjalani perawatan di RSUD R Syamsudin SH cacing sepanjang 15 cm dikeluarkan dari tubuh mungil balita bernama Raya melalui seluruh lubang yang ada di tubuhnya. Dari mulut, telinga, mata, anus bahkan lubang kemaluan (Beritasatu, 20/08/2025).
Keprihatinan mendalam disampaikan Arifah Fauzi, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, teehadap kondisi Raya. Ia mengungkapkan, yang dialami Raya merupakan peringatan serius bagi perlindungan terhadap hak-hak anak di bidang kesehatan, pengasuhan dan lingkungan yang layak. Menurutnya, hal itu merupakan peristiwa yang memilukan dan seharusnya menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya orang tua (Tribunnews.com, 21/08/2025).
Sementara Anggota Komisi IX DPR Netty Prasetiani menyatakan bahwa peristiwa yang menimpa Raya merupakan alarm bahwa perlindungan sosial belum tèrjangkau sepenuhnya oleh masyarakat miskin. Banyak di antara mereka yang seharusnya menjadi penerima manfaat jaminan kesehatan justru terabaikan karena tidak memiliki dokumen kependudukan sebagai syarat dalam mengakses layanan dasar dalam kondisi darurat (Kompas.com, 22/8/2025).
Kehidupan Raya yang Mengenaskan
Raya dilahirkan dalam sebuah keluarga yang memiliki banyak keterbatasan, terutama keterbatasan ekonomi. Ayahnya sedang dirawat di Rumah Sakit karena menderita bronchitis akut. Sementara ibunya telah lama terkena Tuberkulosis (TB).
Lingkungan rumah tempat Raya tinggal dan keterbatasan ekonomi membuat rentan terhadap buruknya kesehatan. Lingkungan padat, minim sanitasi dan kumuh. Sementara rumah yang terbuat dari papan kayu itu di bawahnya bèrkolong. Di sanalah Raya sering bermain. Raya yang juga miskin perhatian dari kedua orang tuanya wajar jika di dalam tubuhnya penuh dengan cacing.
Belakangan diketahui, ternyata penyebab kematian Raya bukan karena cacingan semata. Namun, juga disebabkan oleh sepsis yaitu infeksi berat yang dipicu malnutrisi, stunting, dan meningitis tuberkulosis. Begitulah, kehidupan kebanyakan masyarakat ekonomi kelas bawah. Seolah dipaksa hidup di lingkungan tidak sehat, minim gizi, dan jauh dari akses kesehatan yang memadai.
Penyakit Raya tidak cepat tertangani karena terhalang oleh masalah dokumen kependudukan, sebagai persyaratan mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Patut disesalkan, pejabat negara hanya berstetemen tanpa memberi solusi. Ternyata pengurusan BPJS dilakukan oleh lembaga sosial Rumah Teduh. Padahal seharusnya ini menjadi bagian dari tanggung jawab negara.
Dampak Penerapan Kapitalisme
Ketika mencermati kisah Raya ini, sejatinya merupakan persoalan sistemik. Dengan kondisi orang tua Raya yang keduanya sakit sudah bisa dipastikan tidak dapat memberikan perhatian sebagaimana layaknya orang tua terhadap anak. Tidak bisa pula mengandalkan kepedulian sesama dalam menyelesaikan masalah.
Kasus Raya juga tidak bisa dilepaskan dari keadaan ekonomi keluarga yang penuh keterbatasan. Pemenuhan gizi yang baik, lingkungan yang sehat mustahil dapat terpenuhi. Semestinya ada pihak keluarga yang mengambil alih hak pengasuhan terhadap Raya. Tidak hanya keluarga, masyarakat di sekitar juga steakholder terkait seharusnya memberi dukungan terhadap pengasuhan agar kematian anak dalam kasus serupa tidak terjadi lagi.
BPJS yang dijadikan solusi untuk menangani masalah kesehatan di negeri ini, ternyata juga tidak mampu menolong nyawa Raya. Hal ini disebabkan karena ruwetnya kebijakan birokrasi yang berlaku. Sungguh kondisi ini semakin menyulitkan untuk mendapat akses kesehatan yang berkualitas. Dengan demikian benarlah rumor yang mengatakan bahwa ‘orang miskin tidak boleh sakit’.
Penderitaan Raya juga mengonfirmasi abainya negara terhadap rakyatnya yang lemah dan miskin. Kemiskinan banyak yang tak tersentuh negara. Rakyat dibiarkan dalam kesulitan memenuhi kebutuhan hidupnya dan kebanyakan dari mereka hidup dalam lingkungan yang tidak layak bagi kesehatan. Keluarga Raya hanyalah penggalan kisah dari berbagai kisah lain. Sekaligus menjadi simbol kegagalan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan kesejahteraan rakyatnya.
Hal ini menggambarkan pelayanan publik yang jauh dari memadai, bahkan bisa dikatakan terabaikan. Kapitalistik masih menjadi standar bagi negara dalam menggerakan perekonomian. Itu sebabnya kapitalisasi juga menyasar lembaga layanan publik. Hanya mereka yang mempunyai uang, koneksi atau dokumen lengkap untuk bisa memperoleh pelayan berkualitas. Hal ini merupakan keniscayaan dalam kapitalisme.
Janji-janji manis kesejahteraan bagi rakyat yang menguar wangi di masa kampanye, hanya sebatas kata-kata tanpa wujud yang nyata. Apalagi penguasa dalam sistem kapitalis tidak memiliki konsekuensi mengambil peran sebagai pengurus urusan rakyat. Kasus Raya sejatinya simbol kegagalan bagi kapitalisme dalam urusan pelayanan publik. Selama sistem ini dipertahankan maka tragedi yang dialami oleh Raya akan terus berulang.
Islam Mewujudkan Pelayanan Kesehatan yang Berkualitas
Dalam pandangan Islam kesehatan adalah salah satu kebutuhan dasar masyarakat yang harus dipenuhi negara. Negara tidak hanya menjadi penyelenggara layanan tapi penjamin kesejateraan rakyatnya, khususnya mereka yang hidup dalam beragam keterbatasan.
Negara memberikan layanan yang adil bagi setiap warganya untuk memperoleh jaminan kesehatan berkualitas. Tidak perduli kaya atau miskin, tua atau muda, muslim atau nonmuslim, laki-laki atau perempuan, dan lainnya. Kesehatan menjadi hak setiap warga negara. Dengan demikian, tidak akan ditemukan lalainya pelayanan karena terhalang kelengkapan dokumen kependudukan.
Negara hadir sebagai penanggung jawab sekaligus pelindung bagi rakyatnya sebagaima sabda Rasulullah saw. dalam hadis riwayat Bukhari bahwa seorang imam adalah junnah (perisai). Orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung pada dirinya.
Dalam Islam, terbentuk sistem sosial yang kuat yang terwujud dalam ukhuwah. Seorang muslim tidak akan menjadi penonton melihat saudaranya dalam keadaan sulit. Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi seperti satu tubuh. Jika anggota satu tubuh sakit maka seluruh tubuh ikut mersa sakitnya dengan dengan tidak bisa tidur dan demam.” (HR. Bukhari Muslim)
Selain itu, mekanisme zakat, infak, dan sedekah, baitul mal membuat kemiskinan dapat terentaskan. Sehingga sulit dijumpai kondisi fenomena kemiskinan akut seperti yang dialami keluarga Raya.
Dalam sejarah kekhilafahan tercatat bagaimana negara menyediakan layanan kesehatan bagi rakyatnya. Kesehatan disediakan gratis dengan layanan terbaik dan tanpa diskriminasi. Rumah sakit-rumah sakit dibangun di berbagai wilayah dan menjadi pelayanan medis dan riset. Pelayanan diperuntukan siapa saja, tanpa diskriminasi layanan berdasarkan kekayaan. Pelayanan terhadap rakyat adalah amanah bagi seorang pemimpin negara bukan komoditas. Wallahualam bisawab.
Views: 0