TIPS MEMONDOKKAN ANAK DI PESANTREN

 

Ust. Azizi Fathoni K
(Khuwaidim PPDM)

Musim pendaftaran pondok pesantren datang lagi, berikut sepuluh tips yang hendaknya diperhatikan oleh setiap orang tua calon wali santri jika ingin memondokkan anaknya di pesantren.

1. Luruskan niat, bahwa niat memondokkan anak adalah untuk mendalami Islam (tafaqquhan fid din), yang asalnya adalah kewajiban orang tua, dan anak yang bersangkutan. Bukan tujuan lain yang sifatnya duniawi.

2. Melakukan survey dan pengamatan, bagaimana guru dan pondok dalam mendidik santrinya. Dengan memperhatikan:

a. Sepak terjang gurunya, dalam pemahaman agama dan pemikiran (tidak ada yang menyimpang), dan keterikatannya terhadap hukum syara’. Sebagai gambaran ulama salaf dulu sebelum mengambil riwayat hadits dari seorang syaikh terlebih dahulu mengamati shalatnya, jika baik maka diambil jika tidak maka ditinggalkan, dengan mengatakan: “jika sebesar perkara shalat saja diremehkan bagaimana dengan perkara yang tidak sebesar shalat” atau “jika akhirat dirinya sendiri saja diremehkan bagaimana bisa diharapkan mengurus akhirat orang lain”.

b. Tata pergaulan di pondok, apakah menjunjung tinggi syari’at Islam ataukah longgar, misal kamar mandi santri terbuka, santri mandi bersama, berpakaian kurang menutup aurat, berkata kotor dan kasar, berkhalwat dan ikhtilath antara santri dan santriwati, atau ustadz dan ustadzah, atau ustadzah dan santri, atau ustadz dan santriwati, dsb. Jika longgar: stop!

c. Pelajaran yang diajarkan, dari adab, akidah, dan fiqh nya. Menjunjung tinggi bahasa Arab (sebagai bahasa pembelajaran dan keseharian), dsb.

d. Mempertimbangkan fasilitas, tidak harus mewah bahkan justru santri akan terbentuk ketahanan mental dan kemandiriannya dengan dididik hidup sederhana jika tidak malah serba terbatas. paling tidak santri bisa terpenuhi makan, tempat belajar dan istirahat yang sehat.

e. Banyak atau sedikitnya santri jangan terlalu dijadikan patokan, pastikan yang santrinya terbina dan terurus dengan baik.

3. Menyiapkan anak sebelum mondok:

a. meluruskan niat anak

b. membekali anak tentang adab dalam menuntut ilmu (kepada ilmu, ustadz, keluarga ustadz, dan sesama teman). Mondok bukan hanya transfer ilmu, ada adab yang harus dijaga demi keberkahan ilmu. Misal bagaimana menghormati guru, menjaga dan tidak mengambil hak orang lain, dsb. Agar ilmu yang didapat menjadi hujjah baginya bukan malah menjadi hujjah atas dirinya.

c. membekali ilmu membaca dan hafalan Alqur’an,

d. membekali ibadah yaumiyyah, dari bersuci dan shalat yang benar

e. membekali jiwa kemandirian, sehingga tidak merepotkan guru juga teman-temannya sesama penuntut ilmu

Intinya, ke pondok anak jangan “kosongan”, terutama adab sangat amat ditekankan.

4. Jika sekiranya anak anda nakal luar biasa, sebaiknya jangan dipondokkan dulu, didiklah dengan penuh perhatian dan disiplin sampai dia beradab. Ingat, pondok bukan bengkel, atau bahkan tempat orang tua berlepas diri dari kenakalan anaknya. Anak yang nakal belum siap mondok sangat berpotensi menyakiti guru, selain juga teman-temannya para pencari ilmu.

5. Jangan menganggap para pengajar dan pengasuh itu ajir/pekerja yang bisa dikomplain saat merasa ada kekurangan. Namun bukan berarti guru itu sempurna dan “maha benar”. Boleh menasihati atau memberinya masukan jika dipandang perlu, dengan cara yang ahsan tentunya.

6. Wali santri hendaknya hormat terhadap guru juga memperhatikan kemaslahatannya, karena telah membantunya mendidikkan anaknya dan merawat serta membimbing ruh anaknya ke jalan yang diridhai Penciptanya.

7. Membiayai dengan harta yang halal, banyak bersedekah agar lebih barokah. Usahakan sekuat tenaga agar tidak sampai menunggak pembayaran uang bulanan santri, demi menjaga supaya apa yang masuk ke dalam perutnya adalah dari sumber yang jelas. Karena jika menunggak dan anaknya terus makan, lantas dari harta siapa dia makan? Kalau dianggap dipinjami pondok, sudah ada akad pinjam-meminjam?

8. Rutin mendoakan setiap usai shalat fardhu 5 waktu, dan memiliki amalan khusus yang diniatkan demi kebaikan sang anak. Diantaranya puasa, dzikir istighfar 1000x, dlsb. Untuk doa diantaranya bisa membaca:

بسم الله الرحمن الرحيم

(Didahului tahmid dan shalawat)

اللهم إني أشهدك أني راضٍ/راضيةٌ عن ابني/ابنتي ( … ) تمام الرضا وكمال الرضا ومنتهى الرضا. فاللهم أنزل رضوانك عليه/عليها برضائي عنه/عنها.

(Diakhiri tahmid dan shalawat)

9. Jika santri mengadu tidak kerasan, jangan langsung diamini dan keburu dipindahkan pondok/sekolah. Kasih motivasi, arahan, kuatkan jiwanya untuk bangkit menghadapi permasalahan yang ada. Karena di pondok lainpun juga akan menjumpai permasalahan. Mengingat diantara pelajaran berharga di pondok adalah belajar bersosialisasi dan bagaimana menghadapi serta menyelesaikan permasalahan secara mandiri.

10. Jangan lupakan guru, dan jangan lupa berterimakasih terhadap guru. Bahkan setelah lulus pun tetap menganggapnya sebagai guru. Bahkan saat di kemudian hari ilmunya melebihi gurunya, jangan ingkari sang guru atau bahkan meremehkannya. Karena melalui perantaraan guru tersebut ruh sang murid terrawat dan terus bersemangat hingga mencapai apa yang dia berhasil capai.

Batu, 16 Robi’ul akhir 1446

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi