Oleh. Afiyah Rasyad
Siapa yang tak bersuka cita menyambut datangnya bulan suci Ramadhan? Ramadhan bulan mulia yang di dalamnya ada ampunan, rahmat, dan keberkahan. Selain itu, Allah akan melipatgandakan pahala dan mengampuni dosa-dosa. Masyaallah.
Ah, tentu kaum muslim berbahagaia menyambutnya. Aku pun antusias dalam menyambut Ramadhan. Bahkan, bulan ini selalu membuat hati membuncah dan tak hendak berpisah. Ramadhan bulan mulia yang wajib disambut penuh suka cita. Segala kegembiraan tertumpah ruah saat informasi hilal terlihat.
Nah, di rumah ada dua kalender. Satu Ramadhan jatuh pada hari yang berbeda. Anak sulung selalu berkata dengan keukeh sejak 20 Sya’ban, “Kita puasa hari Ahad, Mi.” Kengototannya mewarisi sifat emaknya ini. Ketika disampaikan bahwa kita menunggu bulan dulu, dia bersikeras menyatakan Ahad awal Ramadhan.
Begitu melihat kalender yang satu lagi, baru dia mulai beertanya, “Puasa Sabtu apa Ahad, Mi?” Maka, aku beri info untuk menunggu hilal alias rukyat hilal. Dia belum ngeh memang kenapa harus menunggu bulan. Aku pun hanya mampu menjelaskan terkait syariat hilal saja, belum bisa menyederhanakan terkait perkara astronominya. Intinya, kita semua berpuasa jika bulan baru itu sudah muncul.
Anak sulungku yang sudah 7 tahun bulan Rajab kemarin mengangguk tanda paham. Bahwa 1 Ramadhan tergantung dari munculnya Hilal. Dia pun tak pernah persoalkan lagi sejak disampaikan menunggu kabar munculnya Hilal dari seluruh dunia.
Lepas sholat Jum’at, mereka senang bukan kepalang. Apa pasal, mereka berharap Ramadhan segera datang. Entah alasan apa yang ada dalam benak mereka. Kakak nomor dua dengan mantap berkata, “Kalau besok puasa, aku puasanya sampai Maghrib, Mi.”
MasyaAllah, pernyataan itu membuat bunga-bunga bermekaran indah di hatiku. Menyesal rasanya kalau ingat rasa jengkel yang sering diperturutkan atas mereka. Hujan lebat terus mengguyur hati yang sering keruh. Setelah sholat Isya’, mereka berpesan kalau sahur dibangunin. Pesan indah yang harus ku indahkan pula. Aku tak ingin hati mereka terbingkai rasa kecewa, apalagi sahur adalah momen latihan mereka untuk menahan lapar dan dahaga seharian.
Alarm disetel jam 1. Namun, mata tetap terjaga hingga tengah malam. Rasa setia menanti hilal lebih besar dibanding rasa kantuk. Hamdan lillah, informasi rukyat hilal global bisa ku ikuti sedari awal. Aku mengikuti vmchannel Waqiyah TV. Diinfokan bahwa Sabtu adalah 1 Ramadhan 1443H. Sontak, aku langsung membangunkan emak dan Abdurrahman Kids. Sungguh, rukyat hilal adalah pertanda awal bulan hijriyah. Apalagi Nabi Saw. bersabda:
إذَا رَأيْتُمُ الْهِلَا لَ فَصُوْمُوا وَإذَا رَأيْتُمُوْهُ فَأفْطرُوْا فإنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَصُوْمُوا ثَلا ثِيْنَ يَوْمًا
“Apabila kalian melihat hilal (bulan Ramadhan) maka puasalah dan apabila kalian melihat hilal (bulal Syawal) maka berbukalah (lebaran), dan apabila tertutup awan (mendung) maka berpuasalah 30 hari.” (HR Muslim)