WANITA PEMAKAN HATI MANUSIA

SIAPA yang tidak kenal dengan wanita Mekkah pembenci Rasulullah dan islam? Saking dendamnya ia pada umat islam, saat kaum muslimin mendapat kekalahan pada perang Uhud, ia bersama wanita jahiliyah lainnya memotong telinga-telinga mayat kaum muslim satu persatu kemudian dijadikan kalung, khusus untuk mayat paman Nabi Sang Singa Allah sayyidina Hamzah RA, ia robek perutnya dan diambil hatinya, kemudian ia mengunyahnya, maka ia dijuluki “akilatul kibdah (wanita pemakan hati) itulah Hindun binti Utbah, isteri dari Abu Sufyan RA.

Setelah masuk Islam pada hari kedua fathu Makkah, beliau menjadi wanita mulia dan terhormat di kalangan kaum muslimin, sejak wafatnya Rasulullah SAW, ia sangat terpukul, belum sebanding pengabdiannya dengan kejahatannya dahulu kepada Nabi, namun ia masuk islam bukan semata karena Nabi, namun kerena memang ia ingin menepati hidayah.

Ibuku adalah wanita yang sangat berbahaya di masa Jahiliyah dan di dalam Islam menjadi seorang wanita yang mulia dan baik,” ujar Mu’awiyah bin Abi Sofyan mengungkapkan sifat sang ibu. Setelah memeluk Islam, Hindun dikenal sebagai seorang wanita yang memiliki sifat luhur, fasih dalam berbicara, pemberani, kuat, dan berjiwa besar. Bahkan ia berperan besar dalam memenangkan perang Yarmuk yang dakhsyat melawan Romawi.

Betapa berharganya hidayah di banding dengan harta dunia ini, sungguh disesalkan jika pada saat ini ada orang yang murtad (keluar dari islam) bahkan dengan bangga akan melakukan upacara ritual pindah agama.

Berbicara tentang hidayah berarti membahas perkara yang paling penting dan kebutuhan yang paling besar dalam kehidupan manusia. Betapa tidak, hidayah adalah sebab utama keselamatan dan kebaikan hidup manusia di dunia dan akhirat.

Sehingga barangsiapa yang dimudahkan oleh Allah Ta’ala untuk meraihnya, maka sungguh dia telah meraih keberuntungan yang besar dan tidak akan ada seorangpun yang mampu mencelakakannya.

Allah Ta’ala berfirman:

{مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِي وَمَنْ يُضْلِلْ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ}

“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk (dalam semua kebaikan dunia dan akhirat); dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi (dunia dan akhirat)” (QS al-A’raaf:178).

Dalam ayat lain, Dia Ta’ala juga berfirman:

{مَن يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا}

“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk (dalam semua kebaikan dunia dan akhirat); dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya” (QS al-Kahf:17).

Al Qur’an membahas hidayah dalam beberapa bagian:

Pertama, Hidayah khalkiyah yaitu hidayah yang datang bersama penciptaan manusia, yakni akal, naluri dan panca indera manusia. Misalnya melalui akalnya inilah manusia memiliki kebebasan berkehendak atau kebebasan memilih, bersamaan dengan diberinya hidayah ini, Allah juga memberikan potensi baik dan buruk pada manusia sebagai konsekuensi kebebasan berkendak atau kebebasan memilih

Sebagaimana dalam firman Allah SWT:

“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya,” (QS AS Syams [91] : 8).

Kedua, Hidayah ad-Dalalah yaitu hidayah yang diturunkan Allah dengan diturunkannya al qur’an dan diutusnya Rasulullah SAW kepada seluruh manusia. Hal ini berfungsi sebagai guidance atau tuntunan bagi manusia dalam melaksanakan tugasnya di dunia sebagai wakil Allah.

“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk (Al Qur’an) dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama meskipun orang-orang musyrik benci,” (QS. Ash Shaff [61]:9).

Ketiga, Hidayah At Taufiq, yaitu persetujuan atau kemudahan yang datang dari Allah ketika seseorang menjalankan aktivitas menaati-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Ketika seorang hamba melaksanakan ketaatan kepada Allah dengan maksimal maka Allah pun akan memberika taufiq kepadanya agar dapat menjalankan ketaatan itu dengan lebih mudah.

“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) islam. Dan barangsiapa yang dihendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman,” (QS. Al An’am [6]:125).

Wallahu a’lam bishawab

(H. M. Ali Moeslim)

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi