Bandung, 4 Desember 2021/ 29 R Akhir 1443
Oleh. H. M Ali Moeslim
Sebagaimana telah menjadi viral pernyataan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) yang baru dilantik yakni Jenderal Dudung Abdurachman mengungkapkan pandangannya terkait ajaran Islam. Diketahui bahwa saat dirinya diminta berdo’a, mengaku memilih berdoa memakai bahasa Indonesia karena Tuhan bukan orang Arab.
Padahal kedudukan tauhid adalah pemahaman dasar seorang Muslim sekaligus landasan dalam setiap sikap dan perilakunya.
Pentingnya keyakinan atau iman ini yang menjadi perhatian para sahabat Nabi Saw, para sahabat dididik langsung oleh Nabi Saw. karena memang tujuan utama kita diciptakan adalah menegakkan dan mendakwahkan tauhid serta membuktikan keimanan kita dalam bentuk ketaatan yang benar pada Allah SWT. dan Rasul-NYA di muka bumi. Kita tidak menjadikan pangkat, harta, tahta dan hawa nafsu sebagai tuhan Tuhan yang diibadahi selain Allah SWT. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)
Sepenggal Kisah pemecatan seorang panglima perang, yakni Khalid bin Walid bisa menjadi pelajaran. Beliau adalah seorang pemimpin perang yang tidak pernah kalah sejak sebelum masuk Islam, apalagi setelah masuk Isllam.
Setelah menerima surat pemecatan dari khalifah sebagai panglima perang kaum Muslim dan diganti oleh Sahabat Abu Ubaidah bin Jarrah, beliau segera bersiap menghadap Khalifah Umar bin Khatab. Sebelum berangkat, beliau menyerahkan komando perang kepada penggantinya.
Sesampai di depan Umar beliau memberikan salam, “Assalamualaikum ya Amirul mukminin! Langsung saja! Saya menerima surat pemecatan. Apa betul saya dipecat?”
“Walaikumsalam warahmatullah! Betul Khalid!” jawab khalifah.
“Kalau masalah dipecat itu hak Anda sebagai khalifah. Tapi, kalau boleh tahu, kesalahan saya apa?”
“Kamu tidak punya kesalahan.”
“Kalau tidak punya kesalahan kenapa saya dipecat? Apa saya tak mampu menjadi panglima?”
“Pada zaman ini kamu adalah panglima terbaik.”
“Lalu kenapa saya dipecat?” tanya Jenderal Khalid yang tak bisa menahan rasa penasarannya.
Dengan tenang Khalifah Umar bin Khatab menjawab, “Khalid, engkau jenderal terbaik, panglima perang terhebat. Ratusan peperangan telah kaupimpin dan tak pernah satu kali pun kalah. Setiap hari masyarakat dan prajurit selalu menyanjungmu. Tak pernah saya mendengar orang menjelek-jelekkan.
Tapi, ingat Khalid, kau juga adalah manusia biasa. Terlalu banyak orang yang memuji bukan tidak mungkin akan timbul rasa sombong dalam hatimu. Sedangkan Allah sangat membenci orang yang memiliki rasa sombong.”
“Seberat debu rasa sombong di dalam hati, maka neraka jahanamlah tempatmu. Karena itu, maafkan aku wahai saudaraku, untuk menjagamu terpaksa saat ini kau saya pecat. Supaya engkau tahu, jangankan di hadapan Allah, di depan Umar saja kau tak bisa berbuat apa-apa!”
Mendengar jawaban itu, Jenderal Khalid tertegun, bergetar, dan goyah. Dengan segenap kekuatan yang ada beliau langsung mendekap Khalifah Umar. Sambil menangis beliau berbisik, “Terima kasih, ya Khalifah. Engkau saudaraku!”
Panglima perang Klalid bin Walid selalu menang perang, sehingga saat itu muncul dalam benak dan keyakinan sebagian kaum Muslim:
“Kalau Khalid jadi panglima, pasti menang.”
Bahkan sebagian kaum Muslim mengira bahwa Khalid bin Walid (ﺻﺎﻧﻊ ﺍﻟﻨﺼﺮ) “sang pembuat kemenangan”, sebagian kaum Muslim menyandarkan sepenuhnya hati pada Khalid dan mulai lalai berdoa dan berharap serta meminta kepada Allah Ta’ala.
Melihat fenomena ini, Umar bin Khattab mengganti Khalid bin Walid dengan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, Umar paham benar bahwa Tauhid lebih penting dari segalanya. Bukan berarti Umar ingin kaum Muslim kalah, akan tetapi TAUHID paling penting dan kemenangan kaum Muslim masih bisa didapatkan dengan kepemimpinan Abu Ubaidah yang diberi gelar “Amiinul ummah” (Orang kepercayaan umat).
Salah satu pendapat yang masyhur mengenai alasan Umar bin Khattab mengganti/mencopot Panglima Perang Khalid bin Walid adalah untuk kemurnian tauhid umat yaitu menunaikan hak Allah di muka bumi yang merupakan tujuan utama manusia dan jin diciptakan. Perhatikan perkataan Umar bin Khattab,
ﺇﻧﻲ ﻟﻢ ﺃﻋﺰﻝ ﺧﺎﻟﺪﺍً ﻋﻦ ﺳﺨﻄﺔ ﻭﻻ ﺧﻴﺎﻧﺔ ، ﻭﻟﻜﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻓُﺘﻨﻮﺍ ﺑﻪ ﻓﺄﺣﺒﺒﺖ ﺃﻥ ﻳﻌﻠﻤﻮﺍ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻫﻮ ﺍﻟﺼﺎﻧﻊ
“Sesungguhnya aku tidak mencopot Khalid bin Walid karena marah ataupun dia berkhianat, tetapi manusia telah terfitnah dan aku ingin manusia tahu bahwa Allah-lah yang membuat kemenangan.” (Al-Bidayah Wan Nihayah 7/81)
Ibnu ‘Aun meriwayatkan tatkala Umar menjadi khalifah, ia berkata,
ﻷﻧﺰﻋﻦَّ ﺧﺎﻟﺪﺍً ﺣﺘﻰ ﻳُﻌﻠﻢ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺇﻧﻤﺎ ﻳﻨﺼﺮ ﺩﻳﻨﻪ . ﻳﻌﻨﻲ ﺑﻐﻴﺮ ﺧﺎﻟﺪ
“Sungguh aku akan mencopot Khalid (dari panglima) sehingga manusia tahu bahwa Allah mampu menolong agama-Nya tanpa Khalid.” (Siyaru A’lam An-Nubala 1/378)
Wallahu a’lam bishawab.