THE LION OF ALLAH AND THE LION OF DESERT

Mazayapost#SIAPA kaum muslim yang tidak kenal dengan Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib? Dicatat oleh tinta emas sejarah Islam pada periode awal kenabian dan nama beliaupun selalu disebut sebagai pemimpin para syuhada dalam sebuah hadits.

سَيِّدُ الشُّهَدَاءِ حَمْزَةُ بْنُ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ ، وَرَجُلٌ قَالَ إِلَى إِمَامٍ جَائِرٍ فَأَمَرَهُ وَنَهَاهُ فَقَتَلَهُ

“Pemimpin para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthalib, dan orang yang melawan penguasa kejam, ia melarang dan memerintah, namun akhirnya ia mati terbunuh.” (HR. Ath Thabarani)

Sayyidina Hamzah, sosok yang sangat dicintai Rasulullah. Ia adalah paman Nabi saw, pembela Rasulullah dengan segenap jiwa raganya. Menancapkan Islam di dadanya, pemberani, dan selalu berada digarda terdepan ketika dengung peperangan Jihad, disaat Allah telah memberi aba-aba perang bela agama dimulai, bahkan dialah yang tercatat sebagai panglima perang pertama islam.

Bak singa, Hamzah memegang senjata, menebas kaum Quraisy di perang Badar dan Uhud dengan tanpa merasa takut, disamping tetap waspada untuk selalu menjaga keselamatan Rasulullah SAW.

Sejak petama kali masuk Islam, Ia telah bernazar (berjanji) bahwa semua kesehatan, kekuatan yang dimilikinya hanya untuk Allah dan agama-Nya

Tangis Nabi saw tak terbendung saat tahu paman yang dicintainya, panglima perang yang gagah berani dan menyerahkan jiwa raganya pada kejayaan agama meregang nyawa saat mengerahkan semua kekuatan dan keberaniaannya. Bertempur disisi Rasul sembari berteriak : ”Aku adalah Singa Allah.”

Di tempat terbunuhnya Hamzah, dengan perasaan remuk, Rasulullah bersabda, “Aku adalah saksi atas mereka. Balutlah mereka dengan darahnya. Karena tidak ada luka ketika berjihad di jalan Allah SWT, kecuali lukanya itu akan datang di hari kiamat dalam keadaan berdarah. Warnanya merah seperti darah dan harumnya seperti harum minyak misik. Utamakan di antara mereka yang lebih banyak hafalan Al-Qur’annya, lalu kuburkanlah mereka dalam liang lahat.”

Setelah itu beliau juga bersabda, ”Pemimpin para syuhada pada hari kiamat adalah Hamzah.”

Sebuah kematian yang sempurna, tersenyum di alam baka, karena selain seorang lelaki yang sangat cinta Allah dan NabiNya.

Sayyidina Hamzah yang dijuluki Assadullah (Singa Allah) saat awal awal perjuangan penegakkan islam di Mekkah dan madinah, lain pula dengan Umar Mukhtar sang singa padang pasir, seorang ulama yang pada awal mula berjuang dengan pena, kini ia berjuang dengan mengangkat senjata. Ia menjadi panglima perang melawan penjajahan terhadap wilayah kekhalifahan di Afrika bagian utara, saat meredupnya kekhalifahan islam Turqi Utsmani sebagai pemimpin terakhir umat islam yang wilayah kepemimpinannya meliputi 2/3 dunia.

Dunia masih mengingatnya bahkan selama berabad-abad. Singa padang pasir yang pada awalnya berjuang dengan pena, lalu angkat senjata.

Dalam perjalanan hidupnya, Umar Al-Mukhtar yang mulanya dikenal sebagai seorang ulama islam kemudian memilih menjadi pejuang yang melakukan pemberontakan bersenjata melawan pasukan penjajah Inggris, Prancis, dan Italia.

Pada tahun 1911, pemerintah fasis Italia mengumumkan perang terhadap Khalifah Utsmaniyah (Ottoman). Tanpa menunggu lama, pada tanggal 19 oktober 1911, kawanan pasukan italia memasuki pantai Benghazi, Libya yang masih berada dibawah kekuasaan Ottoman.

Tak berselang lama, bersamaan dengan meletusnya perang Balkan, Ottoman akhirnya kalah dan menarik diri dari Libya pada tahun 1912 dan Libya resmi dijajah Italia.

Para pejuang Libya bangkit melawan Italia. Saat itu, tampilah salah seorang pemimpin pejuang yang tegak melawan penjajah Italia, dialah Umar Mukhtar (1861-1931).

Setelah mengobarkan perang perlawanan selama 20 tahun, melalui tipu muslihat dan bersekongkol dengan kaum munafiq negeri Libya, pada tanggal 11 September 1931, ketika Umar Mukhtar berziarah ke makam sahabat Rasullulah SAW, Ruwaifi’ Bin Tsabit r.a di kota Al-Baidha, Umar Mukhtar berhasil ditangkap oleh pasukan italia.

Beliau pun langsung ditawan dan digelandang ke pengadilan untuk menjalani hukuman sebagai pemberontak.

Sejarah mencatat, dalam persidangan tersebut, terjadi dialog yang luar biasa antara serta hakim italia dengan sang mujahid.

Hakim : “Apakah engkau memberontak terhadap Italia?”.
Umar : “Iya..”.
Hakim : “Apakah engkau juga mengajak dan memotivasi orang-orang untuk memberontak?”.
Umar : “Iya..”.
Hakim : “Apakah engkau tahu akibat perbuatanmu?”.
Umar : “Iya, aku tahu..”.
Hakim : “Apakah sadar dengan semua pengakuanmu?”.
Umar : “Iya, saya sadar”.
Hakim : “Sudah berapa lama engkau mengangkat senjata melawan Italia?”.
Umar : “Lebih dari 20 tahun”.
Hakim : “Apakah engkau menyesal atas perbuatanmu itu?”.
Umar : “Tidak sama sekali”.
Hakim : “Tahukah engkau bahwa engkau akan dihukum gantung?”
Umar : “Ya, saya tahu..”.
Hakim : “Saya betul-betul sedih… mengapa akhir hayatmu akan berakhir seperti ini…”
Umar : “Anda salah…justru beginilah cara terbaik mengakhiri kehidupan ini…!!!”.

Hakim kemudian ingin membebaskannya dan mendeportasinya dari negara itu jika ia mau mengajak rekan-rekannya dalam sebuah pernyataan untuk menghentikan perlawanan.

Kemudian Umar Mukhtar mengatakan kata-katanya yang terkenal :

“Jari telunjuk saya, yang mengakui dalam setiap ibadah bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasullah, tidak bisa menulis kata-kata dusta, kami tidak menyerah, kami menang atau mati”

Wallahu a’lam bishawab

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi