Oleh. K.H. Hafidz Abdurrahman
Penulis kitab “At-Tanbih fi Al-Fiqh As-Syafii”, Imam As-Syirazi Al-Firuzabadi, menuturkan beliau bermimpi bertemu Nabi, menanyakan sejumlah hadits yang beliau dapatkan, Nabi memanggilnya dengan sebutan, “Ya Syekh…” Panggilan yang membuatnya mendapatkan kehormatan dari Nabi.
Kitab Tanbih sendiri ditulis dengan apik oleh penulisnya, untuk menghimpun pandangan Imam Syafii, yang tampak kontradik satu dengan yang lain. Setelah menulis Tanbih, beliau juga menulis kitab yang tidak kalah hebatnya, lebih luas dan mendalam ketimbang Tanbih, yaitu Al-Muhadzdzab, yang kemudian disyarah oleh Imam Nawawi dengan judul, Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzdzab.
Perlu dicatat, Fikih Syafii, satu-satunya fikih yang ditulis oleh Imam Syafii, mulai dari Ushul, cara menggali hukum, beliau juga menghimpun semua pemikiran dan ijtihadnya, baik Ushul maupun Furu’, kaidah, maqashid, pemahaman, tafsir, untuk menjelaskan atau menakwilkannya. Semuanya dihimpun dalam satu kitab, “Al-Umm” (kitab induk).
Kata Nabi, “Janganlah engkau cela kaum Quraisy, karena ilmu ulamanya akan memenuhi dunia dengan ilmunya.” (HR at-Thayalisi).
Maka, Imam Ahmad menjelaskan hadis ini dengan menunjuk kepada Imam Syafii, gurunya.
As-Syirazi mempunyai ketekunan dan luar biasa. Satu buku beliau baca hingga 100 kali. Ketika belajar pun beliau tidak ingin menyia-nyiakan waktunya hatta untuk makan, saking berharganya waktu bagi beliau.
Beliau juga rajin sekali menghadiri majelis. Tidak pernah absen. Sampai Al-Qadhi Abu Thayyib menyebutnya dengan, “Hamamah Al-Masjid”, karena ketekunan dan rajin datang di majelis ilmu yang biasanya diadakan di Masjid.
Al-Faqir jadi teringat ketika istilah, “Hamamah Al-Majlis” digunakan oleh Syekh Fauzi Konate, untuk menyebut salah satu murid kesayangannya, semoga itu menjadi doa terbaik untuknya, hingga mencapai level as-Syirazi atau Ar-Rafii pada zamannya
اللهم علمنا وذريتنا في الدين، وفقهنا وعلمنا التأويل برحمتك يا أرحم الراحمين
