Oleh: Arief B. Iskandar
(Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor).
IMAM Malik rahimahulLaah adalah salah seorang ulama yang sangat memuliakan ilmu. Diriwayatkan, dalam sebuah kunjungan ke Kota Madinah untuk menziarahi Makam Rasulullah saw., Khalifah Bani Abbasiyyah saat itu, Harun ar-Rasyid, tertarik untuk mengikuti kajian Kitab Al-Muwaththa’ karya Imam Malik.
Untuk itu Khalifah mengutus Yahya bin Khalid al-Barmaki untuk memanggil Imam Malik. Namun, Imam Malik menolak untuk mendatangi Khalifah seraya berkata kepada utusan Khalifah itu, “Al-‘Ilmu yuzâr wa lâ yazûr, yu’tâ wa lâ ya’tî (Ilmu itu dikunjungi, bukan mengunjungi. Ilmu itu didatangi, bukan mendatangi).”
Sikap Imam Malik demikian tentu bukan karena beliau sombong. Itu adalah cara beliau supaya siapa saja memuliakan ilmu. Termasuk Khalifah sekalipun.
Akhirnya, terpaksa Khalifah Harun ar-Rasyid mengalah. Ia lalu mendatangi Imam Malik dan duduk di majelisnya. Sedianya Khalifah ingin agar jamaah yang lain meninggalkan majelis tersebut. Namun, permintaan itu ditolak oleh Imam Malik. “Saya tidak bisa mengorbankan kepentingan orang banyak hanya demi kepentingan Anda seorang.”
Sang Khalifah pun akhirnya mengikuti kajian Imam Malik dan duduk berdampingan dengan rakyat kebanyakan (Lihat: Al-‘Ashami, Samth an-Nujûm al-‘Awâlî fî Anbâ’ al-Awâ’il at-Tawâlî, II/2014).
Demikianlah sikap Imam Malik. Di tangan beliau, ilmu benar-benar ditempatkan pada kedudukan mulia dan terhormat. Tak mudah direndahkan dan disepelekan. Bahkan oleh seorang penguasa besar, seperti Khalifah Harun ar-Rasyid sekalipun.
Inilah yang juga dilakukan oleh Imam Malik. Dalam rangka mencari ilmu sekaligus mengumpulkan hadis, beliau rela mendatangi tidak kurang dari 900 ulama di majelis-majelis mereka. Tak jarang untuk itu beliau menempuh perjalanan yang sangat jauh.
Semoga kita dan putra-putri kita bisa meneladani Imam Malik rahimahulLaah dalam memuliakan ilmu. Di antaranya dengan rajin mengunjungi majelis para ulama untuk mereguk ilmu-ilmu mereka.
Wa maa tawfiiqii illaa bilLaah ‘alayhi tawakkaltu wa ilayhi uniib. []
040422
Hikmah Ramadhan:
كان الزهري رحمه الله، إذا دخل رمضان، يقول : إنما هو تلاوة القرآن وإطعام الطعام (التمهيد، لابن عبد البر (٦ /١١١)
Imam az-Zuhri rahimahulLaah, jika masuk Bulan Ramadhan, beliau berkata: “Ramadhan adalah bulan untuk banyak membaca al-Quran dan banyak memberi makan orang-orang (yang berpuasa saat mereka berbuka, _pen.).” (Ibnu Abdil Barr, At-Tamhiid, 6/111).