Abdullah bin Mubarak, Ulama Pejuang yang Dermawan

Oleh. Ummu Himmah

Di antara ribuan ulama, ada seorang yang murah hati lagi dermawan, akrab dengan Al-Qur’an, bersungguh-sunggguh (dalam ibadah), banyak hartanya disedekahkan, perbuatan dan perkataannya diberkahi. Dia adalah Abdullah bin Al-Mubarak.

Abdullah bin Al-Mubarak atau Ibnul Mubarak yang diberi gelar Abu Abdirrahman, lahir di Maru atau Marwa pada tahun 118 H dan wafat di bulan Ramadhan, saat kembali dari medan perang pada 181 H. dalam umur 63 tahun, atau yang bertepatan dengan tahun 736-797 M. Dia adalah seorang ahli fikih, ahli hadits, punya sikap wara’ atau hati-hati, tepercaya (bahasa Arab: ثبت) dalam bidang hadits, zuhud, suka berjihad, sangat alim, pemberani, dermawan, ahli sejarah, dan lain-lain. Seluruh hidupnya, selain dihabiskan untuk menuntut ilmu, juga digunakan untuk berjihad, berniaga, menafkahkan hartanya, dan pergi haji.

Keutamaan dari seorang Abdullah bin Mubarak adalah kesungguhannya dalam menuntut ilmu. Adz-Dzahabi menuturkan, bahwa Ibnul Mubarak mulai menuntut ilmu sejak umur 20 tahun di daerahnya, Marwa, dan kemudian, pada tahun 141 H melanjutkan perjalanannya ke wilayah lain dan berguru kepada para tabi’in yang dijumpainya. Beberapa wilayah Islam yang pernah dikunjunginya dalam rangka menuntut ilmu, antara lain: Yaman, Mesir, Syiria, Bashrah, dan Kufah. Ibnu Mubarak juga meriwayatkan dari para gurunya, baik yang sudah senior maupun yang yunior.

Abdullah Ibnul Mubarak berguru kepada banyak ulama besar dan terkenal di masanya, antara lain; dalam bidang ilmu hadits): berguru kepada Sulaiman At-Taimi, Ashim Al-Ahwal, Hisyam bin Urwah, Ismail bin Abi Khalid, Musa bin Uqbah, Al-Auza’i, Imam Malik, Sufyan Ats-Tsauri, dan lain-lain; dalam bidang fikih berguru kepada Imam Abu Hanifah dan yang lain; dalam bidang ilmu Qira’at berguru kepada Abu Amr bin Al-Ala’, dan lain-lain. Sedangkan ulama-ulama besar yang pernah menjadi muridnya, antara lain: Ma’mar, Ibnul Qaththan, Ibnu Ma’in, Ibnu Abi Syaibah, Ahmad bin Mani’, Muslim bin Ibrahim, Abdan, dan lain-lain.

Karena kecintaannya pada ilmu, suatu hari ada seorang lelaki yang menemui Ibnu Al Mubarak, lalu dia berkata, “Wahai Abu Abdurrahman, apa yang harus aku lakukan dalam hariku yang senggang, belajar Al-Qur’an atau menuntut ilmu?” Ibnu Al Mubarak balik bertanya, “Apakah engkau membaca ayat AI-Qur’an ketika engkau melakukan salat?” Dia menjawab, “lya.” Ibnu Al Mubarak berkata, “Maka jadikanlah (harimu yang senggang itu) untuk menuntut ilmu, yang dengannya Al-Qur’an bisa dipahami.”

Tak hanya itu, pesan beliau agar terus menyampaikan ilmu atau berdakwah. Ibnu Mubarak berkata, “Orang yang bakhil terhadap ilmu, akan diuji dengan tiga perkara; pertama, kematian sehingga menyebabkan ilmunya hilang. Kedua, menjadi lupa. Ketiga dekat dengan penguasa sehingga ilmunya menjadi lenyap.”

Abdullah Ibnul Mubarak, terkenal pula dengan pribadi yang produktif. Beberapa karyanya berbagai bidang keilmuan, antara lain:

1. Tafsir Al-Qur’an Merupakan kitab tafsir yang ditulis oleh Ibnul Mubarak.

2. Ad-Daqaiq fi Ar-Raqaiq Buku ini mengumpulkan beberapa hadits-hadits yang menggugah hati

3. Riqa’ Al-Fatawa

4. Al-Musnad Sebagaimana kitab musnad lainnya, kitab ini merupakan kumpulan hadits bersanad lengkap yang sampai kepada Ibnul Mubarak.

5. Al-Jihad
Buku ini, secara khusus, mengupas fikih jihad dan aturan-aturannya. Buku ini juga membahas tentang tata cara shalat khauf. Penjelasan yang disampaikan dalam buku ini berbentuk pembawaan hadits yang disertai sanadnya.

6. Az-Zuhd
Berisi kumpulan hadis tentang zuhud dan keutamaanya.

Hampir setiap perang jihad di Iran, Abdullah bin Mubarak tak pernah terlihat menjadi bagian pasukan, sehingga setiap orang menilai bahwa ulama besar ini tak pernah ikut andil dalam peperangan. Hingga suatu ketika, perang terjadi antara kaum muslim dan bangsa Romawi, seorang ksatria Nasrani dengan kalung salib melingkar di leher, berbadan besar lengkap dengan pedang dan kuda perkasannya datang menantang kaum muslim. Namun, semua prajurit muslim nampak mundur dan tak ada yang berani menerima tantangan tersebut, mengingat lawan mereka terlihat begitu kuat dengan pedang dipegang erat oleh tangannya yang kekar. Sosok pemuda bercadar dari barisan paling belakang tiba-tiba tampil, untuk menerima tantangan sang Ksatria Nasrani tersebut, namun prajurit perang yang lain heran. Pasalnya, pemuda ini tak sepadan dengan lawanya, pria ini tak berbadan besar dan kekar, ia juga hanya menunggangi kuda dewasa berukuran kecil. Namun, siapa sangka pemuda yang sempat ditertawakan pihak lawan, bahkan diragukan prajurit muslim, memenangkan duel satu lawan satu tersebut.

Usai memukul telak kekalahan lawan, semua kaum muslim yang terdiri dari anggota perang, bertakbir. Lafaz Allahu Akbar dengan semangat yang menggebu-gebu, karena kemenangan ini begitu luar biasa, yaitu ketika pria biasa berhasil mengalakan ksatria hebat Nasrani yang terkenal.

Ketika lafaz Allahu Akbar diteriakkan dengan penuh semangat, pria muslim itu kembali ke barisan paling belakang, masih menggunakan cadar, seakan tak mau ada orang yang mengetahui identitas asli terkait dirinya. Hingga, satu orang prajurit Islam penasaran dengan pria biasa yang hanya memegang pedang dan menunggani kuda berbadan kecil, akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti pria itu ke belakang dan menarik cadarnya. Setelah cadar yang menutup seluruh wajah dan hanya terlihat bagian mata itu dicabut oleh pemuda tersebut. Tampak wajah sosok ksatria perang yang luar biasa itu, ternyata ia adalah sang ulama besar yang memilki sifat lemah lembut dan penyayang, yaitu Abdullah bin Mubarak.

Bagi Ibnu Mubarak, zuhud bukanlah fokus ibadah dengan meninggalkan dunia dan menggantungkan hidupnya dari pemberian para dermawan. Namun, Ibnu Mubarak mengartikan zuhud dengan perkataannya berikut ini, “Aku berbisnis untuk menjaga kehormatanku—dari para penguasa dan meminta-minta. Dengan harta, membantuku semakin taat kepada Allah. Tidak satu pun hak Allah yang aku ketahui, kecuali segera aku melaksanakannya.”

Hartanya yang melimpah tak serta merta untuk memperkaya dirinya, justru ia sedekahkan. Pernah suatu hari dikisahkan, Abdullah bin Mubarak akan berangkat haji, beliau mengumpulkan teman-temannya dan penduduk negerinya. Lalu menawarkan agar mereka mau berhaji dengannya. Beliau mengumpulkan biaya haji dari setiap orang, kemudian menyimpannya. Lalu saat dalam perjalanan, beliau bersama para pembantunya akan mengurus semua kebutuhan calon jemaah haji itu. Yang beliau jadikan sebagai hidangan adalah sebaik-sebaik makanan dan jajanan begitu juga dengan tempat penginapan. Saat tiba di Madinah beliau akan mengatakan:

“Apakah keluarga kalian ada yang pesan sesuatu dari barang-barang di Madinah ini untuk dibeli?”

Orang-orang pun menyebut berbagai barang oleh-oleh yang berbeda-beda, lalu Ibnu Mubarak pun membeli semua yang mereka sebutkan. Setelah itu, mereka bergerak ke Makkah untuk menunaikan haji.

Setelah selesai ibadah haji, beliau kembali berkata, “Apakah keluarga kalian ada yang pesan oleh-oleh dari Kota Mekkah?” Orang-orang pun satu persatu menyebutkan aneka barang yang mereka inginkan, dan kembali beliau mengurus pembelian semua barang-barang tersebut.

Ketika perjalanan pulang, Abdullah bin Mubarak senantiasa mengurus kebutuhan para Hujjaj itu dengan pelayanan terbaik, sebagaimana saat mereka berangkat. Hingga setelah mereka tiba di negerinya dan kembali ke rumah masing-masing dan bertemu keluarganya. Setelah tiga hari, Abdullah bin Mubarak mengundang mereka ke rumahnya, lalu menyerahkan bungkusan yang tertulis nama mereka masing-masing. Setelah dibuka, isinya adalah uang yang pernah mereka kumpulkan kepada Abdullah bin Mubarak untuk biaya haji. Semuanya masih utuh tanpa berkurang sepeser pun.

Dibaca

 62 total views,  2 views today

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi