#9 Terobosan Ketiga: Pengambilan Keputusan, Kebijakan Strategis!

Seri Transformasional Leadership:
Belajar Dari Muhammad Al Fatih, Achieving The Impossible

Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa Konstantinopel memiliki satu-satunya peluang yang signifikan dalam mempertahankan diri yaitu Sikon Politik_Bala bantuan Pasukan Eropa (Venesia, Catalan dan Toledo). Sementara Al Fatih juga paham bahwa Konstantinopel juga memiliki tantangan/ancaman yang juga signifikan untuk bertahan, yakni (1) Sikon Budaya Politik Persatuan yang rapuh antara Konstantinopel dengan para sekutunya dari Eropa (ada Hungaria, Genoa, Venesia juga Roma), (2) Sikon Politik Ekonomi, Sekutu Eropa yang berusaha mengambil keuntungan perang dan dagang dalam situasi konflik Usmani dan Byzantium. Rekomendasi strategis untuk menghadapi situasi dan kondisi seperti ini adalah membuat dan melakukan kebijakan diplomasi yang bisa menghalangi atau mengurangi signifikan hadirnya bala bantuan, melengkapi benteng Rumeli Hisari yang telah dibuat.

Nah, praktiknya, Al Fatih melakukan kebijakan militer dan politik luar negeri yang strategis. Memperbarui perjanjian yang telah terjalin dengan negara-negara tetangga dan sekutu-sekutu militernya. Pengaturan ulang perjanjian tersebut bertujuan untuk menghilangkan pengaruh Kerajaan Byzantium di wilayah-wilayah tetangga Utsmani, baik secara politis maupun militer. Ini dia!

Proses unifikasi Gereja Roma Latin dan Gereja Ortodoks Yunani (Byzantium, Konstantinopel) 12 Desember 1452 di Gereja Hagia Sophia tanpa dihadiri oleh pimpinan Gereja Ortodoks menyisakan persoalan. Proses unifikasi yang dipaksakan sebagai syarat turunnya bala bantuan Eropa yang diharapkan. Disambut gembira di Roma, tapi tidak dengan penduduk Konstantinopel yang terbelah. Kekecewaan mendalam yang membuat keluarnya pernyataan kontroversial bangsawan dan sekaligus pejabat tinggi mereka, Loukas Notaras, “Surban Sultan (Al Fatih) di kota ini (Konstantinopel) jauh lebih baik dari topi Kardinal!” Sungguh Desember kelabu, mirip sebuah lagu sendu!

Bala bantuan Eropa memang akhirnya datang juga. Pasukan dari Venesia, Genoa, Catalan, dan Toledo. Namun tetap saja, tidak maksimal, terkesan ala kadar dan tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Apa sebab? Ternyata, bagi Genoa dan Venesia, mereka hanya tertarik pada uang. Iman tidak dapat membeli jasa dan kapal mereka. Mereka khawatir jika dalam jangka panjang, perdagangan mereka dengan Utsmani rusak dan berakibat pada perekonomian mereka sendiri! Wajar, keuntungan dagang lebih mereka jiwai.

Al Fatih berhasil memanfaatkan situasi dan kondisi ini, termasuk dengan hasil kebijakan perjanjian dengan wilayah lain. Hungaria misalnya, menolak memberikan bantuan karena telah bersepakat damai dengan Utsmani. Bahkan super gun, rudal terbesar masa itu, yang menggedor tembok benteng adalah buatan Orban, insinyur ahli dari Hungaria!

Optimalisasi dua benteng Rumeli Hisari dan Anadolu Hisari juga efektif berfungsi pengawasan, pengamanan, dan bahkan penyerangan. Mengawasi dan sekaligus memutus suplai bahan pangan dan pergerakan pasukan musuh. Dijaga 400 tentara pilihan lengkap dengan senjatanya masing-masing plus 6 meriam dengan pelurunya seberat 300 kg. Peluru yang lebih dari cukup merontokkan kapal musuh yang coba-coba memasuki wilayah ini.

Sekali lagi, hasilnya benar-benar seperti ucapan Sad Ad Din, penulis Usmani, “Sang Padishah (gelar lain Al Fatih sebagai pemimpin tertinggi dalam bahasa Persia), pelindung dunia, memblokir selat, menutup jalan kapal-kapal musuh dan memarut hati kaisar yang buta.”

Walhasil, jalan menuju pembebasan apel merah, makin terbuka. Bi idznillah wa bi nashrillah, kebijakan yang diambil terbukti sangat berpengaruh, alhamdulillah.

Inilah terobosan ketiga.

Hikmah Bakal Aksi:

Kemampuan Pengambilan Keputusan Menjadi Bagian Penting dari Kemampuan/Keahlian Kepemimpinan Sebagai Salah Satu Syarat Model Kepemimpinan Transformasional!

Tujuh syarat Model Kepemimpinan Transformasional yang mutlak harus dikuasai: (1) Worldview, (2) Nilai-nilai Pribadi, (3) Motivasi, (4) Dimilikinya pengetahuan mengenai industri dan organisasi, (5) Dimilikinya relasi yang kuat dalam industri dan organisasi, (6) Dimilikinya kemampuan/keahlian kepemimpinan, seperti manajemen, keorganisasian, komunikasi, pengambilan keputusan, analisis kondisi lingkungan, dan kemampuan penunjang lainnya, (7) Dimilikinya reputasi dan catatan rekor.

Pak Kar. 19.3.2023
Untuk Sehzade Ali

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi