#7 Terobosan Pertama: Membangun Benteng Rumeli Hisari!

Seri Transformasional Leadership:
Belajar Dari Muhammad Al Fatih, _Achieving The Impossible

Al Fatih membangun benteng Rumeli Hisari di daratan Eropa dekat selat Bosphorus yang menghadap benteng Anadolu Hisari di daratan Asia yang dibangun Sultan Bayazid I. Dengan demikian, ia dapat mengawasi Selat Bosphorus dan mencegah bala bantuan negara Eropa datang ke Konstantinopel. Cerdas!

Pertanyaannya, mengapa harus benteng? Al Fatih sangat paham wilayah kekuasaan Usmani terbagi dua, di daratan Eropa dan Asia. Keduanya dibatasi Selat Bosphorus. Jadi, jelas tidak mungkin baginya untuk memfokuskan perhatian ke Konstantinopel, sementara jalur antara Asia dan Eropa tak bisa diamankan. Apalagi jalur ini juga menjadi jalur bantuan suplai makanan, perlengkapan perang dan pasukan dari negara Eropa untuk membantu Konstantinopel! Terobosan baru harus segera ditemukan!

Adalah leluhurnya, Bayazid I yang telah membangun benteng Anadolu Hisari yang berarti benteng di sebelah Asia Minor (Anatolia). Benteng ini dibuat untuk menahan gempuran dari kaum Kristen Genoa dari utara, di Black Sea. Titik ini juga titik terdekat di Selat Bosphorus yang memisahkan pantai Eropa dan pantai Asia. Tempat terbaik untuk menyeberangi selat ini. Dalam catatan sejarah, bahkan 2000 tahun sebelumnya, titik ini pernah menjadi tempat untuk menyeberangkan 70.000 tentara Persia dengan menggunakan jembatan kapal, jembatan yang disusun dari kapal yang dibariskan !

Inilah terobosan yang dipikirkan Al Fatih, sebuah benteng baru di seberang Anadolu Hisari harus didirikan! Benteng yang akan berfungsi banyak, pengawasan, pengamanan, dan bahkan penyerangan. Benteng ini akan menghubungkan dua daratan wilayah Usmani. Mengamankan kepentingan Usmani di selat ini. Mengawasi dan sekaligus bisa memutus suplai bahan pangan dan pergerakan pasukan musuh. Sungguh, ini benteng multifungsi. Rumeli Hisari diberi nama, artinya benteng di tanah Romawi!

Lay out Benteng Rumeli Hisari membentuk nama Muhammad saw., nama Rasul panutannya dan sekaligus nama dirinya yang memang menjadi mimpi besar orang tuanya agar selalu di jalan risalah Nabinya. Allahumma sholli ala Muhammad.

Kerja cerdas, keras, dan tak kenal menyerah diperagakan. Para ahli terbaik didatangkan. Diskusi intensif digelar untuk menghasilkan rancangan terbaik. Sumber daya manusia terbaik diberdayakan dari seluruh wilayah. Bahan-bahan yang diperlukan semua didatangkan dengan cepat. Walhasil, tercatat sekitar 5.000 pekerja merealisasikan mega proyek pertama ini.

Mulus? Tidak juga. Segera setelah berita rencana pembangunan ini sampai di telinga Byzantium, Kaisar Constantine sang penguasa pun bertindak pongah. Dikirimnya surat ancaman kepada Al Fatih, agar menghentikan proyek itu. Melanggar perjanjian damai yang telah dibuat sebelumnya menjadi alasannya. Bahkan diingatkan pula bahwa Bayazid I saat membangun Anadolu Hisari pun meminta izin kepadanya. Intinya, stop pembangunan benteng ini!

Apakah Al Fatih menurutinya? Jelas tidak. Bahkan dibalasnya surat itu dengan jawaban yang mengguncang dunia, yang ditegaskannya kepada utusan sang Kaisar, “Apa pun yang ada di dalam Kota Konstantinopel yang dilindungi temboknya, maka itu adalah miliknya, selebihnya dari tembok maka ia tidak memiliki apa pun! Jika saya ingin membangun benteng di tempat itu, maka Konstantinopel tidak dapat menghalangiku. Pergi dan katakan kepada kaisar kalian hal ini, ‘sultan yang sekarang memimpin tidaklah sama dengan sultan sebelumnya. Apa pun yang tidak dapat mereka dapat, dia capai dengan mudah dalam sekejap, dan segala sesuatu yang tidak mereka inginkan, dia akan lakukan. Orang berikutnya yang datang dengan tujuan seperti ini, maka tidak akan pergi dalam keadaan hidup!” Jelas, ancaman tidak berlaku bagi Al Fatih. Masalah itu kecil, karena Al Fatih punya Allah Zat Yang Maha Besar!

Tanggal 15 April 1452, mega proyek breakthru ini resmi dimulai. Tiga menara utama didedikasikan pada tiga wazirnya: Halil Pasha, Zuganos Pasha, dan Saruja Pasha yang sekaligus ditunjuk sebagai manajer proyek di masing-masing menara itu. Manajemen proyek yang begitu efektif, bi idznillah wa bi nashrillah, membuat benteng baru pun segera tegak perkasa, menakutkan pihak lawan. Hanya dalam waktu 4 bulan, 3 menara utama dengan tinggi 22-28 meter, ketebalan dinding 5-7 meter telah berdiri tegak di atas lahan sekitar 30.000 m2. Menakjubkan. Benar sekali ungkapan di dunia manajemen, TEAM itu singkatan dari “Together Everyone Achieves More.” Namun, di tangan Al Fatih, dengan izin dan pertolongan Allah, singkatan ini berubah lebih dahsyat, “Together Everyone Achieves Miracle!”

Tugas benteng baru penjaga Selat Bosporus pun dimulai. Sekitar 400 tentara pilihan ditempatkan di sini, lengkap dengan senjatanya masing-masing plus 6 meriam dengan pelurunya seberat 300 kg. Peluru yang lebih dari cukup merontokkan kapal musuh yang coba-coba memasuki wilayah ini. Kemampuan semakin bertambah, karena Al Fatih juga memperkuat benteng Anadolu Hisari dengan sejumlah menara penjaga dan meriam yang sama. Hasilnya? Cukuplah pernyataan Sad Ad Din, penulis Usmani untuk menggambarkannya, “Sang Padishah (gelar lain Al Fatih sebagai pemimpin tertinggi dalam bahasa Persia), pelindung dunia, memblokir selat, menutup jalan kapal-kapal musuh dan memarut hati kaisar yang buta.”

Inilah terobosan pertama.

Hikmah Bakal Aksi:

“Mimpi Besar Tak Pernah Terwujud Jika Keyakinan yang Kokoh dan Kuat Tak Pernah Bertemu Dengan Kerja Keras, Cerdas dan Tak Kenal Menyerah!”

Mimpi Besar adalah Perkalian antara Keyakinan yang Kokoh dan Kuat dengan Kerja Keras, Cerdas dan Tak Kenal Menyerah. Team Building merapikan dan memuluskannya. Semuanya berlangsung dalam Koridor Taqarrub ilallah ….

Pak Kar. 14.3.2023
Untuk Sahzade Ali

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi