#27 Mengapa Dakwah Menjadi Prosedur Pertama Pembebasan?

Seri Transformasional Leadership:
Belajar dari Muhammad Al Fatih, Achieving yhe Impossible

Dalam episode lalu, dikisahkan keputusan hakim dalam peradilan terhadap Qutaibah bin Muslim, Panglima Kaum Muslim saat Operasi Pembebasan negeri Samarkand. Juga dialog legendaris Rabi bin Amir utusan Panglima Saad bin Abi Waqash ra dengan Jenderal Rustum Panglima Perang Persia terkait apa sebenarnya misi pembebasan Persia. Kisah selanjutnya sudah sama kita ketahui karena dijelaskan dalam tinta emas sejarah peradaban.

Begitu pun dengan Al Fatih. Sebelum membebaskan Konstantinopel, Al Fatih sudah mengirimkan utusan kepada kaisar Constantine untuk menerima dakwah Islam, menerima Islam, tunduk di bawah Islam secara damai dan menyerahkan Konstantinopel tanpa harus berperang. Al Fatih menjamin keamanan dan keselamatan kaisar dan para pengawalnya saat meninggalkan kota, serta dijamin pula seluruh penduduk kota itu yang membutuhkan keselamatan. Sultan pun memberikan kebebasan kepada penduduk Konstantinopel yang ingin keluar dari kota atapun menetap, apabila nantinya Konstantinopel diserahkan. Namun kaisar tetap menolak.

“Hendaklah kaisar kalian menyerahkan kota Konstantinopel kepada aku. Aku bersumpah bahwa pasukanku tidak akan menyakiti seorang penduduk pun baik jiwa, harta, maupun kehormatannya. Barangsiapa ingin tetap tinggal di kota ini maka hiduplah di dalamnya dengan aman dan damai. Dan barangsiapa ingin pergi meninggalkan kota ini maka pergilah ke manapun yang ia kehendaki dengan.” Aman dan damai pula (Ash-Shallabi, 2017: 216).

Pesan apa yang mau disampaikan? Bahwa prosedur pertama pembebasan sebuah negeri itu adalah keharusan untuk melakukan dakwah lebih dulu. Ini juga yang ditempuh Al Fatih dan semua panglima pembebasan di sepanjang sejarah peradaban Islam. Pertanyaan berikutnya, mengapa dakwah? Mengapa tidak langsung diserang saja?

Singkatnya, dengan merujuk pada tiga penggalan kisah di atas, dapat disimpulkan bahwa dakwah dilakukan untuk menyebarkan Islam, menyelesaikan berbagai permasalahan dan kezaliman yang terjadi serta yang utama adalah mengangkat manusia dari lembah kehinaan karena penyembahan kepada sesama manusia.

Yap, mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru semesta adalah karena Rasulullah Muhammad saw. memang diutus untuk seluruh manusia.

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada semua umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Saba: 28)

Rasulullah saw. bertugas menyampaikan risalah kepada seluruh manusia. Setelah beliau saw. wafat, risalahnya terus disebarkan kepada seluruh manusia oleh para khalifahnya (khalifah itu artinya adalah pengganti atau penerus kepemimpinan Rasulullah saw.) dan kaum muslim. Karenanya, mengemban dakwah Islam ke penjuru alam merupakan kelanjutan dari misi Rasul saw. dihadirkan ke dunia ini.

“Ajaklah mereka ke jalan Islam. Apabila mereka menerima seruanmu itu maka terimalah hal itu dari mereka dan hentikanlah peperangan. Kemudian, ajaklah mereka untuk mengubah negara mereka menjadi Darul Muhajirin. Beritahukan kepada mereka, bahwa jika mereka menerima hal itu maka mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan orang-orang Muhajirin. Jika mereka menolak untuk mengubah negara mereka menjadi Darul Islam maka beritahukan kepada mereka, bahwa kedudukan mereka seperti orang-orang Arab Badwi dari kaum muslim, yaitu diterapkan hukum Allah atas mereka sebagaimana diterapkan atas kaum muslim, dan mereka tidak mendapatkan sedikit pun dari fai’ dan ghanîmah, kecuali jika mereka turut berjihad dengan kaum Muslim. Apabila mereka menolaknya maka pungutlah atas mereka jizyah. Jika mereka menerima hal itu maka janganlah engkau memerangi mereka. Namun, apabila mereka menolak maka mohonlah pertolongan kepada Allah dan perangilah mereka.” (HR Muslim dan Ahmad, dengan lafal Muslim)

Dengan begitu dakwah juga untuk menggugurkan dosa karena kelalaian membiarkan suatu kaum berada dalam kemaksiatan!

“Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: “Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?” Mereka menjawab: “Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa.” (QS. Al-A’raf:164)

Lantas apakah, semua pembebasan yang dimulai dengan dakwah selalu berlanjut dengan perang? Tidak juga! Tidak perlu jauh-jauh, negeri yang kita cintai, Indonesia termasuk negeri yang penduduknya masuk Islam dengan jalan damai, jalan dakwah! Pembebasan Makkah atau Futuhat Makkah, meski Rasulullah saw. membawa pasukan, namun berlangsung tanpa peperangan. Nah!

Bersyukur pada Allah Ta’ala atas nikmat dakwah yang menjadikan kita semua merasakan nikmat iman dan Islam. Sejarah mencatat dua pertiga belahan dunia pernah tunduk dalam keagungan dan keadilan Islam selama 14 abad lamanya hingga runtuhnya Kh1l4f4h Utsmaniyah pada tahun 1924 M.

Meski Al Fatih dan semua panglima pembebasan siap bertempur, namun sikap dasar mereka adalah sami’na wa atho’na pada syariat. Dakwah harus dikedepankan sebagai wasilah agar pihak lain mendapat hidayah taufik dari Allah Swt. sebagaimana yang terjadi pada penduduk Samarkand. Ini yang harus digarisbawahi.

Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.

“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah, bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima tobat.” (QS. An-Nasr: 1-3)

Alhamdulillah wa syukru lillah.

Hikmah Bakal Aksi:

Memiliki Nilai-Nilai Pribadi Menjadi Salah Satu Syarat Model Kepemimpinan Transformasional! Keterikatan Pada Syariat adalah Bagian Terpenting Nilai-Nilai Pribadi Seorang Muslim, Baik dalam Bentuk Pola Pikir maupun Pola Sikap!

Tujuh syarat Model Kepemimpinan Transformasional yang mutlak harus dikuasai : (1) Worldview, (2) Nilai-Nilai Pribadi, (3) Motivasi, (4) Memiliki pengetahuan mengenai industri dan organisasi, (5) Memiliki relasi yang kuat dalam industri dan organisasi, (6) Memiliki kemampuan/keahlian kepemimpinan, seperti manajemen, keorganisasian, komunikasi, pengambilan keputusan, analisis kondisi lingkungan, dan kemampuan penunjang lainnya, (7) Memiliki reputasi dan catatan rekor.

Pak Kar. 19.4.2023
Untuk Sehzade Ali

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi