#20 Keyakinan Yang Membangkitkan !

Seri Transformasional Leadership :
Belajar Dari Muhammad Al Fatih, Achieving The Impossible

Masih tersisa pertanyaan, meski telah dijelaskan di awal bahwa ada worldview yang membangkitkan di balik kesuksesan penuh berkah pemimpin dan pasukan terbaik ini. Pertanyaan itu adalah apa saja konten di dalam worldview ini hingga disebut sebagai pemikiran yang mendasar dan besar sehingga mampu membawa perubahan yang mendasar dan besar bagi siapa saja yang mengembannya. Konten apa saja yang dengannya akan membangkitkan seseorang yang telah memahaminya?

Jika diperhatikan seksama, maka kita akan temukan konten itu, terutama pada beberapa materi Aqidah Islam yang memang sangat mencerahkan akal, menentramkan jiwa dan sesuai dengan fitrah manusia. Materi itu dapat dipilah dalam beberapa tema, yakni (1) Akidah Islam sebagai satu-satunya landasan kebangkitan yang hakiki, (2) Qadla dan Qadar, (3) Hidayah dan Dholalah (Petunjuk dan Kesesatan), (4) Tawakkal, (5) Rizki, (6) Ajal dan (7) Doa.

Mari kita sedikit dalami semuanya. Kenapa hanya sedikit? Coz, gak cukup ‘kertas’nya, Gaes .…

Akidah Islam sebagai satu-satunya landasan kebangkitan yang hakiki. Materi yang menggugah kesadaran dan keyakinan betapa positioning umat Islam sesungguhnya sangatlah strategis di dunia ini:

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110)

Kita ini memang umat pilihan dengan 3 karakter kunci: beriman kepada Allah, amar makruf dan nahi munkar. Allah Swt. yang memilih langsung! Allahu Akbar! Allahumma sholli ala Muhammad.

Menjadi umat terbaik dengan melakukan tiga karakter kunci tersebut adalah tanda kebangkitan itu terjadi! Jika ini terwujud, jelas umat tak akan mengalami kemunduran, tak akan mudah dijajah, dimurtadkan, terpuruk, tertindas, seperti buih di lautan dan menderita penyakit wahn, cinta dunia dan takut mati!

Qadla dan Qadar. Materi akidah yang menyadarkan kita bahwa aktivitas hidup kita secara garis besar terbagi dua: aktivitas yang berada dalam kendali kita dan aktivitas yang berada di luar kendali kita. Manusia mesti waspada terhadap aktivitas yang berasal dari kehendak bebasnya, dalam kendali dirinya. Karena, aktivitas itu akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah di akhirat nanti. Sementara terhadap aktivitas yang berada di luar kendali kita, berupa kejadian-kejadian yang menimpa kita, harus kita imani bahwa itu adalah ketentuan Allah. Jika kejadiannya menyenangkan, harus kita syukuri. Namun, jika kejadiannya menyusahkan, kita mesti bersabar. Semuanya harus kita kembalikan kepada Allah Swt. Dengan pemahaman terhadap materi ini, kita akan penuh semangat melakukan dan memaksimalkan aktivitas ketaatan serta menghindari kemaksiatan dan kesia-siaan. Semua itu dengan memaksimalkan segala sumberdaya yang melekat pada kita. Inilah juga tanda iman kita kokoh dan produktif.

Hidayah dan Dholalah (Petunjuk dan Kesesatan). Materi khas yang membimbing kita untuk bersungguh-sungguh meminta hidayah taufik atau hidayah pembimbingan kepada Allah Swt. agar selalu berada di jalan ketaatan. Karena tanpa disadari ada delapan karakter yang bertentangan dengan hidayah, yaitu kafir (ingkar), dzalim (aniaya), fasiq (fasik), takabbur (sombong), dholal (sesat), hubbub-dunya (cinta dunia), musrif (melampaui batas), kadzib (pendusta). Selain delapan karakter yang disebutkan lugas dalam Al Qur’an itu, ternyata masih ada lagi dua pola sikap lain yang bertentangan dengan hidayah, yakni (1) menolak taat pada syariat, termasuk menerima syariat hanya yang sesuai hawa nafsunya seperti yang disebutkan Syaikhul Islam rahimahullah dan (2) meninggalkan dakwah sebagaimana yang disitir dalam HR. Abu Daud. Hukumannya tidak tanggung-tanggung, Allah berikan di dunia dalam bentuk dipalingkan hatinya dari kebenaran (QS. As-Shaf: 5), dikunci hatinya dari kebenaran (QS. An-Nisa: 155), ditutup hatinya dari kebenaran (QS. Al-Muthoffifin: 14) dan tidak akan diberi petunjuk (hidayah taufiq) (QS. As-Shaf: 5). Allah Kariim.

Tawakkal. “Faidza azamta fatawakkal ‘alallah”, “Maka jika kamu sudah berazzam, maka bertawakkallah kepada Allah”, begitulah yang dititahkan dalam penggalan QS. Ali Imran : 159. Tawakkal yang benar akan menghadirkan keyakinan sepenuhnya bahwa Allah SWT akan menjadi “backing” dalam mewujudkan azzam itu, walaupun faktanya sangat berat dan hampir tidak mungkin. Terwujudnya azzam itu adalah rizki dari Allah! Karenanya, tetap optimis, bersemangat, dan pantang menyerah. Tawakkal yang benar akan berbuah sikap mental selalu terikat dengan Hukum Syara. Allah pun mengganjarnya dengan mencukupkan keperluannya.

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya.” (QS. Ath-Tholaq : 2-3). Masyaallah tabarakallah.

Rezeki. Pemahaman yang benar tentang rezeki akan memberikan keyakinan yang mendalam bahwa rejeki itu berasal dari Allah, bahwa Allah akan menolong kita, memunculkan semangat dalam mencari rejeki, dan senantiasa berdo’a kepada Allah Yang Maha Pemberi lagi Maha Penolong bagi hamba-hamba-Nya. Memunculkan sikap mental selalu optimis (karena dijamin Allah), selalu terikat dengan hukum syara’ (karena jumlah tidak ada hubungannya dengan cara yang dipakai), selalu terikat pada sunnatullah (hukum sebab-akibat), tidak menghalalkan segala cara dalam mencari rezeki, tidak takut menolak rezeki yang datang dengan cara yang haram, tidak mudah putus asa jika gagal dalam usahanya, dan … membuat kita tidak takut berjuang untuk Islam. Allahu Akbar!!!

Ajal. Berjuang atau tidak berjuang ajal pasti datang. Tak peduli atasan atau bawahan, prajurit atau komandan. Pemahaman yang benar tentang ajal akan menghadirkan sikap mental selalu berani dan bersemangat (karena dilindungi Allah), selalu terikat dengan hukum syara’ dalam hidup dan berjuang, tidak takut mengambil resiko dalam perjuangan yang menuntut kita untuk menegakkan agama, dan senantiasa bercita-cita untuk mati syahid, sebagai kondisi kematian yang paling tinggi. Masyaallah.

Doa. Doa adalah perintah Allah, Sebagai amal ‘ibadah dan manifestasi ketundukan kepada Allah. Doa semakin menunjukkan bahwa yang kita butuhkan untuk memperoleh kemenangan, kesuksesan hanya dua saja, yakni idznullah dan nashrullah. Izin dan pertolongan Allah!

Dari gambaran materi aqidah yang dijelaskan serba terbatas itu saja sudah bisa dimengerti mengapa sumberdaya Usmani bisa melejit sedahsyat itu. Formula materi yang sama bagi umat terbaik yang telah memimpin dunia selama 14 abad. Dan tentu juga bagi kita yang ingin melanjutkan tongkat estafet peradaban terbaik ini. Menjadi pemimpin transformasional sejati, pemimpin ansharullah yang terus memberikan pengaruh ketaatan di manapun berada. Bangkit dengan pemikiran yang mendasar dan besar, yang tak lain dan tak bukan adalah akidah Islam!

Hikmah Bakal Aksi:

Memiliki Worldview Menjadi Salah Satu Syarat Model Kepemimpinan Transformasional! Dan Islam adalah Worldview yang Hakiki, Worldview yang Benar-Benar membangkitkan Secara Hakiki!

Tujuh syarat Model Kepemimpinan Transformasional yang mutlak harus dikuasai : (1) Worldview, (2) Nilai-nilai Pribadi, (3) Motivasi, (4) Memiliki pengetahuan mengenai industri dan organisasi, (5) Memiliki relasi yang kuat dalam industri dan organisasi, (6) Memiliki kemampuan/keahlian kepemimpinan, seperti manajemen, keorganisasian, komunikasi, pengambilan keputusan, analisis kondisi lingkungan, dan kemampuan penunjang lainnya, (7) Memiliki reputasi dan catatan rekor.

Pak Kar. 12.4.2023
Untuk Sehzade Ali

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi