#17 Idznullah dan Nashrullah itu Nyata!

Seri Transformasional Leadership:
Belajar dari Muhammad Al Fatih, Achieving the Impossible

“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. Maka, bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampun kepadaNya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.”
(QS. An Nasr: 1-3)

Bismillah. Serangan umum itu dilakukan. Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!

Ya. Hari Senin, 19 Jumadil Ula 857 H, bertepatan dengan 28 Mei 1453 M, pemimpin dan pasukan terbaik itu pun melakukan puasa Senin-Kamis. Setelah berbuka, Selasa dini hari, tepat jam 01, tepat pada tanggal 20 Jumadil Ula 857 H atau 29 Mei 1453 M, pemimpin dan pasukan terbaik ini melakukan serangan umum. Pada hari itulah, biidznillah wa binashrillah, Kota Konstantinopel akhirnya jatuh. Subhanallah, Allahu Akbar. Allahumma sholli ‘ala Muhammad.

Formasi terbaik penuh kejutan kembali dilakukan Al Fatih. Pasukan khusus Janissari yang memang sudah dipersiapkan sedemikian rupa menambah daya gedor pasukan Usmani. Pasukan Konstantin yang sudah terpecah konsentrasinya karena melebarnya arena pertempuran masih berupaya bertahan sekuat tenaga. Di saat-saat yang menentukan itu, Allah menurunkan izin dan pertolongan-Nya. Adalah Hasan Ulubat, salah satu prajurit terbaik yang dipilih Allah, didampingi 30 Janissari, mendobrak masuk ke area pertahanan Konstantin, merangsek ke atas gerbang St. Romanus untuk menancapkan bendera Usmani.

Perjalanan yang luar biasa. Hidup mati. Luka-luka akibat panah dan sayatan pedang tak dihiraukan. Terus bergerak. Satu per satu dari 30 Janissari gugur, 17 syahid. Hasan tetap fokus dan akhirnya -selalu dan selalu- atas izin dan pertolongan Allah, bendera itu akhirnya tertancap di atas menara, tanda kota sudah jatuh. Hasan pun akhirnya menyusul rekannya yang lebih dulu syahid. Allahu Akbar! Takbir pun membahana bak petir yang menggelegar. Dan disusul kalimat yang saling bersahutan, “Kota telah jatuh, kota telah jatuh!” Sang kaisar Byzantium, Constantine pun hilang seolah ditelan bumi. Kota yang dirindukan oleh para sahabat itu pun akhirnya dititahkan jatuh ke tangan seorang pemimpin belia. Allahu Akbar! Allahumma sholli ‘ala Muhammad.

Saat memasuki gerbang kota Konstantinopel, Al Fatih penuh syukur, “Aku bersyukur kepada Allah yang telah memberikan kemenangan yang gemilang ini; akan tetapi, aku juga berdoa kepada-Nya agar Dia mengizinkanku hidup lebih lama lagi untuk mengepung dan menaklukkan Roma lama sebagaimana aku memiliki Roma Baru.”

Nama kota pun diubah menjadi Islambol yang berarti ‘penuh dengan Islam’. Penuh keberkahan.

Idznullah dan nahsrullah itu nyata!

Demikianlah, ikhtiar bumi dan langit sudah bertemu. Praktik sempurna faidza azamta fatawakkal ‘ala Allah.
Allah menanti ikhtiar terbaik, tawakkal terbaik dari semua yang terlibat proses ini.

Izin dan nashrullah pun akhirnya turun, tepat pada saatnya. Saat celah keputusasaan diembuskan oleh mereka yang memang tak menghendaki keberhasilan.
Saat kesetiaan pada keyakinan terus dipegang tak kenal kata akhir.
Saat husnudzon mengenyahkan semua sisa-sisa su’udzon yang masih ada bersembunyi di relung-relung hati mereka! Saat ketaatan terus berlangsung pada setiap diri tak tergoyahkan!

Begitulah, siapa pun yang berkehendak kuat menjadi Pemimpin Transformasional Sejati, Pemimpin Anshorullah, Memang Harus menundukkan ‘BUKIT GALATA’ masing-masing untuk bisa ACHIEVING THE IMPOSSIBLE, seperti Muhammad Al Fatih !

Hikmah Bakal Aksi:

Wujudkan Mimpi Besar dengan 3 Pesan Aksi dari Pemimpin Pasukan Terbaik Pembebas Konstantinopel, Muhammad Al Fatih.

1. Tanamkan Keyakinan bahwa kita bisa, kita mampu dan kitalah muslim Terbaik itu
sebagaimana Keyakinan Bisyarah ditaklukkannya Kota Konstantinopel dalam hadis riwayat Ahmad oleh pemimpin dan pasukan terbaik itu sejak kecil telah ditanamkan kepada Muhammad al Fatih oleh gurunya, Syaikh Aaq Syamsuddin.

2. “Hati kita hendaknya kokoh laksana batu karang. Kita wajib meneruskan perjuangan ini. Tanpa harus dihinggapi sifat lemah dan kerdil. Kita telah memulai satu perkara, maka kita wajib menyelesaikannya,” seperti diyakinkan Zughanos Pasha, ketika ada pihak yang berusaha melemahkan mental pasukan agar berhenti dan tidak melanjutkan rencana pembebasan bersejarah itu.

3. Tawakkallah pada Allah Zat Yang Maha Penolong, sebagaimana penegasan, “Maulana al-Kurani dan Syaikh Aaq Syamsuddin, guru Muhammad al-Fatih, “Perang pembebasan wajib dilanjutkan, dan dengan kekuatan Zat Yang Maha Agung, maka kemenangan akan segera tercapai.”

Pak Kar. 7.4.2023
Untuk Sehzade Ali

Dibaca

 69 total views,  2 views today

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi