*#15 Hadapi atau Hindari?! Hadapi!

Seri Transformasional Leadership:
Belajar Dari Muhammad Al Fatih, Achieving The Impossible

“Jangan pernah berkata tidak mungkin kalau kalian belum mencoba!” Tegas Al Fatih. Keputusan sudah diambil, maka tawakkallah. Ayatnya berbunyi ‘faidza azamta fa tawakkal alalLah’, Jika sudah berazzam, maka tawakkallah kepada Allah. Demikian penggalan surah Ali Imran ayat 159. Allahu Akbar!

—–

21 April 1453. Zaganos Pasha dan Al Fatih memimpin pasukan dari Galata menarik 72 kapal melalui Bukit Galata. Pasukan lain tetap standby di tembok barat. Strategi Al Fatih ini benar-benar out of the box sehingga pihak musuh pun tidak pernah menduga sebelumnya! Al Fatih benar-benar mendaratkan 72 kapalnya, menariknya dengan landasan kayu yang diberi minyak binatang, mendaki Bukit Galata menempuh perjalanan sejauh kurang lebih 16 km. Itu semua hanya dilakukannya dalam waktu semalam! Yap, hanya semalam!

Bagaimana caranya memindahkan kapal itu? Bukan hanya 1 tapi 72 kapal! Diperlukan ratusan sapi jantan untuk menarik kapal-kapal itu. Juga ratusan prajurit tangguh untuk membantu mengarahkan dan menarik kapal-kapal itu dengan tali yang diikatkan ke tubuh mereka. Jelas ini sebuah orkestrasi logistik yang luar biasa. Manajemen sumberdaya yang sangat jenius.

Ada pekerjaan persiapan yang luar biasa sebelum kapal-kapal itu ditarik. Ada begitu banyak pekerja yang harus bekerja dalam senyapnya malam meratakan jalan untuk rute jalannya kapal. Tentu tak akan bisa senyap seperti kita mendengar senyapnya jalanan kampung di tengah malam. Pastilah menimbulkan suara gaduh yang luar biasa. Namun Al Fatih telah memikirkannya matang-matang. Juga untuk menjaga agar strategi breakthru ini tidak sampai bocor ke pihak musuh. Al Fatih memberi perintah agar meriam yang lain dipusatkan di depan gerbang St. Romanus di tembok barat dan menggempurnya habis-habisan agar pasukan Konstantinopel benar-benar menyangka bahwa serangan besar-besaran ini memang akan dilakukan dari sini. Sungguh strategi brilian.

Tepat saat konsentrasi pasukan Konstantinopel dan penduduknya terpusat untuk berjibaku memperbaiki tembok mereka di sebelah barat, pasukan Al Fatih di Galata mulai mengerjakan proyek kemustahilan. Pepohonan mulai diratakan, gelondongan kayunya kemudian dilumuri lemak hewan yang sudah disiapkan dan akhirnya digunakan sebagai roda bagi kapal-kapal itu.

Pekerjaan sedahsyat itu benar-benar dilakukan dalam semalam? Sungguh tak masuk akal! Tapi tunggu, ini mudah dipahami jika mereka melihat langsung etos kerja sumberdaya manusia Usmani yang sudah disiapkan sedemikian rupa dengan skill tingginya, kecepatan gerak, dan mental bajanya. Sumber daya manusia pilihan dalam jumlah besar yang mudah dimobilisasi dengan kecepatan tinggi. Pribadi-pribadi pemilik iman yang kokoh dan produktif. Pribadi-pribadi pelaku biah sholihah yang konsisten dan kontinyu. Hasil tempaan pembinaan jangka panjang. Apalagi sejak awal mereka sudah fokus pada Allah saja. Semua ini karena Allah, untuk Allah. Masya Allah tabarakallah. Allahumma sholli ala Muhammad.

Semua itu digambarkan dengan tepat oleh Yilmaz Oztuna yang menuliskan ulang komentar sejarawan Byzantium tentang peristiwa ini, “Kami tidak pernah melihat dan tidak pernah mendengar sebelumnya, sesuatu yang sangat luar biasa seperti ini. Muhammad Al Fatih telah mengubah bumi menjadi lautan dan menyeberangkan kapal-kapalnya di puncak-puncak gunung sebagai pengganti gelombang-gelombang lautan. Sungguh, kehebatannya jauh melebihi apa yang pernah dilakukan oleh Alexander The Great.”

Begitulah, Al Fatih memang benar-benar meniru teladan sang Nabi saw. Allahumma sholli ala Muhammad.

Hikmah Bakal Aksi:

Yap, Kita Benar-benar Perlu Idznullah dan Nashrullah!

Jika tujuh syarat Model Kepemimpinan Transformasional sudah dikuasai, maka itu bagian dari tawakkal kepada Allah, khususnya dalam memaksimalkan ikhtiar sebagai bagian dari kaidah sebab akibat. Ikhtiar maksimum, ikhtiar mastatho’tum! Ikhtiar ini harus bertemu dengan keterikatan pada syariat tanpa terkecuali. Ingat pesan Al Fatih, syariat harus selalu di depan mata! Nah, ikhtiar sunnatullah yang maksimum, ikhtiar yang selalu terikat dengan syariat dipandu dengan iman yang kokoh dan produktif akan membawa kelayakan diri untuk menerima Idznullah dan Nashrullah. Ini karena semua kemenangan, keberhasilan selalu dan selalu karena Idznullah dan Nashrullah, Izin dan Pertolongan Allah Swt.!

Pak Kar. 5.4.2023
Untuk Sehzade Ali

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi