#12 Lantas, Berhasilkah Al Fatih Dengan Semua itu?

Seri Transformasional Leadership:
Belajar Dari Muhammad Al Fatih, Achieving The Impossible

Laa hawla walaa quwwata illa billah …
Faktanya tak mudah. Kota itu memang sangat tangguh. Sebelum musuh mencapai benteng mereka, Byzantium telah memagari laut mereka dengan rantai besar yang membentang di semenanjung Tanduk Emas. Tidak mungkin bisa menyentuh benteng Byzantium kecuali dengan melintasi rantai tersebut.

Tembok konstantinopel juga sangat sulit untuk ditembus karena memiliki pertahanan yang kokoh, dari 20 km garis pertahanan kota, 13 km diantaranya dibatasi oleh laut. Sebelah selatan kota juga dilindungi oleh laut Marmara dengan ombak dan badai yang sering datang tak terduga, membuat kapal manapun sulit merapat. Seluruh batas laut ini dijaga dengan sebaris tembok setinggi 15 meter dengan bersusun yang tak terputus dikuatkan dengan 188 menara setiap 70 meter.

Garis pertahanan sepanjang 7 km di barat kota dilindungi oleh tembok tiga lapis, tembok Theodosius yang terbentang dari Teluk Tanduk Emas sampai Laut Marmara. Bagian terdalam tembok yang bersentuhan langsung dengan kota disebut mega teichos atau tembok dalam. Bagian ini menjulang 18-20 meter dengan ketebalan 5 meter, di sisi luar benteng pun dilindungi oleh parit 7 meter.

Dari sebelah barat pasukan artileri harus membobol benteng dua lapis. Dari arah selatan Laut Marmara, pasukan laut Usmani harus berhadapan dengan pelaut Genoa pimpinan Giustiniani. Dari arah timur armada laut harus masuk ke selat sempit Golden Horn yang sudah dilindungi dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tidak bisa lewat.

Walhasil, dengan sistem pertahanan yang sedemikian rupa, benteng Byzantium tetap tidak bisa ditembus. Kalaupun bisa diruntuhkan dan berhasil membuat celah maka pasukan Konstantin yang selalu bersiaga langsung bisa mempertahankan celah tersebut dan cepat menutupnya kembali.

Kalau sudah begitu, semua upaya tampaknya memang akan gagal!

Benar, kita memang sudah tahu akhir kisah bersejarah ini, tapi penting kita simak bahwa kemenangan ini tidaklah berlangsung mulus sekali. Ada saja turbulensi di sana-sini, meski semua telah disiapkan sempurna. Di sinilah ujian yang sesungguhnya. Pertanyaannya, mengeluh atau bersabar? Nikmati prosesnya atau abaikan?Pertanyaan pamungkasnya HADAPI atau hindari?

Yap, lebih dari semua itu, Al Fatih perlu Idznullah dan Nashrullah!

Hikmah Bakal Aksi:

Yap, Kita Perlu Idznullah dan Nashrullah!

Jika tujuh syarat Model Kepemimpinan Transformasional sudah dikuasai maka itu bagian dari tawakkal kepada Allah, khususnya dalam memaksimalkan ikhtiar sebagai bagian dari kaidah sebab akibat. Ikhtiar maksimum, ikhtiar mastatho’tum! Ikhtiar ini harus bertemu dengan keterikatan pada syariat tanpa terkecuali. Ingat pesan Al Fatih, syariat harus selalu di depan mata! Nah, ikhtiar sunnatullah yang maksimum, ikhtiar yang selalu terikat dengan syariat dipandu dengan iman yang kokoh dan produktif akan membawa kelayakan diri untuk menerima idznullah dan nashrullah. Ini karena semua kemenangan, keberhasilan selalu dan selalu karena idznullah dan nashrullah, izin dan Pertolongan Allah Swt.

Pak Kar. 28.3.2023
Untuk Sehzade Al

Dibaca

 72 total views,  2 views today

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi