Memahami Karakter ABG

Oleh. Kholda Najiyah

Menjadi orang tua saat ini sungguh luar biasa tantangannya. Apalagi menghadapi anak baru gede alias remaja yang juga mendapat godaan luar biasa di luar sana. Maka, butuh upaya luar biasa pula bagi orang tua untuk menghadapi anak remajanya. Pertama-tama, pahami karakter anak baru gede atau ABG dulu sebelum memberikan solusi, di antaranya sebagai berikut:

1. Emosi berubah-ubah
Anak ABG yang sudah bukan balita sepertinya lebih mudah diatur dan menurut pada orang tua. Nyatanya, banyaknya pengaruh (baik dan buruk) dari luar, akan mudah memengaruhi karakter dan kepribadian anak. Masalahnya, jika anak menemukan hal-hal yang bertentangan antara kehidupan luar dengan rumah akan terjadi pergolakan dalam diri anak. Itulah sebabnya ABG masih suka plin-plan, berubah-ubah pendirian, dan emosional. Maka, orang tua juga merespon berlebihan, emosional, dan langsung memvonis, sebaiknya ngobrol dari hati ke hati

2. Senang bergaul
Anak-anak usia remaja biasanya sedang senang-senangnya bergaul, suka mencari banyak teman, demen berkenalan dengan teman-teman baru. Mereka juga berusaha mencari sahabat. Maka, cermati dan telitilah siapa saja teman-teman anak anda. Kalau punya handphone, sesekali periksa nomor-nomor kontaknya. Cek pertemanan di akunnya. intip chatting-chattingnya baik melalui media sosial, coretan-coretan di kertas, di buku, dan handphonenya.

3. Mulai tertutup, main rahasia
Kalau di masa kanak-kanak mereka gemar berceloteh dan ingin didengar orang tuanya, si ABG sebaliknya. Mereka mulai enggan bercerita tentang apa pun. Hanya bicara jika ditanya orang tua. Itu pun sepatah dua patah kata. Nah, jika anak Anda seperti ini, maka harus sering dipancing agar bercerita. Jangan ditanya pendek-pendek dan to the point’, apalagi rutinitas, pasti jawabannya si anak juga pendek-pendek saja. Cari pertanyaan yang tidak bernada formal dan interogatif. Jangan setiap hari bertanya rutin “Kak, ada PR nggak?” Pasti jawabannya ya atau tidak. Beda dengan pertanyaan yang sifatnya menggali celotehnya, semisal, “Kak PR kemarin gimana?”

4. Penasaran dan serba ingin tahu
Sebagaimana saat kanak-kanak, sifat ingin tahu ABG juga besar. Terutama untuk hal-hal yang berbau dewasa. Pada fase ini, ABG memiliki banyak hal baru yang ditemukannya. Hal yang membuatnya penasaran. Terkadang ia berusaha mencari tahu sendiri jawabannya. Pada proses pencarian itu, anak-anak takut, khawatir, dan cemas kalau-kalau apa yang dilakukannya salah. Khawatir dicap buruk orang tua, sehingga mereka menyembunyikan apa yang diketahuinya. Misal tak mau orang tuanya tahu siapa teman barunya, baca novel atau komik sembunyi-sembunyi, beli barang diumpetin, dan lain-lain. Padahal, belum tentu yang dilakukannya salah, tapi menghindari penghakiman dari orang tua. Maka itu, orang tua juga perlu mengetahui apa saja yang sudah diakses anak. Apa saja bacaannya, tontonannya, dan bagaimana pola pikirnya, butuh waktu dan energi memang.

5. Menjauhi orang tua tapi juga rindu
Secara alamiah, begitu anak masuk SD, perlahan-lahan mereka akan ‘menjauhi’ orang tua. Mereka akan punya dunia sendiri. Lebih tertarik mengenal ‘dunia luar’ sana. Enggan dicampuri urusannya oleh orang tua. Tapi di sisi lain, mereka juga masih memiliki sifat kekanak-kanakan. Yakni ingin diperhatikan orang tua. Maka, jaga jarak aman saja dengan anak. Maksudnya tidak melepaskan begitu saja dengan dalih agar anak mandiri melainkan tetap memberi perhatian khusus pada kebutuhan kasih sayangnya.

Sumber : MediaUmat

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi