Oleh. Emi Sri Wahyuni
(Kontributor MazayaPost.com)
Pemuda adalah masa depan kita. Pemuda adalah agen perubahan menuju kehidupan yang lebih baik. Pemuda harus tangguh dan kuat dalam menghadapi kehidupan, tidak boleh sedikit-sedikit mengeluh dan cengeng. Pemuda memikul tanggung jawab besar atas perubahan negeri ini.
Jumlah pemuda di negeri pun berlimpah ruah, sayangnya tidak terdidik sebagai perubah menuju kegemilangan peradaban dan kepemimpinan. Faktanya, pemuda di negeri ini banyak yang menghabiskan waktu hanya untuk hal-hal yang kurang penting atau untuk kesenangan saja, misalnya tawuran, minum-minuman, balapan, atau bahkan narkoba. Tetapi, tidak sedikit pula yang bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dan mengkaji Islam.
Pemuda di negeri kita banyak yang menyibukkan diri dengan ikut perkumpulan organisasi sosial masyarakat, misalnya Karang Taruna. Karang Taruna adalah wadah bagi pemuda untuk mengembangkan diri, tumbuh, dan berkembang atas dasar kesadaran serta tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk generasi muda, yang berorientasi pada tercapainya kesejahteraan sosial bagi masyarakat. Saat momen lebaran kali ini, dimanfaatkan organisasi Karang Taruna untuk mempererat silaturahmi antaranggota. Di Magetan, pemuda yang tergabung dalam Karang Taruna mengadakan halal bihalal bersama Dinsos Magetan untuk mempererat silaturahmi (Lensamagetan, 27/4_2024 ).
“Ini moment yang sangat baik untuk kita mempererat tali silaturahmi. Apalagi untuk anggota karang taruna. Karang taruna ini merupakan ujung tombak atau sebagai pilar sosial terdepan dari pemerintah. Jadi setiap anggota karang taruna ini harus mempunyai jiwa sosial yang besar ” kata Hergunadi, Penjabat Bupati Magetan.
Menjalin tali persaudaraan atau silaturahmi seperti ini memang bagus, tetapi hanya ada saat momen-momen tertentu dan sebagian hanya atas dasar manfaat. Setelah momen selesai, selesai juga semuanya, tidak ada bekas ikatan atau tali yang berarti. Ikatan berdasarkan manfaat ini sangatlah rapuh. Apabila manfaat telah tercapai maka berakhir pula pertemuan ini dan orang-orangnya pun akan membubarkan diri.
Berbeda dengan ikatan yang terbentuk karena akidah. Akidah Islam akan mengikat anggotanya sesuai syariat Islam, yaitu berpegang teguh pada perintah dan larangan Allah. Ketika telah selesai pertemuan atau kegiatan dan kembali ke tempat masing-masing, mereka akan tetap memegang akidahnya sesuai dengan syariat Islam. Ketika bertemu saling menguatkan dan ketika ada yang salah, saling mengingatkan dan menasihati dengan makruf.
Ikatan akidah tidak ada batasan atau sekat. Jarak yang jauh bukan menjadi rintangan karena sejatinya setiap muslim adalah saudara. Muslim satu dengan yang lain merupakan satu kesatuan, diibaratkan seperti “satu tubuh ” apabila satu bagian tubuh sakit maka bagian yang lain akan merasakan sakit juga. Rasulullah saw. bersabda,
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوادِهِمْ، وتَراحُمِهِمْ ، وتَعَاطْفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذا اشْتَكَى مِنهُ عُضْقَ تَداعَى لَهُ سَائِرُ الجَسَدِ بِالسَّهَرِ والحُمّى
“Perumpamaan sesama kaum mukmin dalam menjaga hubungan kasih sayang dan kebersamaan seperti satu tubuh. Jika satu anggota merasakan sakit, maka akan membuat seluruh tubuhnya terjaga dan merasakan demam.” (HR. Muslim No. 2586)
Rasulullah saw. juga bersabda,
مَثَلُ الْقَائِمِ عَلَى حُدُودِ اللَّهِ وَالْوَاقِعِ فِيهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلَاهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا فَكَانَ الَّذِينَ فِي أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنْ الْمَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوا لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِي نَصِيبِنَا خَرْقًا وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ وَمَا أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعًا وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيعًا
“Perumpamaan orang yang menegakkan hukum Allah dan orang yang diam terhadapnya seperti sekelompok orang yang berlayar dengan sebuah kapal lalu sebagian dari mereka ada yang mendapat tempat di atas dan sebagian lagi di bagian bawah perahu. Lalu orang yang berada di bawah perahu bila mereka mencari air untuk minum mereka harus melewati orang-orang yang berada di bagian atas seraya berkata, “Seandainya boleh kami lubangi saja perahu ini untuk mendapatkan bagian kami sehingga kami tidak mengganggu orang yang berada di atas kami.” Bila orang yang berada di atas membiarkan saja apa yang diinginkan orang-orang yang di bawah itu maka mereka akan binasa semuanya. Namun, bila mereka mencegah dengan tangan mereka maka mereka akan selamat semuanya.” (HR. Bukhari)
Indahnya perkumpulan jika diikat oleh akidah Islam, tidak sekadar berkumpul ke sana ke mari tanpa membekas dan tidak ada tujuan yang pasti. Ikatan yang shahih harus bersumber pada Zat yang Maha Kuasa karena untuk meraih kebangkitan dan kemajuan Islam.
Kita sebagai muslim harus menyadari pentingnya mempelajari ilmu agama agar bisa berpikir cemerlang dan bisa meraih rida-Nya. Semua itu butuh proses. Dimulai dari diri sendiri dengan menempa diri supaya lebih giat menuntut ilmu dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Dengan menuntut ilmu, kita tahu bagaimana ikatan yang shahih di dalam Islam. Ikatan akidah Islam mampu melahirkan peraturan hidup yang menyeluruh. Aturan ini tidak lain adalah sistem Islam, yang akan ditegakkan di dalam negara Islam yaitu Khilafah. Wallahu a’lam bishawab.