Uslub Parenting Pertama: Keteladanan Ayah Bunda

Oleh. Ustazah Yanti Tanjung

Ayah bunda adalah pembentuk langsung kesalehan anak dan yang mendesign strategi terbentuknya kepribadian Islam anak. Maka, ada satu uslub yang paling jitu untuk dilakukan dalam pendidikan anak yaitu keteladanan ayah bunda. Keteladanan ini paling penting, bernas, agung, dan istimewa sebab ayah bunda sudah mempraktikkan apa yang dijarkan terlebih dahulu suatu perkara sebelum memerintah kepada anak. Kemudian anak-anak akan mempraktikkannya sebagaimana yang mereka indra dan saksikan dari orang tuanya.

Orang tua yang tidak mengamalkan apa yang dia katakan akan mendapatkan kemurkaan yang besar dari Allah Swt., itu artinya gagal total.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَ تَقُوْلُوْنَ مَا لَا تَفْعَلُوْنَ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللّٰهِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا لَا تَفْعَلُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash-Shaf : 2-3)

Seorang yang memerintahkan anaknya agar rajin tilawah Al-Qur’an sementara dirinya minim tilawah, tentu tidak akan berpengaruh pada motivasi anak untuk mengamalkan, karena melihat ayahnya hanya pintar ngomong, tapi tidak pintar amal.

Jika ayah bunda memerintah walau lisannya seindah pujangga, kata-katanya berapi-api memotivasi dan ungkapan-ungkapannya dalam dan menyentuh, jika beda apa yang ada di lisan dengan apa yang ada di perbuatan, tidak diiringi dengan teladan yang nyata, besar kemungkinan ananda tidak akan mudah menuruti perintah dan meninggalkan larangan jika tidak bisa disebut gagal.

Maka, tidak bisa kita mungkiri bahwa uslub memberikan teladan dalam pendidikan jauh lebih berpengaruh, meninggalkan atsar (bekas) dalam qalbu, lebih cepat untuk diingat dan dipahami, serta lebih menarik untuk ditiru dan diikuti dibandingkan kita menempuh uslub ceramah dan hanya mengungkapkan kata-kata.

Lagi pula uslub memberikan teladan itu suatu yang alami, tidak dibuat-buat, natural. Rasulullah melakukan uslub ini sebagai uslub yang paling agung dan paling unggul.

Dari Ibnu Ishaq bahwasanya nabi saw mengutus Amru bin Al-Ash kepada Al-Julanda untuk mengajaknya kepada Islam, maka dia menjawab:

“Orang ini telah menunjukkan kepadaku seorang Nabi yang ummi. Bahwa beliau tidak memerintahkan kepada suatu kebaikan pun melainkan dialah orang yang pertama mengerjakannya. Tidaklah ia melarang dari suatu keburukan melainkan dialah orang yang pertama kali meninggalkannya. Ketika sedang berkuasa dia tidak sombong, ketika dikalahkan dia tidak berkata kejelekan. Dia selalu menepati perjanjian dan memenuhi janji. Maka dari situ, saya bersaksi bahwa dia benar-benar seorang Nabi.”

Imam As-Syathibi Rahimahullahi Ta’ala berkata dalam kitabnya Al-I’sham:

“Akhlak beliau hanyalah Al-Qur’an, karena beliau menjadikan wahyu sebagai penguasa atas dirinya. Sehingga, ilmu dan amal beliau sesuai dengan wahyu. Beliau senantiasa cocok, menyuarakan, tunduk dan mendukung keputusan wahyu.”

Keteladanan itulah kunci kesuksesan Rasulullah saw. dalam mendidik umat, mendidik para sahabatnya yang mulia, ketepatan lisan dan amal sungguh sangat berpengaruh besar bagi siapa pun yang mendengar perintah dan larangannya.

Bagaimana tidak sukses? Ketika Al-Qur’an memerintahkan salat, maka beliaulah yang terlebih dulu salat, ketika Allah melarang minuman khamr dan riba, maka beliaulah yang terlebih dahulu meninggalkannya. Jika turun wahyu untuk memerintahkan dakwah, maka beliau pasti berada di garda terdepan, jika Allah menurunkan wahyu tentang neraka dan seluruh kedahsyatannya di hari itu, maka beliaulah yang paling dulu merasakan ngerinya dan takutnya azab neraka.

Karenanya, kesesuaian perkataan dan amal Rasululullah saw. menjadi bukti bagi siapa pun yang melihatnya bahwa lisannya benar tidak terbantahkan dan tidak akan ada celah bagi siapa pun untuk membantahnya dan menafikannya, akan memaksa siapa pun untuk mengikuti beliau, kalam, dan perbuatan beliau saw.

Jadi, keteladan ayah bunda di hadapan ananda adalah keteladan mutlak mempraktikkan seluruh syariah Islam. Kemuliaan ayah bunda di hadapan ananda dipertaruhkan di hadapan praktik syariah Islam secara kaffah, bertumpu pada sifat ketundukannya di hadapan hukum-hukum syariah berupa keyakinan, perkataan, dan perbuatan.

Kemuliaan ayah bunda bukan bertumpu pada akal apalagi bertumpu pada emosional sifat superioritas di hadapan anak yang yunior. Akan tetapi kemuliaan ayah bunda bertumpu pada ketakwaan kepada Allah Swt. Allah Ta’ala berfirman :

اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurat : 13)

(Bersambung)

———-
Sumber: Wag DuniaParenting

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi