Urgensi Mendidik Anak Menjadi Pribadi Muslim yang Kokoh

Oleh. Afiyah Rasyad

Setiap keluarga pasti memiliki visi dalam rumah tangga, termasuk visi mendidik anak. Visi dalam mendidik anak adalah sebuah tujuan kesuksesan anak di masa depan. Sebaliknya, jika keluarga tak memiliki visi dalam mendidik anak, berarti keluarga tersebut siap mengantarkan anak pada kegagalan dalam tumbuh kembang dan kepribadian mereka di masa depan. Tak sedikit orang tua orang tua yang mengikrarkan harapan anaknya sukses dunia akhirat, berguna bagi nusa, bangsa, dan agama.

Sejatinya, harapan itu merupakam visi pada anak. Namun, kebanyakan orang tua tak menyadarinya. Bahkan abai dengan langkah-langkah demi mewujudkam harapannya itu bagi anak. Kebanyakan orang tua mencukupkan upaya hanya di sekolah saja. Bagi mereka yang mampu membayar biaya tinggi, maka mereka menganggap anak-anaknya akan mendapat pengajaran lebih bagus kualitasnya. Sementara, bagi orang tua yang tidak mampu, bahkan mencari sesuap nasi saja susah, akan pasrah pada keadaan dan membiarkan anak tumbuh tanpa visi yang jelas.

Meski begitu, ada juga orang tua yang giat mendidik anak dengan curahan nilai Islam meski ia tak berkemampuan membiayai sekolah yang bagus pengajaran agamanya. Mereka yang memahami visi mendidik anak tidak akan menyerah pada keadaan. Keluarga ini akan merencanakan visi besar untuk anak-anaknya, yakni membangun kepribadian Islam di tengah gempuran problematika kehidupan.

Orang tua dengan visi surga masih ada di sekitar kita, yakni orang tua yang mendidik anak dengan pembentukan pola pikir dan pola sikap Islam sehingga berpeluang mencetak generasi pembangun peradaban mulia. Mereka tidak mengandalkan sekolah, tidak menganggap sekolah sebagai laundry. Mereka akan berupaya dengan terus mengharap rahmat Allah dalam mendidik anak. Visi mulia yang tersemat itu mereka rawat dan realisasikan dalam mendidik anak-anaknya.

Faktor Pembangun Visi Mendidik Anak untuk Membangun Kepribadian Islam

Kepribadian Islam atau syakhsiyah Islamiyah adalah pola pikir dan pola sikap Islami pada anak. Gambaran anak sholih adalah anak yang berkepribadian Islam, saat ia tahu satu hukum dalam syariat Islam, dia akan memahminya lalu tercermin dari sikapnya mengupayakan untuk menerapkan syariat tersebut. Misal, saat anak memahami menutup aurat adalah sebuah kewajibam sebagai cerminan pola pikir, maka pola sikapnya langsung eksekusi kewajiban itu dengan menutup aurat secara sempurna. Jika dia laki-laki, dia tidak akan pernah memakai celana pendek di atas lutut meski di depan saudara kandungnya sekalipun.

Kepribadian Islam tidak ujug-ujug melekat dalam kehidupan anak. Ia perlu tempaan dan didikan yang kuat dan istiqomah dari kedua orang tua, lingkungan (masyarakat)n dan juga negara. Namun, karena masyarakat dan negara yang ada saat ini adalah masyarakat kapitalis, maka orang tualah tumpuan terakhir dalam mebangun kepribadian Islam anak. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh orang tua dalam mewjudkan visi mendidik anak untuk membangun kepribadian Islam, antara lain:

1. Komitmen dan sinergi orang tua
Orang tua, ayah dan ibu, keduanya harus memiliki visi yang sama dalam mendidik anak agar bersyakhsiyah Islam. Komitmen yang kuat dengan niat lillah akan mendorong orang tua menyusun langkah tepat dalam mendidik anak. Adapun sinergi antara ayah dan ibu bertujuan agar pencapaian visi mendidik anak berjalan seimbang dan selaras. Jangan sampai ayah mau ke barat dan ibu ke timur. Hal ini akan menjadikan split understand pada anak.

2. Sekolah atau lingkungan
Sekolah Islam atau ma’had tidak sepenuhnya menjamin terbentuk dan terbangunnya kepribadian Islam anak meski para pendidiknya sudah bersyakhsiyah Islam. Namun, sekolah Islam atau ma’had yang juga memiliki visi mencetak generasi bersyakhsiyah Islam akan memperingan tugas orang tua. Sebab, sekolah ini lebih tepat bagi anak. Hanya saja, harus dipahami bahwa sekolah bukanlah tempat tatsqif (pembinaan), tapi sebatas ta’lim.

3. Kelompok halqah
Sebagai orang tua yang berkomitmen membangun syakhsiyah Islam dalam visi mendidik anak, maka perlu kiranya orang tua melibatkan anak dalam halqah untuk mendapatkan tatsqif secara berkelompok dari seorang guru. Sebagaimana Rasulullah dulu membina (tatsqif) sahabat di rumah Arqom bin Abi Arqom. Syekh Taqiyuddin An-Nabhani menyatakan dalam kitab Takatul Hizby juga menyebutkan, “Namun demikian perlu diketahui bahwa pembinaan ini bukanlah ta’lim (yang semata hanya proses transfer ilmu-pen), dan bahwa ia berbeda sama sekali dengan sekolah. Oleh sebab itu, pembinaan dalam halqah-halqah tersebut haruslah berjalan.”

4. Istiqomah dan Doa
Keiatiqomahan orang tua dalam meraih visi sangat menentukan keberhasilan membangun kepribadian anak. Sementara senjata paling ampuh bagi kaum muslim, wabil khusus orang tua adalah doa. Di sanalah Allah akan terlibat dalam memudahkan proses mewujudkan visi mendidik anak untuk membangun kepribadian Islam.

Demikianlah faktor yang harus diperhatikan orang tua dalam mewujudkan visi mendidik anak agar terbentuk kepribadian Islam.

Dampak Negatif Jika Orang Tua Tidak Memiliki Visi Mendidik Anak

Hidup tanpa visi sungguh sangat sia-sia, termasuk orang tua yang tak memiliki visi dalam mendidik anak. Saat ini, keluarga muslim melahirkan dan membesarkan anak tanpa visi. Bagi mereka, kelahiran dan beregenerasi hanya menjadi siklus biologis dan takdir, bukan suatu fase yang direncanakan. Padahal memiliki anak itu adalah anugerah.

Memiliki dan membesarkan anak tanpa visi sama artinya mempersiapkan kegagalan masa depan untuk mereka. Bisa kegagalan materi, kegagalan karir, dan paling memilukan adalah gagal membangun mereka menjadi generasi berkepribadian Islam. Berikut dampak jika orang tua tidak memiliki visi mendidik anak:

1. Tak peduli aturan
Anak yang tumbuh tanpa rengkuhan visi dari orang tua, mereka cenderung hidup tanpa aturan, bebas mengikuti gaya hidup yang bertebaran. Sebutlah hedonisme, leberalisme, dan sekularisme.

2. Minim Empati
Anak yang tumbuh dalam keluarga tanpa visi pendidikan, mereka akan cenderung kehilangan empati.pada orang lain. Rasa peduli yang harusnya terbangun dari proses orang tua mendidik mereka, seakan lenyap karena momen perwujudan visi itu tidak ada.

3. Memandang kesuksesan hanya sebatas banyaknya materi
Anak-anak yang besar tanpa visi kepribadian Islam akan tumbuh menjadi anak yang memiliki pandangan sebagaimana masyarakat pada umumnya. Memandang kesuksesan dan kebahagiaan hanya pada jumlah materi.

Itulah dampak krusial bagi anak yang besar tanpa visi pendidikan yang shohih dari orang tua.

Strategi Membentuk dan Mewujudkan Visi Mendidik Anak untuk Membangun Kepribadian Islam yang Kokoh

Setiap keluarga muslim yang sadar akan hubungannya dengan Allah, tentu tidak akan menyia-nyiakan amanah dan anugerah berupa anak. Sedemikian rupa visi mendidik anak akan tertanam dan tercatat. Sebab, keluarga muslim yang berharap melahirkan generasi khairu ummah akan tsiqoh mendididik anak dengan membangun kepribadian Islam sejak dini. Tentu saja ada strategi dan tahapan dalam mewjudkan visi mendidik anak untuk membangu kepribadian yang kokoh, antara lain:

1. Membuat perencanaan
Visi tentu saja tak kan ada jika tanpa perencanaan. Membuat perencanaan adalah salah satu strategi dalam menciptakan dan mewujudkan visi pendidikan anak. Dengan adanya perencanaan visi, maka pengasuhan dan pendidikan anak akan terencana, tertata, dan mudah untuk dievaluasi. Orang tua bisa mengontrol dan mengukur sejauh mana keberhasilan pencapaian visi maupun apa yang belum bisa terwujud, untuk kemudian mencari solusinya.

2. Membangun role model yang baik
Orang tua adalah teladan bagi anak. Gerak gerik, tutur kata, dan tingkah polah orang tua akan direkam oleh anak. Maka, semaksimal mungkin orang tua harus memberi teladan yang baik dalam mengasuh dan mendidik anak, terutama memberi keteladanan dalam berkepribadian Islam. Sehingga, akan mudah tertancap dan tertanam dalam diri anak wujud kepribadian Islam itu.

3. Membentuk kegiatan positif di rumah
Orang tua wajib membuat jadwal kegiatan positif di rumah dalam mendidik dan mengasuh anak. Kegiatan bersama anak bisa dilakukan dengan membaca bersama, bermain, berkreasi, dan rekreasi dalam rangka tafakur dan menancapkan akidah Islam. Kegiatan ini juga bisa membangun kedekatan antara orang tua dan anak sehingga mempermudah anak mengikuti arahan orang tua untuk berkepribadian Islam.

4. Membersamai anak dan membangun komunikasi
Orang tua wajib membersamai anak saat di rumah dengan waktu yang sudah terjadwal. Membersamai di sini, menjadi sahabat dan teman karib anak dalam berbagai kisah dan kegiatan. Dengan kebersamaan dan komunikasi yang intens, orang tua bisa mengarahkan anak lebih mudah dalam membangun kepribadian Islamnya.

Demikianlah strategi yang bisa dilakukan orang tua dalam mewujudkan visi mendidik anak membangun kepribadian Islam yang kokoh.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi