Optimalisasi Penggunaan dan Pengelolaan Uang Fitrah Ananda Pascalebaran

Oleh. Afiyah Rasyad

Lebaran adalah momen yang sangat membahagiakan, terutama bagi anak-anak. Anak-anak akan sangat berbahagia kala lebaran tiba, mereka akan bisa berkumpul dengan sanak saudara, makan di siang hari, akan memakai baju baru, dan uang fitrah atau angpao yang diterima. Hari raya selalu seru dan ditunggu-tunggu tiap anak. Tak sedikit anak yang kecipratan banyak rezeki kala lebaran datang. Sanak famili akan berbagi kebahagiaan dengan memberi mereka angpao.

Bukan hendak mengajarkan anak jadi pengemis, namun tradisi lebaran dengan pemberian uang fitrah sudah menjadi tradisi tahunan. Bahkan, sebagian besar kaum muslim telah menabung untuk berbagi di hari lebaran kepada anak-anak yang berkunjung. Budaya berbagi di hari lebaran bukanlah ajang pamer, namun lebih kepada niat sedekah dan berbagi kebahagiaan pada anak kecil.

Setiap anak akan bahagia dan bersuka cita saat menerima amplop berisi uang fitrah dari paman, bibi, kakek, nenek, bahkan dari ayah bundanya. Apalagi di hari lebaran, sanak saudaranya akan lebih banyak lagi yang akan berbagi. Bagi anak yang sudah mumayyiz, bisa menghitung jumlah uang dan fungsinya, dia boleh diberi amanah menyimpan dan mengelolanya sendiri. Lebih tepatnya, mereka sudah enggan menitipkan pada bunda. Namun, orang tua tetap harus mengontrol pengelolaan dan pemanfaatannya. Jangan sampai ananda berbelanja layaknya anak sultan.

Bagi anak yang belum mumayyiz, terutama balita, maka orang tualah yang berperan agar uang anak dikelola dan digunakan sebagaimana mestinya. Bukan tidak mungkin balita tidak mendapatkan uang fitrah, di sanalah peran orang tua mengelola uang anak dengan baik. Orang tua wajib memahami bahwa uang adalah amanah dari Allah yang akan mendapat penghisaban yang berat kelak di keabadian. Maka, hal itu juga perlu ditanamkan pada anak agar tidak menggampangkan dalam memanfaatkan dan menggunakan uang.

Optimalisasi Penggunaan dan Pengelolaan Uang Anak oleh Orang Tua

Beberapa waktu lalu sempat heboh dan viral terkait investasi bodong anak. Di mana uang lebaran anak berakhir di tangan bunda. Memang harta anak boleh dimanfaatkan oleh orang tua sebagaimana sabda Baginda Nabi Saw:

“Kamu dan hartamu adalah untuk bapakmu.” (HR. Ibnu Majah)

Namun demikian, harus dipahami bahwa harta anak yang dimanfaatkan orang tua adalah sebatas kebutuhan orang tua saat mendesak. Tidak latas, orang tua memanfaatkan uang lebaran anak seperti uang milik orang tua sendiri. Harta atau uang lebaran anak tidaklah termasuk dalam sebab-sebab kepemilikan harta dalam kitab Sistem Ekonomi Islam karya Syekh Taqiyuddin An-Nabhani.

Maka, jelas tidak berpindah kepemilikan uang lebaran anak kepada ayah atau bunda si anak. Orang tua hanya boleh memanfaatkan sebatas keperluan saat mendesak. Maka, orang tua bertugas sebagai penjaga uang lebaran anak agar dioptimalkan penggunaan dan pengelolaannya, terutama saat anak masih balita. Uang lebaran anak tentu boleh digunakan untuk keperluan si anak, misal membeli popok, baju, alat mandi, alat sekolah, bayar spp, ataupun uang jajan anak.

Pengelolaannya harus tepat. Orang tua tidak boleh menghambur-hamburkan uang anak meski untuk kebutuhan anak sendiri. Anak perlu dibatasi dalam jumlah tertentu. Mana kebutuhan yang wajib dipenuhi dan mana hal mubah yang tidak termasuk kebutuhan harus dipahami orang tua dan perlu dipahamkan juga terhadap anak. Sehingga anak akan terbiasa memprioritaskan kebutuhan terlebih dahulu, baru setelahnya kemubahan dengan kadar jumlah yang wajar. Misal anak membeli kembang api atau layangan untuk mainan secara wajar, tidak semua uangnya dibelikan mainan tersebut layaknya anak sultan yang dalam sekali top up game online bisa mencapai 500 ribu atau uang jajannya 200 ribu sehari.

Orang tua wajib mengarahkan anak dalam menggunakan dan mengelola uang agar sesuai dengan syariat Islam. Mengingat uang nantinya akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Saat anak belum baligh, mereka terbebas dari hisab, namun orang tualah yang akan mempertanggungjawabkannya. Untuk apa uang anak dibelanjakan. Sebab, kewajiban orang tua mendidik, menasihati, dan mengarahkan anak.

Maka, optimalisasi penggunaan dan pengelolaan ontalan anak perlu peran orang tua. Bimbingan, edukasi, dan arahan orang tua akan membuat anak mampu menggunakan uang dengan bijak. Orang tua wajib memberi tahu jumlah uang anak setiap kali bertambah atau berkurang karena dimanfaatkan. Orang tua juga harus memberi tahu jika perlu mencatat, uangnya digunakan untuk apa? Misal untuk bayar SPP anak, uang jajan, bahkan jika orang tua hendak meminjamnya. Sehingga, anak akan mempercayakan sepenuhnya pada orang tua saat uangnya tak digunakan sembarangan.

Dampak Negatif saat Uang Lebaran Anak Tak Dikelola dengan Baik

Sudah thobi’i, anak akan berbahagia saat mendapat ontalan kala lebaran. Seakan panen raya, anak akan memiliki uang dadakan. Salah satu siswa kami bahkan ada yang mendapat emas Antam 2 gram dan sejumlah uang hampir dua juta pada lebaran kali ini. Tentu jumlah ini bukanlah sedikit bagi anak. Maka, orang tua harus mengarahkan anak agar optimal dalam menggunakan dan mengelola uangnya. Uang satu juta sangat mudah untuk dihabiskan.

Maka, di sinilah pentingnya peran orang tua untuk optimalisasi penggunaan dan pengelolaan uang anak. Jika tidak, maka akan berdampak negatif bagi perilaku anak. Apa saja dampak negatif saat uang lebaran anak tidak dikelola dengan baik?

1. Anak bersifat konsumtif

Saat anak dibiarkan mengelola sendiri uangnya tanpa arahan dan kontrol orang tua, maka sifat konsumtif akan menempel dan melekat pada anak. Apalagi jika orang tua memberi keteladanan bersikap boros, maka konsumerisme anak akan semakin menjadi-jadi.

2. Tidak paham mana kebutuhan dan keinginan

Ketika orang tua membiarkan anak sesuka hati memanfaatkan uang tanpa arahan dan bimbingan, maka anak tidak mampu memhami mana kebutuhan dan keinginan. Uang akan cepat habis ketika anak memenuhi semua yang diinginkannya. Hal ini ada korelasi dengan perilaku konsumtif. Sebab, anak dengan gampang dan ranpa rasa eman untuk membelanjakan uangnya.

3. Anak cenderung bergaya hidup mewah

Saat anak terbiasa dengan jumlah uang yang banyak, terbiasa dengan belanja ini itu dengan mudah, maka secara gaya hidup mewah akan segera menempel dan melekat padanya jika orang tua tidak mengerem dan mengarahkan anak dalam optimalisasi penggunaan dan pengelolaan uang lebaran, meski itu hanya setahun sekali. Apalagi jika dalam kesharian anak diperlakukan bak anak sultan, dimana orang tua selalu menuruti keinginan anak dan memberinya uang saku di atas minimal 100.000 sehari. Tentu, anak cenderung akan bergaya hidup mewah.

4. Kurang peka dengan kehidupan sekitar

Anak yang bergaya hidup mewah seringnya tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Dia akan cenderung berteman dengan sesama anak yang bergaya hidup meqah. Rasa peduli kepada orang lain juga akan minim seiring dengan pandangan merendahkan yang kadang muncul tak diundang. Apalagi jika orang tua tidak menanamkan kebaikan dan hidup bersosial sejak dini. Maka, anak akan cenderung pongah dengan banyaknya uang yang dimiliki meski itu hanya setahun sekali. Bahkan, nak akan suka pamer tanpa memedulikan teman-temannya yang kekurangan.

Demikianlah jika anak tidak diarahkan dalam optimalisasi penggunaan dan pengelolaan uang lebaran oleh orang tua. Alih-alih akan menggunakan dengan bijak dan akan berbagi, yang ada anak justru merasa berharta dan bisa membeli segalanya ya g diinginkan, bukan yang dibutuhkan.

Tips bagi Orang Tua dalam Optimalisasi Penggunaan dan Pengelolaan Uang Lebaran Anak

Sejauh ini, tradisi lebaran ontalan adalah hal yang baik. Namun, peran orang tua dalam menyimpan, menggunakan, dan mengelolanya sangat urgen agar uang anak tidak dihambur-hamburkam. Orang tua wajib mengarahkan dan membimbing anak dalam optimlisasi penggunaan dan pengelolaan uang lebaran mereka. Berikut beberapa tips bagi orang tua untuk optimalisasi penggunaan dan pengelolaan uang lebaran anak:

1. Anak diberikan uang dengan jumlah yang tepat di usia yang tepat

Orang tua harus memahami bahwa level usia anak pra balig yang belum tamyiz tidaklah sah muamalahnya, maka orang tualah yang harus membantu mengelolanya. Bagi anak yang sudah tamyiz, orang tua bisa memberikan uang atau mengarahkan agar anak membelanjakannya sesuai kebutuhan dengan jumlah yang pas atau tepat.

2. Ajarkan anak menghargai uang dan terus bersyukur karena banyak orang membutuhkan

Tidak mudah bagi setiap orang, apalagi anak untuk mengerti harga seporsi ayam geprek itu sama dengan upah seharian orang lain setelah bercucuran peluh. Maka, orang tua perlu menanamkan pada anak untuk tidak boros, apalagi untuk hal yang nirfaedah. Maka, menghargai uang dan bersyukur akan membuat anak lebih peka dengan kondisi kehidupan.

3. Penting untuk memahamkan anak prioritas penggunaan uang

Ketika anak sudah diberikan uang secara berkala misalnya setiap pekan atau bulanan, maka penting mengajarkan mereka keterampilan untuk mengatur pengeluaran. Begitupun dengan uang ontalan saat lebaran, anak perlu diingatkan dan diajarkan agar tepat menggunakan uanh. Ajarkan untuk mendahulukan yang terpenting, penting, dan kurang penting. Ajarkan anak mengalokasikan uang untuk bayar SPP atau beli pasta gigi itu lebih penting ketimbang pengeluaran untuk beli pop it atau barbie.

4. Less is good

Orang yang hebat bukan orang yang berlimpah uang, tapi mereka yang bisa hidup bahagia dengan sedikit harta. Maka, jangan biasakan anak-anak memegang uang dalam jumlah banyak. Semakin sedikit pengeluarannya untuk yang tidak perlu, malah semakin bagus. Dengan begitu ia paham prioritas penggunaan uang. Dia akan mengelola uang dengan terampil dan menyisihkan uang untuk kebutuhan yang akan datang.

5. Tanamkan jiwa dermawan pada anak yakni pemurah dan berkorban untuk orang lain

Hadis tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah perlu ditanamkan pada anak, apalagi berbagi pada yang lebih membutuhkan. Biasakan anak berbagi dengan teman yang membutuhkan, mungkin tidak dengan bentuk uang, tapi bisa dibelikan alat sekolah atau keperluan lainnya. Bisa juga anak dibiasakan memberi lebih saat membayar ke ibu kantin yang sudah sepuh. Bahkan, anak perlu dibiasakan ringan saat memasukkan uang ke kotak masjid ataupun kotak infaq Jum’at di sekolah, dll.

Demikian tips yang bisa dilakukan orang tua dalam optimalisasi penggunaan dan pengelolaan uang lebaran agar bermanfaat bagi anak. Selain itu, anak akan terarah dengan tetap memprioritaskan kebutuhan, gemar dan ringan bersedekah dan membantu orang lain, sederhana, dan selalu bersyukur.

Wallahu a’lam.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi