Menyiapkan Generasi Era Society 5.0, antara Tantangan dan Harapan

Oleh. Afiyah Rasyad

“Didiklah anak sesuai dengan zamannya karena mereka hidup pada zamannya bukan pada zamanmu.” (Maqalah Ali bin Abi Thalib)

Benarlah apa yang disampaikan Sayyidina Ali. Kehidupan dan peradaban manusia akan menemui zamannya masing-masing. Masa sebelum Rasulullah, masa ketika Islam datang (masa Rasul), masa sahabat, masa kekhilafahan, masa runtuhnya khilafah, hingga saat ini, menuju Era Society 5.0, menunjukkan perubahan zaman. Belum lama Revolusi 4.0 mengudara, kini Era Society 5.0 sudah siap mengganti sepenuhnya.

Tak dinafikan, pengaruh perkembangan teknologi dan internet sangat signifikan. Apalagi pandemi sempat menjadikan dunia maya sebagai jalur komunikasi terbesar dalam setiap sektor, kecuali kesehatan dan produksi. Pendidikan generasi sudah familier dengan learning from home.

Digitalisasi sudah mendunia. Berbagai aplikasi muncul bak jamur di musim hujan, mulai aplikasi untuk chatting, eksistensi diri, game, belajar, dompet digital, belanja online, hingga aplikasi “mata-mata.” Kemudahan itu banyak melenakan generasi muda, terutama Gen Z. Tak hanya itu, “mager” seakan menjadi tabiat baru dalam kehiduoan generasi zaman now.

Tantangan dalam Menyiapkan Generasi di Era Society 5.0

Mengutip situs Online Learning BINUS University, Society 5.0 adalah konsep yang memungkinkan umat manusia menggunakan ilmu pengetahuan berbasis teknologi modern seperti AI dan robot untuk memenuhi kebutuhan dan mempermudah kehidupan manusia.

Konsep Society 5.0 sejatinya tidak berbeda jauh dengan konsep sebelumnya, yakni Society 4.0. Perbedaannya terletak pada konteks yang menjadi fokus. Di mana Society 4.0 fokus pada konteks pengembangan teknologinya, sedangkan Society 5.0 lebih fokus pada konteks manusia (detik.com, 14/12/2022).

Duhai, digitalisasi dan globalisasi ala Barat menemui titik terang. Revolusi Industri 4.0 dan Era Society 5.0 menukik tajam, merenggut aktivitas dunia nyata dan mengalihkannya pada aktivitas dunia maya. Barat menjadikan Era Society 5.0 sebagai tunggangan empuk untuk menancapkan hegemoninya.

Meski Era Society 5.0 masih beredar di Jepang, bukan tidak mungkin negeri ini akan menjumpainya juga. Era baru ini tentu memiliki tantangan dan peluang harapan dalam menyiapkan generasi.

Revolusi 4.0 saja membuat orang tua dan tenaga pendidik kelimpungan mengarahkan generasi, apatah lagi ketika level digitalisasi sudah meningkat. Society 5.0merupakan sebuah masyarakat yang berpusat pada manusia yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi dan teknologi dengan menyelesaikan masalah melalui sistem yang mengintegrasikan dunia maya dan ruang fisik.

Tantangan Era Society 5.0 dalam menyiapkan generasi unggul tentu akan dijumpai. Maniak dan tergantungnya generasi pada dunia maya menjadikan mereka kurang dalam peran mereka sebagai makhluk sosial. Individualisme semakin menukik di setiap sanubari generasi milenial.

Belum lagi, gaya hidup Barat yang semakin mudsh diakses menjadikan mereka membebek suka-suka. Apalagi sekularisme selalu menggiring mereka dalam tiap tontonan ataupun interaksi di dunia maya. Interaksi digital yang paling populer dilakukan adalah belanja online dengan dompet digital.

Generasi muda khususnya menganggap dompet digital dan style kebebasan dalam pergaulan sebagai bagian dari kemajuan teknologi tanpa batas. Dengan banyaknya iklan yang menarik, tanpa ada pemahaman yang benar, tidak jarang kaum muda banyak yang tertarik dan terjerumus menikmati kebebasan dalam pergaulan dan bertindak konsumtif. Akhirnya, mereka bisa terjerembap ke dalam dunia ribawi dan berbagai transaksi yang tidak syar’i, serta pergaulan bebas di dunia maya.

Akibat kemudahan ini pula, dompet digital menjadi katalisator penyebaran gaya hidup Barat (fun, food, fashion, dll.). Dompet digital yang dijajakan di dunia maya sebagai wujud Era Society 5.0 menegaskan arus globalisasi yang sedang tren saat ini, yakni setiap orang bebas atau membeli apa saja tanpa terkecuali.

Inilah penjajahan gaya baru untuk mengeruk kekayaan dan masa depan bangsa. Tren dan gaya hidup memalingkan generasi hanya untuk memenuhi eksistensi diri yangs alah kaprah. Walhasil, tantangan terberat menyiapkan mereka di Era Society 5.0 adalah menyadarkan peran sosial dengan menghadirkan aturan Sang Pencipta.

Harapan dalam Menyiapkan Generasi di Era Society 5.0

Society 5.0 merupakan sebuah konsep di mana kehidupan manusia dipermudah dengan adanya teknologi, dan teknologi merupakan bagian dari manusia itu sendiri. Namun, harus ada penegasan letak teknologi dalam kehidupan manusia secara benar. Era Society 5.0 ini seharusnya membuat manusia menguasai teknologi dengan mudah, bukan teknologi yang menguasai manusia dengan mudah.

Apa yang terjadi pada generasi milenial yang akrab dengan dunia digital dan teknologi adalah sebuah kekeliruan. Mayoritas hanya menjadi penikmat dan pengikut kreativitas dan karya yang bebas tanpa batas. Hal ini cukup membuat orang tua dan pemangku kebijakan kelimpungan saat menyaksikan efek negatif dari teknologi digitalisasi.

Namun demikian, di mana ada tantangan, maka di sana sejatinya ada peluang dan harapan. Orang tua dan pemangku kebijakan harus cerdas dalam mengupayakan penyadaran generasi agar cerdas berteknologi. Tak dimungkiri, Era Society 5.0 bertumpu pada kebijakan ekonomi dan politik kapitalisme. Harapan orang tua akan melejitnya generasi dalam menguasai teknologi tentulah besar.

Harapan berkembangnya intelektualitas dan aktualisasi diri dalam mengendalikan dan mengoperasikan teknologi bukan sebuah kesalahan. Hal itu justru harus dipupuk dan dipahamkan pada generasi agar mereka tidak tergelincir pada hal-hal yang nirfaedah. Selain itu, harapan mereka belajar dan terus mengembangkan keterampilan diri secara otodidak untuk berkontribusi di tengah umat manusia juga sesuatu yang perlu ditanamkan pada generasi. Sehingga, Era Society 5.0 ini tidak menjadi ancaman.

Langkah-Langkah Menyiapkan Generasi di Era Society 5.0

Saat ini, internet dan teknologi sudah berada di rumah-rumah manusia. Negeri ini mayoritas penduduknya muslim, maka di rumah-rumah muslim pun telah menjamur digitalisasi. Selain di rumah-rumah, jarjngan internet juga ada di lembaga pendidikan dan fasilitas umum. Oleh karena itu, harus ada upaya serius dari orang tua dan pemangku kebijakan dalam menyiapkan generasi untuk menghadapi tantangan Era Society 5.0 dan cerdas mengambil peluangnya. Langkah-langkah dalam menyiapkan generasi di Era Society 5.0 antara lain:

1. Mendidik anak sejak usia dini dengan tauhid
Di sinilah peran orang tua sangat dibutuhkan. Bagaimana pengasuhan dan pendidikan yang baik di rumah akan banyaj memengaruhi tumbuh kembang fisik dan akal anak. Meski era digital, orang tua tetap menjadikan tauhid atau akidah Islam sebagai komponen dan landasan utama dalam mendidik anak. Anak harus diajarkan tentang Penciptanya, manusia hanyalah hamba yang harus patuh pada Pencipta. Sehingga, penanaman tauhid sejak dini, insyaallah akan memberikan efek padanya dalam keterikatan dengan aturan-Nya dalam beraktivitas, terutama saat mengoperasikan teknologi.

2. Memahamkan generasi dengan skala prioritas
Kalau dalam kehiduoan muslim, prioritas ini wajib diperhatikan dengan saksama. Mana wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram wajib diperhatikan. Orang tua wajib menyiapkan generasi dengan memahamkannya pada skala prioritas perbuatan.

Saat mereka memegang gadget, maka orang tua perlu memberikan keteladan dalam prioritas amal ini. Dunia maya harus dimanfaatkan sebagaimana mestinya, yakni dijadikan sebagai sumber pahala dengan melaksanakan yang wajib dan sunnah seperti mencari ilmu, menghubungi kerabat, manjalin ukhuwah, dll. Di samping itu, generasi juga disadarkan untuk mengurangi aktivitas mubah seperti main game, scroll lawakan, menonton, chat dan aktivitas tidak penting lainnya.

3. Memahamkan generasi mana kebutuhan dan mana keinginan
Need dan want harus senantiasa disampaikan pada anak agar mereka selektif dalam memenuhi kebutuhan jasadiyah dan nalurinya. Mana yang benar-benar dibutuhkan, itulah yang diupayakan. Sementara keinginan hanya untuk diakui, maka hatus berlatih untuk menahan diri.

4. Mencarikan guru dan teman yang saleh, serta lingkungan yang kondusif
Meski susah, orang tua wajib mengupayakan penjagaan akal dan fisik anak. Mencarikan guru dan teman yang saleh akan menjadikan anak mendapatkan energi positif sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw. yang masyhur,

“Perumpamaan teman yang baik dan yang jahat adalah seperti orang yang membawa minyak wangi dan tukang pandai besi. Yang membawa minyak wangi, boleh jadi dia memberimu, atau kamu membeli daripadanya, atau paling tidak kamu mendapatkan harum semerbak daripadanya. Adapun tukang pandai besi, boleh jadi bajumu terbakar karenanya, atau kamu mendapatkan bau busuk daripadanya.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Teman yang saleh, guru yanh saleh, dan lingkungan kondusif akan mengontrol perilaku anak, termasuk saat memanfaatkan dunia digital.

5. Melibatkan dan membersamai anak dalam mewujudkan kehidupan yang baik
Dalam menyiapkan anak berdaya dengan baik di Era Society 5.0, orang tua harus berjuang mewujudkan kehidupan yang baik tersebut. Anak tentu saja perlu dilibatkan, tetapi tetap dibersamai dengan keteladanan. Kehidupan yang baik tentu akan muncul saat negara tidak menerapkan kapitalisme yang berasaskan sekularisme.

Maka dari itu, orang tua bisa melibatkan dan membersamai anak mengingatkan pemangku kebijakan untuk menanggalkan dan meninggalkan kapitalisme-sekularisme. Kemudian, mereka bersama berjuang mewajudkan kehidupan yang baik yang berasal dari Zat Yang Maha Baik. Sehingga, zaman apa pun, termasuk Era Society 5.0 akan dijalankan di dalam koridor ketataan.

Wallahu a’lam.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi