Menuju Big Five

Afiyah Rasyad
(Emaknya Big 4)

Setiap episode kehidupan, tentulah mengandung cerita dan hikmah yang akan jadi kenangan. Para emak pasti punya segudang kenangan tatkala belia dan gadis. Bagaimana longgarnya waktu, bebasnya aktivitas, dan segala privacy menjadi kenangan yang menyenangkan. Namun, bukan berarti ketika telah menjadi istri dan ibu, semua itu menjengkelkan. Justru, kebahagiaan berlipat tatkala anggota keluarga bertambah.

Keistimewaan tiap anak sungguh berbeda meski lahir dari rahim yang sama. Anak adalah amanah dan anugerah yang Allah titipkan pada kami. Setiap scene kehamilan sampai persalinan, tetap melekat dalam hati. Betapa Mahabesar dan Mahabaiknya Allah berkenan menitipkan empat anak istimewa plus calon anak yang InsyaAllah juga istimewa.

Terbayang betapa ramai dan riuhnya suasana dengan empat anak, dua balita dan dua lagi sudah usia 5 dan 6 tahun. Setiap mereka harus mendapatkan kasih sayang yang sama, pasti. Pengasuhan pun harus berjalan pada mereka seirama, tak boleh ada yang dibiarkan. Empat anak istimewa harus mendapatkan hak meski emaknya sedang hamil lagi.

Tak ada manusia yang perkasa, apalagi perempuan yang kekuatan fisiknya dikabarkan lebih rendah dari laki-laki. Namun, dalam urusan hadlodah dan pendidikan anak, emak selalu tampil power meski belepotan sana-sini. Tumbuh kembang akal dan fisik anak sangat diperhatikan oleh emak yang lemah, serba kurang, dan butuh pada yang lain. Emak kadang tak pedulikan remuknya badan. Saat nampak keceriaan dan kebahagiaan empat bocah, luntur sudah rasa penat dan capek yang bergelayut.

Riuhnya Pagi Buta

Tak dimungkiri, keramaian dan keriuhan suasana akan menghiasi keluarga yang banyak anak, apalagi masih usia prabaligh. Itulah yang emak rasakan. Keriuhan pagi diharapkan tak sebatas rutinitas, namun menjadi pola habits bagi big four. Meski belum usia tujuh tahun, emak selalu meminta mereka sholat Shubuh. Apa tertib? Tidak. Di sinilah peran kesabaran dan keistiqomahan dalam membentuk habits baik mereka agar bersyakhsiyah Islam sejak dini.

Betapa riuhnya suasana pagi. Mulai aktivitas membangunkan mereka, meminta mandi pagi, sholat, mengaji, tahfidz, sampai membantu pekerjaan rumah sangatlah heboh. Drama terkadang juga terjadi tanpa skenario. Ngambek pun sering menempel dalam tumpukan jadwal pagi. Maka, di sinilah kelapangan dada sangat diperlukan.

Urusan rumah harus sudah selesai sebelum Shubuh, terutama urusan mencuci pakaian yang cukup menyita waktu. Urusan dapur ngebul paling tidak jam 6 sudah siap, terutama kopi dan teh buat anak dan abinya. Emak harus jadi polda (polisi dapur) yang profesional saat pagi buta. Harapannya, saat big four bangun, emaknya sudah fokus sama mereka. Meski, masih banyak cacatnya, namun selalu diupayakan tak menabrak visi misi dan harapan bersama suami tercinta.

Fisik, akal, dan jiwa mereka harus 100% diperhatikan. Jangan sampai mereka merasa diduakan dengan aktivitas emaknya yang padat. Emak selalu memahamkan dan memberi pengertian mereka saat ada acara. Meski online, emak juga butuh keseriusan. Maka, mereka harus dikondisikan dengan pengertian dan wejangan. Apalagi jika acara ba’da Shubuh. Wejangan harus disampaikan sehari sebelumnya, jika perlu emak komunikasi juga dengan suami atau orang terdekat untuk membantu menjaga ananda.

Ketika mereka diberi pengertian, mereka akan memahami dan tak akan banyak mencari perhatian. Justru mereka akan saling mengingatkan bahwa emaknya masih ada acara. Bahkan, dengan penuh ketertiban, mereka mengenakan baju yang telah disiapkan, mandi, sarapan dengan damai, dan aktivitas runtutan lainnya yang sudah terpola dan mandiri.

Buat Mereka Bahagia

Anak usia balita, apalagi golden age begitu mudah diarahkan. Maka, emak tak pernah segan memoles mereka dengan kebahagiaan yang dirasakan. Saat emak sedih, seperlunya saja menampakkan kesedihan, kemudian langsung mengubah haluan berupa rasa bahagia.

Menghadirkan keceriaan di hadapan mereka harus natural. Apa yang mereka lihat, dengar, dan rasakan akan diimitasi. Keteladanan dalam pola asuh sangat urgen. Maka, menghadirkan kebahagiaan pada anak saat proses hadlonah sangat diperlukan.

Bahagia bagi anak sederhana saja. Ciptakan suasana senyaman mungkin. Ajak mereka tertawa lepas dengan permainan karet sederhana, tebak-tebakan, petak umpet, susun lego, membiarkan mereka kasih makan ternak, dan aktivitas lainnya. Mereka juga bisa dilibatkan dalam kegiatan. Intinya emak harus hadir di hadapan anak, fisik dan jiwanya. Tidak kemudian, emak hadir di hadapan anak, tapi tangan dan pikirannya terperangkap dalam gawai. Big no… kalau sudah tampak begitu, suami tercinta akan bunyikan peluit panjang buat bidadarinya.

Emak pun masih gagap dalam menghadirkan rasa bahagia, masih terus berproses agar wajah mereka berhias senyum yang indah. Suami 100% bersinergi, sehingga emak yang kadang marahnya suka muncul mendadak bisa direm mendadak juga. Saat sinergi menghadirkan rasa bahagia, beban emak teramat sangat ringan. Sinergi kami saling melengkapi dengan kesempurnaan yang Allah berikan dan saling menguatkan dengan kekuatan yang Allah limpahkan.

Rasa bahagia akan menjalar pada setiap aliran darah hingga ubun-ubun. Jika demikian, insyaAllah anak akan mudah diarahkan. Meski kadang muncul sifat kekanakan, itu hal wajar, tapi anak akan memiliki empati dan quwwatul fikriyyah (kekuatan berpikir).

Calon Adik

Sejak anak pertama, ketika hamil anak kedua, maka kata-kata dan harapan baik, emak sampaikan pada sang kakak. Saat itu dia berusia empat bulan. Alhamdulillah Abdurrahman I menerima dengan bahagia dan langsung akrab dengan adiknya. Suasana keakraban senantiasa kami tumbuhkan, bagaimana indahnya berbagi, bagaimana saling menyayangi, kami hadirkan bahkan lewat hafalan hadits Nabi yang mulia.

Kehamilan anak ketiga juga kami sambut penuh suka cita. Saat itu Abdurrahman I berusia 3 tahun dan Abdurrahman II 2 tahun. Saat Abdurrahman III berusia 10 bulan, emak hamil lagi. Alhamdulillah, mereka masih kompak menyambut adik baru dengan penuh rasa bahagia. Komunikasi intens mulai bisa dibangun oleh Abdurrahman I dan II dengan perut emak.

Kini, emak diberikan lagi kesempatan oleh Allah hamil anak kelima. Alhamdulillah, si Eneng yang sudah 15 bulan ikutan bungah dan sayang dengan calon adik. Bagaimana pun, calon adik akan menjadi partner mereka kelak dengan izin Allah. Selain bermain dan tumbuh bersama, mereka akan mengaji dan mengkaji Islam bersama. Maka, tugas emak dan abi tetap memahamkan istimewanya seorang saudara, bagaimana memperlakukan saudara.

Calon adik kami upayakan selalu disambut dengan suka cita dan penuh khidmat. Namun, kehadirannya tak boleh melalaikan emak atas hadlonah pada keempat kakaknya. Calon adik adalah tambahan tanggung jawab bagi emak, bagi suami juga pastinya. Ma’lumah tsabiqoh menjadi salah satu alat vital dalam memahamkan mereka dengan kehadiran calon adik baru.

Lika-liku penantian terus kami nikmati. Menuju big five memberikan sensasi yang sama dengan kehamilan sebelumnya. Kebahagiaan dan jutaan harapan melayang dalam alunan bait-bait doa. Terkadang cemas dan khawatir muncul, namun suami selalu mengingatkan pahala luar biasa yang menanti saat sabar berdamai dengan qodho. Hal ini berpengaruh pada tumbuh kembang keempat kakaknya juga ternyata. Saat emak rida dengan qodlo, mereka sangat lebih mudah diatur. Allahu Akbar wala haula wala quwwata illa Billah.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi