Membesarkan Buah Hati

Oleh. Didi Diah, S. Kom.

Tak ada gading yang tak retak, namun karena kesungguhan dan cinta karena Allah SWT, seorang ibu akan terus membersamai buah hati dalam meniti terjalnya kehidupan, sekalipun banyak ujian menyapa di depan mata. Namun, melangitkan doa dan memohon kebaikan untuk seluruh keturunannya acapkali dilakukannya dengan sepenuh jiwa.

Siapa yang bercita-cita ingin buah hatinya menjadi anak yang salih dan salihah? tabiatnya baik, santun, dan juga lembut kepada kedua orang tua. Mungkin akan menjadi dambaan semua orang tua, wa bil khusus seorang Ibu. Ibu tak pernah kenal kata lelah dalam membersamai sang buah hati, mulai dari buaian hingga mereka dewasa. Seluruh perhatian tercurah dan fokus untuk kebahagiaannya.

Setiap kesulitan dan kelelahan datang tak lagi dipikirkan, demi kebaikan buah hati, semua karena Allah SWT. Namun, ada moment di mana kita harus mempersiapkan kemandirian dan kekuatan mental anak-anak kita dalam menjalani kehidupan kesehariannya.

Kesiapan Orang Tua dalam Mendidik Anak

Orang tua menjadi contoh terbaik untuk sang buah hati. Baik dari kesalihan maupun kesiapan jiwa dan ilmu yang mumpuni. Karena lingkungan pertama yang mempunyai peran adalah lingkungan keluarga. Di sinilah, anak dilahirkan, dirawat, dan dibesarkan. Dari sinilah proses pendidikan berawal, orang tua adalah guru pertama dan utama bagi anak. Orang tua adalah guru agama, bahasa, dan sosial pertama bagi anak.

Orang tua, khususnya ibu karena seorang ibu yang biasanya lebih punya banyak waktu bersama anak di rumah, bisa menjadi guru yang baik bagi anak-anaknya, dan seorang ibu mampu mengarahkan, membimbing, dan mengembangkan potensi anak secara maksimal. Rasulullah Saw. bersabda:

“Seorang wanita adalah pengurus rumah tangga suaminya dan anak-anaknya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepengurusannya.” (HR Muslim)

Jangan Pernah Lelah

Karena mendidik anak bukanlah hal yang mudah, maka diperlukan usaha dan kerja keras yang istiqamah. Kita harus mengarahkan mereka agar senantiasa melakukan kebaikan dan mengingatkannya jika melakukan perbuatan yang dilarang dalam Islam, mereka harus selalu terikat dengan syariat Islam. Hal tersebut dicontohkan oleh para nabi terdahulu. Seperti, Nabi Nuh ‘alayhissalam selalu mengajak putranya untuk beriman dan Nabi Ibrahim ‘alayhissalam mewasiatkan anak-anaknya untuk beribadah kepada Allah semata.

Imam Al Ghazali rahimahullah menganalogikan usaha mendidik anak itu seperti pekerjaan petani yang mencabut duri-duri dan menyiangi rumput liar. Untuk mendapatkan hasil panen yang melimpah diperlukan ketekunan dan kerja keras.

Wahai Para Ibu…. Azzamkan dalam hati, bahwa merekalah yang akan menarik kita ke surganya Allah. Jangan merasa lelah dan jangan terlalu khawatir! Saat tubuh dan pikiran kita lelah, minta kepada Allah agar bahu dan akal pikiran ini dikuatkan, insyaaAllah kelak kita akan merasakan jerih payah kita dalam membesarkan dan mendidik buah hati kita.

Wallahu a’lam bi asshowwab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi