Oleh. Afiyah Rasyad
Sebagaimana hadis yang telah disebutkan bahwa anak yang terlahir fitrah akan terpoles oleh aktivitas orang tua. Biasanya hal ini dipengaruhi oleh paradigma orang tua dalam menuangkan pendidikan anak. Bagaimana orang tua mencelup anak pada landasan ataupun pondasi pendidikan sejak usia dini. Dimana pendidikan di sini tak sekadar pengajaran alias transfer pengetahuan, tapi sampai pada atsar atau ilmu yang mempengaruhi anak. Sehingga, ia mampu menapaki kehidupan dengan cahaya ilmu itu.
Tentu saja setiap proses pendidikan anak memiliki takaran amat penting dalam urusan pondasi. Adapun pondasi yang harus dibangun pada proses pendidikan anak agar menuai progress kehidupan di masa depan yang gemilang adalah akidah Islam. Hanya pondasi akidah Islam saja yang mampu mengantar proses pendidikan anak pada kunci kebahagiaan hakiki. Beberapa keutamaan membangun pendidikan anak dengan pondasi akidah Islam , antara lain:
Pertama, akidah Islam adalah fitrah bagi manusia dan sangat mudah dipahami oleh siapa pun, termasuk anak-anak dengan memberinya ma’lumah yang shohih. Ayat tentang Sang Pencipta begitu banyak. Anak-anak disuguhkan betapa indah, kokoh, dan luasanya alam semesta yang tak mungkin ada jika tak ada Al-Kholiq. Dari sana ananda bisa mengimani Pencipta.
Kedua, akidah Islam akan memperkokoh dan meneguhkan prinsip anak sebagai Muslim. Pondasi akidah Islam yang dibangun dan ditanamkan pada anak dengan metode berpikir akan semakin menancapkan keyakinan pada Allah Swt. dan menuntun anak senantiasa merasa diawasi saat melakukan perbuatan kapan pun & di mana pun.
Ketiga, akidah Islam akan menjadikan anak memiliki sandaran kehidupan yang hakiki, yakni Allah Swt. Ia akan sepenuhnya menyadari hubungannnya dengan Allah. Sehingga, anak akan mudah taat syariah sejak dini. Hal ini akan memudahkannya pula untuk lebih taat syariah saat taklif hukum datang padanya (sudah baligh).
Keempat, pondasi akidah Islam akan menjadikan anak mampu berpikir mustanir (cemerlang), mampu menangkap fenomena kehidupan, menelaah, dan mencari jalan keluar pada setiap permasalahan yang muncul di tengah kehidupan. Tentu solusi yang diambil akan ia sandarkan pada ketetapan aturan Allah semata.
Demikianlah keunggulan pondasi akidah Islam yang dibangun dalam pendidikan anak. Kekuatan berpikir dan kegemilangan ilmu akan diraih dalam kehiduoan tatkala proses pendidikan sepenuhnya dibangun dengan pondasi akidah Islam.
Strategi untuk menguatkan pondasi pendidikan anak pada level tertinggi juga perlu diupayakan. Cita-cita mulia orang tua dalam pendidikan anak di level tertinggi adalah untuk menjadikan anak sebagai pejuang Islam, berada dalam barisan dakwah jamaah untuk melanjutkan kembali kehidupan Islam. Tentu, cita-cita mulia ini perlu memiliki pondisi akidah Islam yang kokoh. Selain pondasi akidah Islam, merupakan hal yang musatahal untuk menjadikan anak sesuai cita-cita mulia itu.
Bukan tidak mungkin untuk diwujudkan pendidikan anak membentuk anak berjiwa pejuang Islam, apalagi kedua orang tuanya adalah pejuang Islam, maka besar peluang anak juga menjadi pejuang Islam. Kerinduan orang tua akan hadirnya kehidupan Islam dalam nanungan Khilafah akan dirasakan pula oleh anak saat orang tua mampu memberi pendidikan yang baik dan benar. Hal ini tentu butuh strategi untuk menguatkan pondasi pendidikan anak pada level tertinggi, antara lain:
Pertama, orang tua harus memiliki landasan taqwa. Bagaimanapun saat orang tua bercita-cita anaknya menjadi pejuang Islam dan menegakkan Khilafah, tentu anak tersebut harus berbingkai taqwa. Maka, bagaimana anak bisa berbingkai taqwa jika orang tua yang pertama kali mendidiknya dan menghendaki anak menjadi pejuang Islam tak memperkuat ketaqwaan diri. Memang tak dimungkiri, taqwa tak bisa diwarisi kepada anak tersayang, namun dengan taqwa, orang tua akan senantiasa berhati-hati dalam menempa anak menjadi pejuang Islam.
Kedua, niat ikhlas. Setiap amalan ditentukan oleh niat. Niat yang baik dan ikhlas karena Allah wajib ada dalam cita-cita mulia untu menguatkan pondasi pendidikan anak di level tertinggi. Selain itu, jika niat tidak ikhlas, maka akan tertolak amalan yang dilakukan, termasuk dalam memperkuat pondasi pendidikan anak di level tertinggi itu.
Ketiga, memberikan pendidikan sesuai tatanan syariat Islam. Selain niat ikhlas, syarat diterimanya amal adalah sesuai dengan hukum syara’. Dalam proses pendidikan anak, pondasi terkuat adalah menanamkan akidah Islam sebagaimana yang sudah disebut pada poin B. Apalagi level tertinggi dari tujuan pendidikan yang hendak dicapai orang tua, maka kesesuaian dengan hukum syara’ dalam mendidik adalah sebuah keniscayaan. Pejuang Islam untuk menegakkan Khilafah yang nantinya akan menerapkan syariat Islam menuntut orang tua membekalo anak dengan tsaqofah Islam. Hal itu menuntut orang tua memiliki keselarasan perbuatan dengan syariat Islam agar strategi pendidikan mengatsar dan terpancar dalam sikap dan perilaku anak.
Keempat, konsisten dalam mendidik anak dengan pondasi akidah Islam. Konsistensi orang tua dalam membentuk pola pikir dan pola sikap anak agar memikiki daya juang tinggi sangat diperlukan. Jika orang plin plan dalam arah tujuan mulianya, kemungkinan cita-cita mulia itu bisa kandas di tengah jalan.
Kelima, doa. Doa adalah inti dari ibadah. Sombong jika seorang Muslim, siapa pun itu, termasuk orang tua yang gigih mendidik anak dengan pondasi kuat tanpa doa. Doa memohon kepada Allah agar dimudahkan proses pendidikannya dan dikabulkan hajat agar anak menjadi pejuang Islam tangguh kelak.
Strategi inilah yang perlu dijalani oleh tiap orang tua yang berharap anak menjadi pejuang Islam yang tangguh. Sekali-kali jangan pernah berharap anak menjadi pejuang Islam jika tak melalui proses dan strategi yang shohih.