Kikis Krisis Adab, Perkuat Kepribadian Islami pada Anak

Oleh. Afiyah Rasyad

Di zaman ini, krisis adab menimpa generasi. Etika seolah sudah tak dibutuhkan dalam setiap interaksi. Pola sikap yang seharusnya mulia dan berbudi pekerti luhur, kini jauh panggang dari api. Banyak kaum muslim terserang kisis adab. Sering dijumpai saat antre mengular di sebuah ruang, ada saja manusia tak tahu diri langsung menyerobot. Sering pula ditemui, saat teman terjatuh, yang lain kompak tertawa bahkan mengabadikan dalam bentuk video untuk diunggah. Lebib miris lagi, sering dipertontinkan drama sidang korupsi, dimana pelakunya seperti kehilangan urat malu datang dengan penampilan trendy. Banyak pula siswa yang tak sopan terhadap gurunya, dan masih banyak fenomena lainnya.

Lantas bagaimana generasi tak krisis adab. Adab atau etika dalam KBBI adalah kehalusan dan kebaikan budi pekerti, kesopanan, akhlak. Jika kemudian penampakan etika tak lagi terjaga, maka bukan tak mungkin seluruh interaksi manusia akan semena-mena dan diliputi kedzaliman yang nyata.

Sebagai kaum muslim, terikat pada hukum syara’ adalah wajib. Salah satu bentuk konsekuensinya adalah paham terhadap adab. Banyak sekali adab dalam bingkai syariah, adab terhadap orang tua, adab makan minum, adab terhadap guru, adab bertamu, adab ke masjid, adab ke kamar mandi, dan lainnya. Sebagai umat Islam yang beriman sudah seharusnya memiliki adab dan akhlak yang baik. Sebab, adab dan akhlak yang baik bisa mencerminkan bagaimana kepribadian diri sebenarnya.

Kepribadian seorang muslim tentu adalah kepribadian Islam yang terdiri dari pola pikir dan pola sikap Islam. Semua pola pikir dan pola sikap wajib terikat kepada Islam. Sebagai umat Muslim harus memiliki dan mengerti pengertian adab, akhlak serta kedudukannya dalam Islam. Karena jika meninggalkan syariat Islam dalam beradab dan berakhlak, maka yang kita dapat adalah ketimpangan antara dunia dan akhirat. Tentu, anak sebagai generasi muslim pun tak luput dari pengajaran dan penenaman adab dalam berinteraksi.

Pengoptimalan pengajaran adab pada anak adalah upaya orang tua dalam membingkai anak dengan pribadi Islami yang kokoh. Adab yang baik insyaAllah akan menghasilkan perilaku yang baik pula. Anak akan kuat kepribadian Islamnya jika mereka tidak mengalami krisis adab. Kekuatan kepribadian Islam akan diraih sejak dini jika ia kenyang dengan penanaman adab dalam tiap interaksi ataupun melakukam segala aktivitas kehidupan sehari-harinya. Mulai hal sederhana, seperti adab makan, adab memakai pakaian, adab ke kamar mandi, dll.

Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Krisis Adab pada Anak

Krisis adab tidak hanya menimpa Barat, kaum muslim pun tak bisa terhindar dari ancaman dekadensi moral. Krisis adab yang kian marak tentu bukan tanpa sebab. Banyak alasan yang melatarbelakangi kemunduran dan kemerosotan akhlak yang menimpa anak, bahkan orang tua. Namun yang paling krusial hanya ada satu faktor utama yang menyebabkan krisis adab menimpa anak. Apa itu? Islam tidak dijadikan aturan kehidupan.

Sudah masyhur bahwa hampir satu abad sejak runtuhnya peradaban Islam, aturan Islam dicampakkan dari kehidupan. Sekularisme, yakni pemisahan agama dari kehidupan duniawi sukses mengantar manusia pada aturan yang bebas dibuat ke mana suka, termasuk urusan adab. Aturan Islam yang sengaja ditinggalkan dalam setiap lini kehidupan oleh individu, masyarakat, dan negara menimbulkan banyak persoalan, salah satunya krisis adab pada anak.

Dalam rumah tangga, orang tua yang abai terhadap pendidikan dan pengasuhan sangatlah banyak. Bagi mereka yang berkemampuan, hanya mencukupi anak dengan limpahan harta bak anak sultan saja, tapi niradab. Maka tak ayal, anak akan tumbuh dengan jiwa yang gersang, tak ada empati, dan perilaku menyimpang. Dalam keluarga kurang mampu pun, orang tua banyak yang terlalu sibuk untuk memenuhi kebutuhan perut. Kekhawatiran akan mati kelaparan lebih diutamakan dibandingkan siraman pendidikan dan pengajaran adab pada anak. Anak dibiarkan tumbuh oleh tempaan kehidupan yang keras bak air mengalir. Maka, tak sedikit dijumpai anak ini tumbuh dengan jiwa yang liar.

Kondisi orang tua yang lebih mementingkan kehidupan duniawi merupakan buah dari sekularisme. Belum lagi masyarakat yang mayoritas cuek dan individualistik, mereka hanya mementingkan urusan masing-masing. Ditambah negara yang berlepas tangan dalam utusan kepengasuhan orang tua atas anak. Lengkap sudah, perundungan masa depan anak akan terjadi, yakni anak tumbuh menjadi sosok yang tak peduli keadaan orang lain dan lingkungan sekitar. Saat aturan Islam ditinggalkan dalam kehidupan, maka baik buruk dan terpuji tercela bersandar pada kacamata manusia, bukan pada pandangan Allah. Walhasil, krisis adab tak bisa dihindari.

Anak yang tumbuh dengan kondisi sekularisme akan enteng saat melakukan kesalahan, tak ada rasa malu, apalagi takut dosa. Sekukarisme mendorong anak lebih bebas dalam bertindak tanpa terikat pada aturan Islam ataupin norma sosial yang ada. Sanksi yang diberikan oleh negara kepada anak yang tak beradab hanya rehabilitasi parsial tanpa menyentuh pola pikirnya. Walhasil, anak tetap tumbuh dengan berbagai kesalahan sikap dan perilaku yang minus akhlak. Jadi akar masalah krisis adab ini adalah kompaknya individu, masyarakat, dan negara mengadopsi sekularisme dan mencampakkan aturan Islam.

Dampak yang Akan Menimpa Anak saat Tidak Diajari tentang Adab

Kewajiban orang tua mendidik anak merupakan konsekuensi keimanan yang kelak akan dipertanggungjawabkan. Visi misi pengasuhan dan pendidikan anak haruslah bersandar pada Islam. Adab masuk dalam tatanan hubungan manusia dengan dirinya sendiri yang diatur dalam syariat Islam. Seorang berkata jujur, menyayangi saudara, tidak mudah marah, tidak curang, berhias malu, dan lainnya bukan semata karena hal itu mendatangkan pujian dari orang lain atau membawa maslahat, tapi adab yang baik itu dilakukan karena Allah memerintahkannya. Seorang anak yang ringan beruluk salam pada guru dan memuliakannya, itu juga tidak serta merta, tapi butuh arahan, pengajaran, dan pembiasaam yang harus dibentuk dan dioptimalkan oleh orang terdekat anak, yakni orang tua.

Banyak fenomena seperti yang sudah disebutkan, seperti siswa yang berani melawan dan memukul guru, suka membully dan mengejek teman, atau lainnya itu bisa dibilang tidak ada upaya penanaman adab pada anak. Apabila anak jauh dari pemahaman dan pengajaran tentang adab, maka keburukan akan melingkupinya. Beberapa dampak buruk akan menjadi perilaku anak, di antaranya:

1. Anak akan tumbuh menjadi anak yang minim empati.
Anak tidak akan peduli dengan keadaan orang lain. Rasa belas kasihan juga akan jauh dari dirinya. Egoisme akan mengungkung empatinya sehingga ia bukan hanya cuek, malah bisa saja dia berbuat keji dan dzolim tanpa merasa bersalah.

2. Anak suka menggampangkan atau meremehkan suatu hal atau keadaan.
Anak yang tidak diajari adab, maka dia akan menggampangkan atau meremehkan orang lain ataupun keadaan. Bahkan, dia akan meremehkan orang tua dan gurunya. Anak akan berbuat sesuka hati tanpa pedoman adab yang benar.

3. Anak akan terbiasa dengan suasana keliaran perilaku, jauh dari rasa malu, dan jauh dari sopan santun.
Anak akan jauh dari berkata lembut dan sopan, enggan menghormati orang lain, dan lain sebagainya. Jika anak sudah enggan berhias sopan santun dan rasa malu, maka bisa dipastikan anak akan slenge’an bahkan bersikap barbar atau anarkis dalam menghadapi sebuah persoalan, persoalan kecil sekalipun.

Demikian dampak buruk jika anak tidak dioptimalkan dengan adab. Kepribadian Islam tak akan terwujud. Malah kehancuran bangsa juga akan didapatkan. Apalagi anak adalah generasi penerus bangsa. Ada sebuah kata hikmah:

“Sesungguhnya bangsa itu jaya selama mereka masih mempunyai akhlak yang mulia. Apabila akhlak (yang baik) telah hilang, maka hancurlah bangsa itu!”

Cara Pengoptimalan Adab agar Anak Berkepribadian Islam yang Kuat

Setiap orang tentu berbeda, termasuk antara anak dan orang tua. Namun, pengajaran adab bisa diupayakan oleh orang tua kepada anak sejak dini. Keteladanan dan pembiasaan akhlakul karimah untuk memoles adab anak menjadi peran vital orang tua agar anak berkepribadian Islam yang kokoh. Bagaimanapun kondisi yang dihadapi orang tua, mengajarkan dan memberi keteladanan adab yang baik pada anak tetap wajib hukumnya. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan orang tua untuk mendidik adab pada anak, antara lain:

1. Menanamkan akhlak mulia dengan keteladanan orang tua.
Orang tua wajib memberi keteladanan adab yang baik pada anak. Memberi contoh pada anak dalam aktivitas sehari-hari, insyaAllah akan lebih menancap sebagai ma’lumah sabiqoh yang shohih.

2. Mengenalkan akhlak mulia Nabi dan sahabat
Salah satu cara untuk mengajarkan adab adalah dengan kisah-kisah akhlakul karimah Rasulullah dan para sahabat. Anak cenderung senang saat mendengarkan kisah atau dibacakan kisah nabi dan sahabat. Serta orang tua bisa mendekatkan anak dengan orang-orang yang sholih.

3. Beraktivitas bersama dengan anak.
Aktivitas bersama harus sering dilakukan oleh orang tua agar anak bisa mengihsas secara langsung, bukan hanya teori. Misal adab makan, saat makan bersama, maka anak merekam seutuhnya aktivitas orang tua. Hal ini berkaitan erat dengan keteladanan akhlakul karimah dari orang tua. Demikian pula saat bertamu, anak akan merekam apa yang menjadi suluk orang tua. Adab yang lain pun akan diihsas secara langsung saat anak beraktivitas bersama orang tua.

4. Sounding atau amar ma’ruf.
Orang tua harus bersabar dan sedikit pun tak boleh lelah dalam memberi tahu anak tentang adab. Mana yang boleh dan mana yang tidak boleh harus disounding dengan tegas. Apabila anak keliru, amar ma’ruf harus ditegakkan oleh orang tua dengan cara yang baik. Bahkan, sampai anak baligh pun, orang tua harus amar ma’ruf nahi munkar apabila anak menyimpang dari akhlak mulia.

5. Doa
Senjata kaum muslim adalah doa. Maka orang tua wajib mendoakan anak agar senantiasa dituntun oleh Allah agar berakhlakul karimah.

Demikian beberapa cara untuk menanamkan adab pada anak agar anak tidak krisis adab. Kelak anak yang berakhlakul karimahlah yang akan memiliki kepribadian Islam yang kuat dan insyaAllah akan menjadi pemimpin orang-orang bertaqwa.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi