Ingatlah 5 hal ini Ketika Akan Marah Pada Istri


Oleh: Ustad Iwan Januar

Angry seperti kata pepatah; “Every rose has its torn.” Tak ada pernikahan tanpa pertengkaran.

Hampir selalu ada saja hal yang membuat suami dan istri naik pitam. Urat leher menegang dan denyut darah terasa lebih cepat. Mulai dari persoalan sepele seperti istri menyiapkan kopi, atau kebiasaan suami simpan kaos kaki sembarangan, sampai persoalan besar seperti urusan uang.

Reaksi paling mudah dalam hal ini adalah marah dan marah. melotot dan kata-kata makian dengan suara meninggi segera keluar.

Padahal marah bukanlah solusi. Ia hanya kanal dari kekesalan tapi melewati jalur yang keliru. Rasulullah Saw. mengingatkan bahwa syaitanlah yang membakar api kemarahan kita. Beliau Saw. juga menasihati umatnya agar jangan mudah marah.

Bagi para suami, berhati-hatilah ketika akan melampiaskan amarah pada istri. Selain berpotensi merusak hubungan dalam pernikahan, banyak hal yang mesti diingat tentang kedudukan istri di hadapan Allah Swt. Ya, Islam meletakkan sejumlah perkara pada perempuan yang harus diperhatikan oleh para suami. Dengan mengingat hal ini, semoga kita, para suami, lebih bisa meredam amarah dan bersabar menghadapi persoalan rumah tangga.

Apa sajakah itu gerangan? Ini diantaranya:

Pertama, yakin Anda marah pada hal yang benar atau haq?

Aristoteles mengatakan; marah itu gampang, tapi marah yang tepat dan dalam kadar yang pas adalah susah. Islam menempatkan kapan seorang muslim harus marah dan kapan harus menahan diri. Jangan sampai Anda marah pada hal yang semestinya tidak usah marah, semisal istri lupa menyetrikakan pakaian, menyiapkan sepatu atau gagal memasak.

Marah untuk perkara yang tidak haq, dan kondisi yang tidak haq adalah bentuk kezaliman pada istri. Marah ketika melihat rumah berantakan padahal karena istri sedang lelah karena sakit atau hamil, adalah bentuk kurang empati. Jadi, masih yakin Anda marah pada persoalan yang haq? Allah berfirman:

“Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar (TQS. an-Nisa: 34)

Kedua, istri adalah amanah, Anda berani merusak amanah?

Istri tidak datang begitu saja dalam kehidupan seorang lelaki. Kita, para suami, mengambil istri dari sisi ayah mereka dengan klausul amanah di hadapan Allah dan kedua orang tuanya.

Ya, ketika Anda, para suami, mengucapkan ijab kabul di hadapan wali istri Anda, semestinya jangan tersenyum bahagia dulu, karena sesungguhnya Anda baru saja diberikan amanah yang gunung, langit dan bumi saja menolaknya. Mereka menolak amanah karena khawatir merusak amanah. Perempuan yang sekarang menjadi pendamping hidup Anda, adalah amanah yang berat. Nabi bersabda:

اتَّقُوا اللَّهَ فِى النِّسَاءِ فَإِنَّكُمْ أَخَذْتُمُوهُنَّ بِأَمَانَةِ اللَّهِ

“Bertakwalah pada Allah dalam urusan perempuan, karena sesungguhnya kalian mengambil mereka sebagai amanah dari Allah.” (HR. Abu Daud).

Marah pada istri, apalagi karena urusan sepele atau dalam hal yang sebenarnya bisa dicari jalan keluarnya. Bila begitu, maka sebenarnya suami sudah menjadi pengkhianat dalam rumah tangga yang merusak amanah besar itu.

Ketiga, istri adalah kaca, marah berarti meremukkannya. Rasulullah SAW. mengumpamakan perempuan seperti kaca. Sabdanya:
]ارْفَقْ بِالْقَوارِيْرِ

“Lembutlah kepada kaca-kaca (maksudnya para wanita).” (HR Al-Bukhari).

Berkata Al-Qodhi ‘Iyadh,

“Para wanita disamakan dengan kaca karena lemahnya hati mereka.” (Masyariqol Anwaar II/177)

Demikianlah, Allah telah menciptakan wanita dengan penuh kelembutan dan kelemahan. Hati mereka lemah sehingga sangat perasa. Mudah tersinggung, namun senang dipuji. Mudah berburuk sangka, mudah cemburu, mudah menangis, demikianlah wanita.

Membentak istri, memakinya, mencelanya, sama halnya meremukkan sebuah kaca. Hatinya akan lekas berkeping-keping, dan sekalipun bisa disatukan kembali tetap meninggalkan bekas serpihan padanya.

Keempat, perempuan adalah tulang rusuk yang bengkok, jangan sampai mematahkannya.

Ada tabiat pada perempuan yang berbeda dengan lelaki. Perempuan diberikan karakter seperti tulang rusuk yang bengkok. Sabda Nabi SAW.:

« اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ ، فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ ، وَإِنَّ أَعْوَجَ شَىْءٍ فِى الضِّلَعِ أَعْلاَهُ ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ ، وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ ، فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ »

“Berbuat baiklah kepada wanita, karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas.Maka sikapilah para wanita dengan baik.” (HR al-Bukhari)

Imam Ibnu Hajar dalam Fathul Bari-nya menyatakan bahwa faidah hadits:

“Wanita diciptakan dari tulang rusuk yang paling bengkok.”

Adalah, agar para suami tidak mengingkari bahwa pada istri-istri mereka ada kekurangan maka janganlah memaksa mereka untuk lurus sebagaimana tulang rusuk tidak akan pernah bisa lurus.

Karenanya Imam an-Nawawiy dalam syarah Imam Muslim menerangkan bahwa Nabi Saw. dalam hadits ini memberikan arahan pada para suami agar bersikap lembut pada mereka, berbaik-baik sikap, bersabar menghadapi kurang baiknya sikap mereka dan kelemahan akal mereka, dan tidak suka bila para suami menalak mereka tanpa alasan.

Kelima, dibalik kekurangan Istri, Allah simpan kebaikan yang banyak.

Boleh jadi, istri kita tidak sesempurna atau seideal yang diharapkan. Ada kelemahan dan keburukan di sana dan di sini. Namun Allah Swt. mengingatkan bahwa dibalik ketidaksenangan suami terhadap kekurangan istrinya, sesungguhnya Allah akan jadikan kebaikan yang banyak. FirmanNya:

“Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.;(TQS. an-Nisa: 19)

Ayat ini mengingatkan para suami agar tidak mudah marah menghadapi kelemahan istri, mencela kekurangan mereka, karena sebenarnya Allah memberikan sisi kebaikan yang amat banyak padanya, yang kadang tak terlihat atau terlupakan oleh suami. Sebagaimana peringatan dari Nabi Saw.

« لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِىَ مِنْهَا آخَرَ »

“Janganlah seorang mukmin membenci seorang perempuan beriman, karena jika ia membenci sebagian perilaku darinya, (bisa jadi) ia rida atau senang dengan bagian yang lain.” (HR. Muslim).
Wallahu a’lam.

Sumber : iwanjanuar.com

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi