Oleh. Abdullah M
Jantungku berderap kencang sampai tak terasa air mata mulai membasahi pipi. Hari itu, aku mengantar anakku ke stasiun untuk kembali ke pondoknya di Jombang.
Sesampai di stasiun, ada butiran air mata mengalir di mata anak kesayannganku. Sang penghafal Al-Qur’an, kebanggaan keluarga kami. Tapi hari itu, di stasiun dia meneteskan air matanya, sambil berucap, “Abi…, aku nggak mau mondok lagi.” Dia menfucapkannya sembari berlinang air matanya. Bagai disambar petir, buah hati kebanggaan kami menangis berlinangan air mata, tdk mau kembali ke pondoknya.
Aku bertanya, “Kenapa nak?, ngga mau balik ke pondok?”
“Abi…,” sambil air mata semakin deras mengalir dari matanya, “hafalanku hilang…,” isak tangisnya semakin keras.
“Aku kayak bingung setiap menghafal dan mengikuti kajian kitab, aku kayak orang bingung,” Dengan isakan tangis yang semakin keras.
Tak terasa, aku pun ikut menangis, “Ada apa anakku? Ada apa?”
“Ngga tahu Abi, hafalanku hilang, aq tidak bisa menghafal lagi.”
Kuputuskan untuk mengantar anaku ke pondok, “Nak, niatkan menuntut ilmu dengan benar, berdo’a pada Allah agar diberi kemudahan dlm menhafal Qur’an dan mengkaji kitab.”
Sepulang mengantar anakku, aku pun mulai berpikir dan berdiskusi dengan istri tercinta. Karena buah hatiku adalah pnghafal Al-Qur’an terbaik di angkatannya. Namun, pada saat aku antarkan ke pondok, aku jadi tahu, buah hatiku hafalan qur’anny yg paling sedikit dibandingkn dengan teman-temannya.
Kudiskusikn dengan istriku, kenapa bisa, anak kami seperti itu? Sampai pada satu kesimpulan, apa karena usaha server pulsaku yang sejak awal kurintis, tidak pernah bersentuhan dengan si Abang, namun pada saat konsumen bertambah banyak, akhirnya aku terima dana dari si Abang untuk penambahan modal.
Hari-hari kami lalui dengan keresahan, memikirkan anak di pondok dan mulai sadar, ke mana uang usaha yang seharusnya secara hitung-hitungan berrtambah banyak keuntungannya, tapikok tidak ada uangnya. Keresahan semakin mendalam, sampai seakan aku ‘malas’ untuk menjalankn usaha, hanya nonton youtube setiap hari. Kemudian aku menonton pembahasan RIBA di channel KSW, aku pun coba mncari tahu apa itu KSW.
Singkatnya kudapatkn informasi, ada agenda SMHTR (Sukses Memgembangkan Harta Tanpa Riba) pada tanggal 11-12 Okt di Tasikmalaya. Kupersiapkn keberangkatan ke Tasik, sore aku sudah siap untuk memulai perjalanan dengan bus dari kota kecilku Cilacap. Namun, yang biasanya ada Bus, sampai menjelang maghrib, tepatnya hari Selasa (10 Oktober), bus tak kunjung datang. Tukang ojek menyampaikn sdh tdk ada Bus lagi, kecuali harus ke Purwokerto, itu pun kalo cukup waktu untuk mengejar Bus Purwokerto-Bandung. Allah kuli hal, Allah memberikan kesempatan aku untuk hadir, pikirku, karena aku mendapatkn Bus terakhir jurusan Bandung. Kuhubungi panitia, bagaimana aku nanti menginap dan ke mana tujuanku karena aku tidak tahu kota Tasik. Beruntung ada penumpang yang turun di Tasik, hingga aku pun ikut turun.
Dari panitia, aku rencananya dijemput, turun dari Bus, ada orang yang memanggilku, ayo Bapak, aku pun mengikutinya ke sepeda motor dan menaikinya, keresahan mulai datang, kok ngga sampai-sampak, padahal kata panitia dekat alamat tempat menginapku. Kutanyakan pada penjemputku, “Bapak…, kok ngga sampai-sampai? Katanya dekat.”
Baru bapak tadi menjawab, “Lho… ini bapak mau kemana?, saya tukang ojek.”
Astaghfirrallah… saya kira panitia yg menjemputku. Ya Robb, pertanda apakah ini, dari Cilacap sampe Tasik kok seperti ini? Namun, kemudian kuminta Pak Ojek mengantar ke alamat yang diberi panitia. Malam itu aku merenung, “Ya Allah, untuk mengikuti SMHTR kok seperti ini perjalananku. Ya Allah, mudahkan untuk menyelesaikn utang-utang ribaku, bisa jadi karena riba yang kujalani, anakku ‘sang penghafal Al-Qur’an menjadi korbannya. Karena kelakuaan Abinya yang makan riba, anakku susah untuk menghafal dan bahkan hilang hafalan Al-Qur’annya.”
#Hari 1
Hari yg istimewa bagiku, sayang istri tercinta tidak hadir, karena menggantikan posisiku mengurusi pekerjaan yg seharusnya kulakukan. Pmbelajaran istimewa dari Ust. Samsul Arifin, membenarkan semua yang akualami, yahhh tabiat buruk utang. Gamblang itu aku alami dan dapatkan di usahaku yang dibangun dari utang dan RIBA.
#Hari 2
Air mata tak hentinya mengalir setelah tahu, dosa bagi para pengutang dan orang yang membangun usahanya dengan riba, sangat NgeRIBAngett pokoknya. Coach Jula, mulai menyadarkn aku, ini penyebab anakku hilang hafalan Qur’annya, tidak fokus seperti orang terkena penyakit ayan dalam menghafalkan Al-Qur’an. Dari pagi sampai sore, air mata ini menetes, membayangkan dosa dan akibatnya pada orang-orang tercintaku.
Alhamdulillah…, di sesi terakhir Coach Jula dan Ust. Samsul memberikn solusi atas problem yg dahsyaat ini. Hingga aku berazzam untuk segera menjual rumah dan segera menyelesaikn utang dan riba. Di samping itu, aku menggunakan ilmu-ilmu baru untuk fokus mengembangkn usaha.
Terima kasih Ust. Samsul, Coach Jula, panitia, dan dua shahabat baruku. Akhirnya, HIDAYAH itu terkejar.