DO’A MUQTABAS: MENJADI PRIBADI DAN KELUARGA TERDEPAN DALAM KEBENARAN DAN KEBAIKAN


Catatan Sekilas Irfan Abu Naveed

Salah satu do’a agung yang menjadi inspirasi do’a untuk anak adalah do’a muqtabas (balaghah: dinukilkan dan dijadikan sebagai bagian dari ucapan do’a)[1] yang diajarkan dalam Al-Qur’an, Surat Al-Furqân [25]: 74:

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Ya Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”

Dimana potongan ayat di atas, bagian dari perincian sifat-sifat ‘ibâd al-rahmân (hamba-hamba Allah yang shalih). Menariknya, secara balaghi, ayat ini mengajarkan:

Pertama, Kedekatan dengan Allah, menunjukkan bahwa seseorang yang menjadi orangtua, wajib dekat dengan Allah termasuk dalam perkara yang berkaitan dengan anak-anaknya, dan bahwa do’a harus dipanjatkan dengan qalbu yang khusyu’, dekat dengan Allah, ditandai lafal rabbanâ, yang tidak didahului oleh harf al-nidâ’ (misalnya lafal: yâ) [2];

Kedua, Kepedulian, mengajak sebanyak-banyaknya orang dalam do’a yang penuh kebaikan, ditandai bentuk nahnu (kami) yang disisipkan dalam kata-kata ganti dalam do’a, bukan lagi berbicara anâ (aku, keakuan), menegasikan egosentrisme, shalih sendiri;

Ketiga, Tingginya cita-cita (‘uluww al-himmah), menjadi insan terdepan dalam kebaikan, karena lafal “imâm[an]”, menunjukkan pribadi yang diikuti, ada ma’mum di belakangnya yang meneladani ketakwaannya kepada Allah. Menariknya, dalam do’a ini terkandung qashr (pengkhususan) [3], bahwa kita hanya meminta dijadikan teladan, pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa, bukan teladan keburukan bagi orang-orang yang durhaka dengan kedurhakaannya. Tingginya cita-cita dan upaya (himmah) itu sendiri, menjadi ciri tingginya keimanan, dalam atsarnya Ali bin Abi Thalib r.a. bertutur:

«عُلُوُّ الهِمَّةِ مِن الإِيْمَانِ»
“Tingginya himmah, bagian dari keimanan.”

وبالله التوفيق
والله أعلم بالصواب

Catatan Kaki:
[1] Balaghah Iqtibas diulas dalam ilmu al-Balaghah, khususnya ilmu al-Badi’.
[2] Masalah ini telah diulas guru kami, Prof. Dr. Ayman Amin ‘Abdul Ghani dalam kitabnya, Al-Kâfî fî al-Balâghah, yang juga kami jadikan sebagai bahan ajar di Ma’had Cinta Quran Center, Mata Kuliah Ilmu Balaghah.
[3] Ini diulas dalam ilmu al-Balaghah, khususnya ilmu al-Ma’any.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi