Oleh. Nunik Umma Fayha
(Kontributor MazayaPost.com)
UNRWA (United Nations Relief and Works), badan PBB urusan pengungsi Palestina, secara resmi dilarang beroperasi di wilayah jajaran Zionis dan yang wilayah yang diduduki oleh pemerintah pendudukan dengan disahkannya UU pelarangan oleh Knesset atau parlemen Zionis Israel. Badan PBB ini dituduh terlibat aktivitas milisi Hamas pada serangan 7 Oktober 2023 lalu (cnnindonesia.com, 29/10/2024). Juru bicara UNRWA Juliette Touma menyebut lucu karena (Israel) negara anggota PBB berupaya membubarkan badan PBB. Lebih lanjut disebutkan bahwa UNRWA adalah badan utama yang menyediakan tempat berlindung, makanan dan layanan kesehatan primer di Palestina (news.detik.com, 29/10/2024). UU ini dihasilkan setelah voting Knesset dan didukung oleh partai-partai oposisi Israel seperti National Unity, Yisrael Beytenu, dan Yesh Atid (cnnindonesia.com, 29/10/2024).
Zionis ternyata memang sejak lama ingin membubarkan UNRWA dan akhirnya mendapat momentum sejak agresi ke Gaza. Mantan penasihat umum UNRWA, Lex Takkenberg, menyebut I
srael telah berkali-kali menyerang PBB bahkan pernah menuntut pembubaran Majelis Umum PBB. Menurutnya, penjajah Zionis harus mendapat tindakan tegas, seperti dikutip Al-Jazeera, Selasa, 29 Oktober lalu (kompas.tv, 29/10/2024).
Kehabisan Akal
Apa yang dilakukan Zionis-Israel di Gaza sudah jelas merupakan genosida. Mereka menutup semua akses kebutuhan esensial rakyat Gaza mulai dari kebutuhan pangan, air bersih, kesehatan juga pendidikan. Menurut logika dengan keadaan serba terjepit dan tidak mendapat dukungan dari luar akan dengan cepat melumpuhkan Gaza. Asumsi mereka rakyat yang tidak lagi memiliki sarana hidup memadai akan menyerah dan mengungsi ke luar. Tetapi dengan pertolongan Allah, justru keyakinan Muslimin Gaza akan janji Allah makin kuat. Mereka lebih memilih syahid di tanah yang mereka cintai, tanah yang mereka yakini harus diperjuangkan sebagai pembuktian atas bisyarah Rasulullah yang kelak akan menjadi pusat kejayaan Islam.
Penjajah Palestina, Zionis, yang marah mendapat serangan mendadak dari brigade Al-Qassam pada 7 Oktober 2023 lalu kewalahan. Kesombongan mereka tersodok oleh ulah para mujahid pemberani. Segala cara mereka lakukan. Tembakan roket, kendaraan tempur sampai bom fosfor putih dikerahkan menyerbu Gaza. Mereka menganggap remeh Palestina, menganggap enteng Gaza, tetapi ternyata setahun berlalu meski luluh lantak, Gaza, Palestina, masih berdiri tegak perkasa.
Menghadapi kedigdayaan Gaza yang telah mereka hancurkan kotanya, penduduknya mereka giring sampai ke sudut, pangan mereka blokade, semua sarana kebutuhan esensial dihancurkan, tetapi semangat dan keberaniannya tak surut bahkan semakin menguat ternyata membuat jerih Israel. Nyawa bagi bangsa Palestina tidak ada artinya. Memilih syahid daripada menyerah. Sementara tentara IDF mereka dalam ketakutan sebab tampak perang tak berkesudahan.
Zionis Israel tampak kehabisan akal sehingga semua nereka musuhi. UNRWA yang menjadi penyokong utama kebutuhan hidup esensial Gaza sehingga bisa tetap bertahan harus dihentikan mereka mau hentikan. Mereka berpikir Gaza akan menyerah tanpa dukungan badan PBB tersebut. Tujuan mereka tetap satu, musnahkan atau usir rakyat Gaza dari bumi Palestina yang mereka klaim sebagai tanah yang dijanjikan. Bahkan, Zionis Israel saat ini sudah secara terbuka bahkan di sidang Majelis Umum PBB, menyebut Palestina adalah wilayah Israel Raya.
Apa Kabar Muslimin Dunia?
Berita terbunuhnya muslim Palestina setiap hari memenuhi ruang publik, tetapi tak jua membuat dunia bergerak nyata. Negeri-negeri muslim tidak juga mengirimkan tentaranya, senjata militernya untuk mengusir penjajah Palestina. Para pemimpinnya justru asyik dengan urusan negeri dan kroninya. Mereka tidak menganggap penting untuk benar-benar memutuskan hubungan apa pun dengan Israel termasuk hubungan dagang. Arab Saudi bahkan bersemangat menginisiasi pertemuan perdana aliansi khusus guna mendesak pendirian Negara Palestina (cnbcindonesia.com, 30/10/2024).
Palestina telah 76 tahun dijajah dan dari dulu tidak ada solusi bagi kemerdekaannya yang hakiki. Kalaupun PBB mengakui hanyalah sebatas pengakuan di atas kertas. Di lapang, tetap saja Palestina berada di bawah hegemoni Zionis-Israel. Setiap urusannya menjadi masalah bagi si penjajah itu. Belum lagi wilayahnya yang terpisah menjadi 2 otoritas Gaza dan Tepi Barat sangat berpotensi nantinya dijadikan dua negara terpisah mengingat saat ini kedua wilayah berada di bawah pemerintahan berbeda, Hamas dan Fatah.
Palestina yang terjajah semenjak Zionis-Israel dengan sokongan penuh Inggris dan kemudian Amerika, Perancis dan Barat pada umumnya, memproklamasikan Negara Israel. Palestina tidak akan mendapat kebebasan selama memakai solusi yang dunia sodorkan. Nation State, solusi 2 Negara, bukanlah yang dibutuhkan Palestina. Sebab keserakahan Zionis-Israel tidak akan membuat mereka diam dengan lepasnya Palestina dari hegemoni mereka. Sebab mimpi Israel Raya tidak akan terwujud selama Palestina ‘bebas’.
Palestina butuh solusi lebih mendasar bukan sekadar keluarnya Zionis Israel dari Gaza dan Tepi Barat. Butuh negara besar berdaulat yang menjerihkan Barat dan Israel dan itu hanya ada pada institusi Khilafah. Negara yang menjadi junnah bagi seluruh muslim sedunia, yang menjadi pembela dan periayah umat. Khilafah tidak akan membiarkan umat dalam kesusahan dan ketertindasan.
Sayangnya, saat ini mayoritas umat masih berada dalam mode utopis, menganggap Khilafah tidak mungkin tegak kembali bahkan hanya menganggap sebagai kisah sejarah belaka. Mereka lupa bahwa salah satu bagian penting dari mengimani Allah dan Rasulullah adalah percaya bahwa setiap janji Allah pasti akan terjadi dengan atau tanpa peran mereka. Bila suatu generasi melepas peran maka akan Allah ganti dengan generasi yang lebih baik yang berjuang mewujudkan bisyarah Rasul dengan segenap kemampuan.
Al-Fatih hanyalah muara dari segenap usaha umat ratusan tahun sebelumnya yang berjuang mewujudkan janji penaklukan Konstantinopel. Kini di depan mata kita masih ada bisyarah yang belum terwujud dan membutuhkan kerja keras dan persatuan umat yaitu penegakan Khilafah yang akan membebaskan umat Islam di Palestina dan negeri-negeri muslim lain yang terjajah baik fisik maupun ruhiyahnya. Akankah kita berdiam diri dan hanya menunggu tertunaikannya janji itu padahal Allah memberi kesempatan luas bagi kita untuk menjadi bagian penegakannya. Sungguh Khilafah pasti akan tegak meski kita diam. Yang harus kita sadari apakah akan kita abaikan kesempatan dari Allah untuk bersama berjuang.
Wallahu musta’an.