Karlina Asri Ayuningtyas
Yang paling ditakuti Raja durjana itu bukanlah tentara yang kuat, atau senjata hebat, yang paling ditakuti seorang Raja zalim itu adalah Rakyat yang berakal sehat.
Dulu namrudz selalu mendoktrin rakyatnya bahwa dia itu bisa menghidupkan dan mematikan, dia menganggap dirinya tuhan, dia lalu membuktikannya dengan memanggil dua orang, yang satu dibunuhnya, satunya lagi dibiarkan hidup. Inilah “mematikan dan menghidupkan” versi namrudz.
Nabi Ibrahim tidak mau debat panjang-lebar, beliau cukup men-challenge namrudz dengan pertanyaan sederhana saja: “Tuhanku bisa menerbitkan matahari dari Timur, coba kamu sekarang terbitkan matahari dari Barat!” namrudz pun terdiem mingkem, kalo dalam bahasa Al-Qur`an, pakai redaksi majhul “Fabuhita” (langsung tercengang kaget sekaligus bingung mau jawab apa) bukan hanya sekedar “sakata” (diam).
Namrudz pun kalah argumen, jati dirinya terekspos, rakyat pun tahu bahwa otaknya ternyata tak sebesar mulutnya, ia pun kalap, dan demi menyelamatkan wajahnya, ia lekas memerintahkan bawahannya untuk membakar Nabi Ibrahim hidup-hidup.
Cerita serupa juga dialami oleh cucu jauh Nabi Ibrahim —dari jalur Nabi Ishaq— yaitu Nabi Musa saat berhadapan dengan raja Mesir, fir’aun.
Fir’aun selalu merasa bahwa dirinya memiliki segala kekuatan di negaranya, ia menantang Nabi Musa dengan keyakinan bahwa Nabi Musa pasti akan kalah, lalu diperintahkanlah seluruh penyihir kerajaan untuk melawannya. Hasilnya ternyata di luar ekspektasi. Nabi Musa menang, sedangkan para penyihir fir’aun kalah telak dan bahkan mereka malah bertauhid. Fir’aun kaget, lalu bilang: “Kalian beriman kepada Musa sebelum aku kasih izin kepada kalian?”
Orang mau beriman aja harus izin ke dia, padahal iman itu pekerjaan hati, apalagi kalo orang mau ngomong (pekerjaan mulut), mungkin harus masukin dulu berkas ke “Badan Sensor Perkataan Rakyat!”
Fir’aun kalap. Para mantan penyihir itu pun dibunuh semua. Mereka disalib secara bersilang di pangkal pohon Kurma!
Selain kepada fir’aun, Nabi Musa juga diutus kepada haman dan qarun.
Ini ayat cakep banget. Coba simak baik-baik:
“Dan sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang NYATA — kepada Fir’aun, Haman dan Qarun; maka mereka berkata: ‘(Musa) adalah seorang ahli sihir yang pendusta’.” (QS. Ghafir: 23-24).
Fir’aun itu representasi raja zalim. Haman itu penjilat sekaligus penasihat raja. Sedangkan qarun itu milyuner lintah darat..
Ketiga kompak bilang kalau Nabi Musa itu Pendusta dan tukang Hoax. Memang kapasitas mereka hanya sebatas itu. Nuduh orang lain hoax, tapi tak pernah bisa membantah Bukti yang Nyata. Padahal bukti yang dibawa Nabi Musa itu Konkret, Empiris dan dapat dicerna panca indra, tapi tetap saja tiga orang itu hanya bisa ngeyel: “Itu Hoax! Dasar pendusta!” Lebih anehnya lagi, ternyata tentara pendukung garis keras fir’aun itu banyak juga, mereka bahkan siap membela fir’aun sampai mati di laut merah!
Beda halnya dengan Raja yang Bijak dan Berakal Sehat.
Dulu, Burung Hud-hud pernah bilang ke Nabi Sulaiman: “…’Aku telah mengetahui sesuatu YANG KAMU BELUM MENGETAHUINYA; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini’.” (QS. An-Naml: 22).
Saat dapat info dan masukan dari rakyatnya (yang bahkan hanya seekor burung), Nabi Sulaiman tak merasa gengsi untuk menerimanya. Beliau sangat responsif, langsung kroscek lapangan, bermusyawarah sama rakyatnya dan langsung ambil tindakan untuk menindaklanjutinya. Jadi, setelah dapat BUKTI YANG NYATA, beliau tidak pura-pura bodoh seperti fir’aun dan namrudz, apalagi sampai menuduh burung Hud-hud sebagai tukang Hoax!
Jadi, yang paling ditakuti raja zalim itu bukan pasukan yang kuat atau senjata yang hebat, yang ditakuti raja psikopat itu adalah Rakyat yang berakal sehat. Karena rakyat yang berakal sehat itu mampu membongkar kebohongannya, dan itu dapat membuatnya kehilangan kepercayaan sekaligus kekuasaan, maka dari itu, seorang raja kalo sudah panik, dia akan menggila…