Oleh HM Ali Moeslim
BARAT mengalami kekhawatiran melihat kebangkitan Islam di seluruh dunia yang ini terlihat dari berbagai hasil survei dunia, Karena itu upaya membendung kebangkitan Islam ini adalah dengan me-meta-kan kekuatan yang berkembang. Merangkul yang akan dijadikan sebagai teman (pendekatan carrot) dan memukul yang dijadikan sebagai musuh (pendekatan stick).
Wortel dan Pentungan (bahasa Inggris: carrot and stick) adalah metafora untuk penggunaan kombinasi antara hadiah dan hukuman untuk mendorong perilaku yang diinginkan.
Dalam politik , Pentungan (stick) dan Wortel (carrot) terkadang merujuk pada konsep realis tentang kekuatan lunak dan keras, sikap atau tindakan Penguasa terhadap kekuatan lain yang dianggap lawan, setidaknya “merecoki” ambisi politik.
Di Indonesia saja, masa sebelum kemerdekaan, upaya menjadikan Islam dalam kendali atau cengkraman ala Barat telah dilakukan, misalnya perkataan Snouck Hurgronje; ““Yang harus ditakuti oleh Pemerintah Hindia Belanda “bukan Islam sebagai agama, tetapi Islam sebagai doktrin politik”. (Islam Politik) biasanya dipimpin oleh minoritas kecil ulama yang fanatic, yakni mereka yang membaktikan diri kepada cita-cita Pan-Islamisme, yang jika pengaruhnya menyebar ke desa-desa akan sangat berbahaya.
Karena itu disarankan supaya pemerintah “bertindak netral terhadap Islam sebagai agama (ritual) dan tegas kepada doktrin politiknya (Islam Politik).
Kutipan Snouck menggambarkan doktrin sekulerisme, paham yang memisahkan agama dari kehidupan (termasuk politik), yang harus diterapkan pada Islam, agar tidak menjadi kekuatan yang membahayakan kepentingan kolonial penjajah Belanda.
Artinya sejak zaman Belanda upaya untuk mengkerdilkan Islam sudah berlangsung di bawah arahan Snouck Hurgronje. Belanda mendukung pengembangan agama dalam bidang ritual, tetapi mencegahnya untuk berperan dalam bidang politik
Pada tahun 1924, saat mengomentari keruntuhan khalifah Islamiyyah terakhir di Turqi, Lord Curzon Menteri Luar Negeri Inggris berkata: “The point at issue is that Turkey has been destroyed and shall never rise again, because we have destroyed her spiritual power: the Caliphate and Islam.” Curzon juga memberikan peringatan, “Kita harus mengakhiri segala hal yang dapat membangkitkan kesatuan Islam pada anak-anak Islam.”
Pada tahun 2007, dalam buku Building Moderate Muslim Network, Benard memaparkan strategi untuk membangun jaringan Muslim moderat pro-Barat di seluruh dunia. Strategi ini disusun atas pembiayaan Smith Foundation dan Rand Corporation yang berafiliasi ke Zionisme Internasional.
Apa agenda dan strategi utama, dalam kedua buku dari Rand Corp tersebut? Secara singkat ada tiga poin utama.
Pertama: Upaya umat Islam untuk kembali pada kemurnian ajaran setelah periode keterbelakangan dan ketidakberdayaan Dunia Islam yang panjang dipandang sebagai suatu ancaman bagi Barat, terhadap peradaban dunia modern dan bisa mengantarkan pada benturan peradaban (clash of civilization).
Kedua: supaya tidak menjadi ancaman, Dunia Islam harus dibuat ramah terhadap demokrasi dan modernitas (termasuk reorientasi, reaktualisasi, dan rekontekstualisasi Islam) serta mematuhi aturan-aturan internasional untuk menciptakan perdamaian global.
Ketiga: diperlukan pemetaan kekuatan dan pemilahan kelompok Islam untuk mengetahui siapa kawan dan lawan bagi Barat, mana yang ingin diperkuat, siapa akan dijadikan anak didik (diberi wortel), siapa yang akan dihantam (dipukul Pentungan) dan pengaturan strategi dengan pengolahan sumber daya yang ada di Dunia Islam.
Bagaimana detail strategi Barat menghalangi tegaknya Islam dan Khilafah menurut Rand Corporation ini? Mereka melakukan upaya memecah-belah umat dengan melakukan klasifikasi terhadap umat Islam berdasarkan kecenderungan dan sikap politik mereka terhadap Barat dan nilai-nilai demokrasi. Umat Islam dibagi ke dalam empat kelompok.
Pertama: Kelompok Fundamentalis, yang menolak nilai-nilai demokrasi dan kebudayaan Barat kontemporer. Menginginkan sebuah negara otoriter yang puritan yang akan dapat menerapkan hukum Islam yang ekstrem dan moralitas.
Kedua: Kelompok Tradisionalis, yang menginginkan suatu masyarakat yang konservatif. Mereka mencurigai modernitas, inovasi, dan perubahan.
Ketiga, Kelompok Modernis, yang ingin Dunia Islam menjadi bagian modernitas global. Mereka ingin memodernkan dan mereformasi Islam dan menyesuaikannya dengan zaman.
Keempat, Kelompok Sekularis, yang ingin Dunia Islam dapat menerima pemisahan antara agama dan negara dengan cara seperti yang dilakukan negara-negara demokrasi industri Barat, dengan agama dibatasi pada lingkup pribadi.
Setelah membagi-bagi umat Islam atas empat kelompok itu, langkah berikutnya yang direkomendasi Rand Corporation adalah politik wortel dan pentungan. Mendukung satu pihak dan menjatuhkan pihak lain, lalu membentrokkan antar kelompok tersebut, intinya sebagai berikut;
Pertama, mendukung kelompok modernis. Kedua, mendukung kelompok tradisionalis melawan kelompok fundamentalis. Ketiga, menghadapi dan melawan kelompok fundamentalis. Keempat, secara selektif mendukung kaum sekular.
Intinya mereka ingin membentuk ’‘Islam ala Rand Corp”, yang tunduk kepada Barat dan dalam kendali Barat. Melumpuhkan konsep kunci dalam Islam, seperti jihad dan khilafah. Menafsirkan ulang (rekontekstualisasi atau reaktulisasi) fikih islam. Mendorong moderasi beragama yang pada hakikatnya adalah sekuleristik dalam beragama. Mengokohkan sekulerisme Barat. Menurut mereka, agama hanya menjadi insipirasi bukan aspirasi. Agama tidak relevan untuk mengatur kehidupan.
Bagaimana Umat Harus Bersikap? Umat Islam harus terus waspada, bersikap kritis dan menolak tegas ber-Islam “ala” Rand Corp., namun ber-Islam secara Kaffah. Umat Islam harus terus berjuang secara kolektif secara pemikiran dan politik. Mereka harus memfokuskan dakwahnya dalam rangka melanjutkan kehidupan Islam (isti’naful hayatil Islam), melalui tegaknya syariah Islam secara kaffah di bawah naungan institusi syar’i warisan Nabi yakni Khilafah Islamiyah.
Bandung, 19 Agustus 2024/14 Safar 1446