Wajah Pendidikan Sekuler, Pelajar Berprofesi Begal


(Oleh: Muthi Idris, Penulis Opini Islam)

Kali ini aksi begal yang dilakukan pelajar dengan jumlah 23 pelajar di Medan, Sumatera Utara, berhasil terekam kamera CCTV, bahkan vidionya beredar dan sempat viral di media sosial. Sehingga hal ini menjadi laporan dan barang bukti yang cukup untuk menangkap para pelaku.

Senjata tajam celurit dan tongkat baseball digunakan sebagai senjata untuk menakuti hingga menganiaya korban. Dalam kasus kali ini tidak ada korban jiwa, korban hanya mengalami luka-luka pukulan. (cnnindonesia.com, 28/10/2022)

Sebelum dilakukan penangkapan terhadap pelaku, 2 motor hasil begal telah berhasil mereka jual dan hasilnya sudah mereka bagi rata. (detik.com, 31/10/2022)

Ini bukan kasus pertama. Diantara mereka ada yang sudah melakukan begal berulang kali, motivasi melakukan begal adalah untuk membeli jaket yang sudah didambakan. Lagi-lagi mereka tidak sendiri, selalu berkomplotan, terencana, membagi-bagi tugas dan hasil begal. Menurut remaja pelaku begal dari Bekasi, satu kali melakukan aksi begal berkomplot itu ia mendapatkan 300 ribu. (bekasi24jam.com, 7/8/2022)

Dapat dipastikan kasus begal di kalangan pelajar ini bak fenomena gunung es, sangat banyak, turun-temurun atau dilanjutkan oleh generasi selanjutnya. Dalam setiap kasus, yang pelakunya berhasil ditangkap, sayangnya, pelaku tetap dibebaskan, tidak ada hukuman yang memberikan efek jera. Atas nama remaja, masih dalam pengawasan orang tua, maka belum bisa dikenakan sanksi.

Seharusnya tindak kriminal yang semisal tidak terjadi atau kalau pun terjadi kasusnya minim, sebab sudah ada pencegahannya berupa pendidikan atau edukasi, kesadaran yang berakar pada keimanan yang kuat.

Sistem pendidikan apa yang sebenarnya sedang diterapkan, sehingga justru banyak lahir para begal didalamnya?

Coba kita lihat bagaimana kita sekolah dulu? Praktik curang semisal menyontek adalah budaya buruk yang sudah biasa. Maka wajar jika dimasa depan, saat mereka menjabat mereka bergelar pendidikan tinggi tapi sekaligus bergelar koruptor.

Hal itu menjadi gambaran sederhana bahwa, sistem pendidikan di negara ini tidak menerapkan sistem pendidikan yang benar (sahih), tapi sistem pendidikan sekuler. Baik sistem bernegara mapun sistem pendidikannya dijauhkan dari nilai-nilai agama, nilai-nilai keimanan, jauh dari sikap jujur, perilaku ihsan, bertakwa.

Hanya dengan kokohnya nilai keimanan, akan menjaganya dari berbagai kemaksiyatan, dosa dan berbagai tindakan kriminal. Mereka selalu takut dan selalu berhati-hati dalam bertindak, mereka sadar akan pengawasan Allah Swt. yang tak akan pernah amalnya luput sedikitpun, tentang catatan amal, tetang hisab dan hari akhir.

Ada apa sebenarnya dengan sistem pendidikan di negeri ini?

Mari kita lihat agenda besar yang dicanangkan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim, yaitu Moderasi Islam dalam dunia pendidikan.

Moderasi Islam atau Islam moderat adalah bagian dari rangkaian proses sekulerisasi pemikiran Islam di tengah-tengah umat, yang di beri warna baru dan lebih menarik.

Tujuan dari Islam moderat antara lain, membangun Islam yang inklusif (terbuka), toleran terhadap berbagai ajaran agama lain, menyusupkan paham semua agama benar (pluralisme).

Dan, orang yang menyebut dirinya sebagai muslim moderat akan menolak penerapan Islam kaffah, toleran terhadap penyimpangan akidah, memaklumi kemaksiyatan dan menganggap aturan Islam sama dengan aturan lain.

Sungguh ini sebuah musibah besar bagi para pemuda hari ini, pantas saja mereka semakin banyak mengalami kekacauan, berperilaku kriminal, sebab mereka terus dijauhkan dari ajaran agama yang akan mebentenginya.

Tidak ada singkronisasi antara masalah dan solusi yang ditawarkan oleh sistem pendidikan sekuler, selain mempertegas bahwa, pemerintah tidak pernah serius ingin menyelesaikan permasalahan kriminalitas remaja kecuali hanya untuk mengokohkan hegemoni kapitalisme atas negeri ini dan umatnya.

Dengan sistem Kapitalisme sekuler ini, jangankan pelajar yang melakukan tindak kriminal begal, kejahatan demi kejahatan lain akan terus terjadi, bahkan hingga di level pemeritah pun biasa mejalankan kejahatan berupa, budaya korupsi.

Lalu, bagaimana jika sistem Islam diterapkan? Ia akan menjadi tindakan preventif sekaligus kuratif dalam berbagai permasalahan pelajar, ataupun permasalahan yang menimpa umat secara keseluruhan.

Sistem pendidikan Islam akan menjadi solusi atas permasalahan moralitas, hingga kriminalitas, di dalamnya akan lahir generasi-generasi Islam, bertakwa dan memiliki akhlak terbaik.

Namun, sistem pendidikan Islam pun tidak bisa berdiri sendiri, keberadaannya tetap perlu di topang oleh sistem Islam yang diterapkan secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Baik politik ekonominya, sosialnya dan pemerintahannya yakni sistem pemerintahan Islam atau Khilafah.

Hanya sistem Islam yang mampu menjamin keamananan dan kemakmuran seluruh rakyatnya, sebab negara mengemban sistem Ekonomi Islam. Dengan begitu, ketika sebuah negara mampu menjamin kemakmuran, maka dapat dipastikan negara tersebut akan aman.

Dalam sistem Kapitalisme kemakmuran menjadi sebuah ilusi, karena diperjuangkan oleh individu bukan dari negara. Maka wajar berbagai cara dilakukan individu, bahkan para pelajarnya sebab mereka jauh dari kata makmur, yang terpenuhi segala kebutuhannya.

Maka, sebagai seorang muslim seharusnya mengembalikan permasalahan yang membelenggu, baik dalam urusan sistem pendidikan, pergaulan hingga urusan politik, tetap menjadikan Islam sebagai solusinya. Wallahu a’lam bis shawab

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi