Tradisi Bencana Buah Sistem Kapitalisme

Reni Nuraeni
Dramaga Bogor

Setiap tahun, bencana alam yang terjadi di Indonesia terus mengalami peningkatan, seakan menjadi tradisi tahunan tiap kali musim penghujan. Bencana terjadi di sejumlah daerah seperti yang terjadi di Riau. Di provinsi tersebut, tercatat sedikitnya 6000 orang mengungsi akibat rumah, lahan, dan tempat usaha mereka terendam banjir. Jumlah pengungsi bahkan terus bertambah mencapai 6.467 jiwa. Bencana serupa juga terjadi di kabupaten Bandung akibat dari meluapnya sungai Citarum dan jebolnya tanggul anak sungai Cikapundung tepatnya di kampung Bojong asih kecamatan Dayeuhkolot (beritasatu.com, 11/1/2024). Tidak ketinggalan juga di ibu kota, banjir menggenangi lima rukun tetangga (RT) dan enam ruas jalan yang terendam.

Indonesia merupakan satu dari 35 negara yang berpotensi risiko bencananya paling tinggi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat terdapat 267 orang meninggal dunia, 33 orang hilang, 5785 orang mengalami luka-luka serta 9.002.975 orang menderita dan mengungsi. Pada periode 2023, tercatat 34.832 rumah, 426 fasilitas pendidikan, 72 fasilitas kesehatan, 380 fasilitas peribadatan mengalami kerusakan akibat bencana alam, selain itu kerusakan terjadi pada 127 kantor dan 249 jembatan (CNN Indonesia,12/1/2024).

Harusnya pembangunan wilayah dilakukan dengan perencanaan secara komprehensif dan mendalam supaya banjir tidak terjadi lagi, karena hal itu sangat erat kaitannya. Kerusakan tata kota secara keseluruhan terjadi dalam berbagai bentuk seperti alih fungsi lahan pembangunan wilayah perkotaan, daerah tujuan wisata dan sebagainya. Semua itu terjadi karena buah dari sistem kapitalisme. Karena sistem ini adalah sistem rusak dan merusak yang abai terhadap lingkungan dan mengutamakan keuntungan semata.

Di dalam Islam, penguasa menjalankan kebijakan berdasarkan aturan Allah dan rasul-Nya. Khalifah akan membangun infrastruktur berdasarkan skala prioritas dan semuanya rakyat lah yg menjadi prioritas utama menegakkan kemaslahatan dan menghindari kemafsadatan (kerusakan).

Tujuan pembangunannya bertujuan untuk kepentingan umat, mengurangi pengangguran, mengentaskan kemiskinan, memacu pertumbuhan perekonomian, memudahkan kehidupan umat dan tidak menguntungkan satu pihak saja. Maka dengan hal itu, dapat terwujud kesejahteraan rakyat, karena dalam pembangunannya mempertimbangkan kemaslahatan masyarakat dan memperhatikan lingkungan agar senantiasa terjaga.

 

 

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi