Oleh. Cahya Lailatul Fitriyah
Sejumlah pernyataan yang memicu amarah negara lain adalah pernyataan yang mengolok ngolok Al-Qur’an, menghina baginda Rasulullah saw serta meminta penghormatan terhadap kepercayaan dari agama tertentu. Hal ini menyulut emosi sebuah negara, salah satunya adalah Qatar yang menuntut India meminta maaf atas komentarnya tentang islamophobianya tersebut saat wakil presiden India mengunjungi Qatar untuk bekerja sama di bidang perdagangan. Tidak hanya Qatar, Kuwait bereaksi dengan menyuarakan aksi boikot terhadap produk India.
Banyak juga negara negara lain yang memprotes dan menyuarakan aksi boikot terhadap produk India seperti; Arab Saudi, Yordania, Iran, Iraq, Pakistan, Turki, Indonesia dan Malaysia. Indonesia sendiri telah memanggil utusan India di Jakarta atas pernyataan menghina yang dibuat tentang Nabi Muhammad oleh dua pejabat partai yang berkuasa di negara Asia Selatan tepatnya pada hari senin 06 juni 2022.
Disisi lain bentrokan berdarah antara dua kelompok agama di India, Hindu dan Muslim, telah menelan dua korban jiwa. Sementara itu banyak yang terluka dan ratusan orang ditahan oleh polisi.
Korban tewas merupakan dua remaja. Belum diketahui penyebab keduanya meninggal, apakah oleh polisi atau perusuh.
Bentrokan bermula dari aksi protes umat Hindu atas komentar dua pejabat Bharatiya Janata Party (BJP) yang menghina Nabi Muhammad dan mendiskreditkan Islam. Hal itu memicu kritik terhadap India, baik dari dalam maupun luar negeri.
BJP sendiri telah menangguhkan jurubicaranya Nupur Sharma dan memecat Naveen Kumar Jindal, karena membuat pernyataan anti-Islam.
Penghinaan berulang terhadap kehormatan Islam dan kaum muslim, penghinaan terhadap Rasulullah terus berulang di sistem sekuler. Bagaimana tidak pasalnya kaum muslim di negara manapun telah kehilangan temeng terkuatnya. Beragam Tindakan protes dan boikot tidak mampu hentikan kecuali oleh negara yang berbasis syariat dan memiliki kekuatan menggentarkan rezim Hindu radikal di India.
Penistaan agama bisa dimaknai; penghinaan dan pencemoohan terhadap Allah SWT, atau penghinaan dan ejekan terhadap Rasulullah saw, atau penghinaan terhadap ajaran Islam termasuk Khilafah.
Penistaan agama tentu banyak bentuknya. Bisa dalam bentuk melecehkan dan menjelek Islam, hukum syariatnya seperti; menghalalkan riba, mengharamkan dakwah, mengolok ngolok jilbab, kerudung dan kewajiban menutup aurat, menghina hukum potong tangan, qishas, rajam dan lain sebagainya.
Cermin keimanan dan keislaman seseorang adalah memuliakan Islam, hukum syariah dan ajaran Islam. Hal tersebut di dorong oleh ketakwaan yang ada dalam dirinya. Tentu saja, kita jangan sampai mendukung orang yang melakukan penistaan agama islam atau bahkan termasuk pelakunya.
Jatuhnya korban puluhan muslim terluka dan 2 pemuda syahid seharusnya menguatkan dorongan muslim Bersatu membangun kekuatan politik Islam.
Semua problematika umat di atas lahir dari pencampakan hukum Allah SWT Dzat Mahatahu diganti dengan penerapan hukum buatan manusia yang memang serba lemah. Hasilnya, ya, munculnya problematika tadi akibat akar persoalan tak diselesaikan dengan benar. Jadi, seluruh problematika tersebut hanyalah cabang dari problematika utama, yaitu mengembalikan hukum Allah SWT sebagai pemutus segala persoalan hidup umat manusia dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Itulah simpul segala problema yang melanda kaum muslimin. Sebab seluruh syariat Allah SWT merupakan obat atas berbagai penyakit yang diderita umat ini (QS. Al Isra 82). Lantas, dengan apakah Islam dapat di terapkan secara menyeluruh (kaffah)?)
Khilafah merupakan kekuatan politik praktis yang berfungsi untuk menerapkan dan memberlakukan hukum-hukum Islam, dan mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia. Dengan Khilafah, terjaminlah seluruh kebutuhan umat manusia.
Maka dari itu, sudah sepantasnya kita sebagai kaum muslim untuk berusaha melanjutkan kehidupan Islam dengan berdakwah kepada umat dan menyerukan kepada mereka untuk menjalankan syariat Allah SWT secara kaffah dengan menerapkan sistem pemerintahan Islam yakni Khilafah ‘ala min hajinnubuwwah. Allahuakbar.