Tawuran Marak, Kapitalisme Gagal Mencetak Generasi Berprestasi

Tawuran pelajar terjadi kembali di berbagai daerah. Mirisnya, hal ini terjadi di awal tahun ajaran baru. Sebanyak 20 pelajar menangis massal dan bersimpuh di kaki orang tua mereka, saat dipertemukan di polsek Gunung Putri, kabupaten Bogor Jawa barat (23/7/2023).

Para remaja yang rata-rata baru saja masuk di bangku kelas 1 Sekolah Menengah Atas (SMA) ini sebelumnya diamankan karena hendak tawuran dengan membawa senjata tajam. Polsek Bekasi timur mengamankan 17 orang remaja yang terlibat tawuran di jalan Raya Mustikasari, Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Rawa Lembu, Kota Bekasi, Jawa Barat. Tawuran itu menyebabkan 1 orang meninggal dunia dan 1 orang terluka akibat sabetan senjata tajam rabu (26/7/2023).

Aksi tawuran juga terjadi di jalan Purworejo-Magelang km 16, Dusun Simpu, Desa ketosari, kecamatan Bener kabupaten purworejo jawa tengah pada senin (17/7/2023) sore. Diduga pelaku adalah pelajar SMK di purworejo dan magelang. Dari beberapa kasus tawuran yang terjadi di berbagai daerah tersebut, menunjukkan lemahnya kepribadian anak remaja saat ini serta potret buram sistem pendidikan yang diterapkan karena berbasis sistem sekuler kapitalisme. Sekolah seharusnya menjadi tempat menimba ilmu dan punya peranan penting dalam mendidik anak agar mampu mencetak generasi berprestasi, tetapi malah menjadi tempat terjadinya tindak kriminal, bullying bahkan aksi tawuran.

Sistem sekuler kapitalisme berasaskan materi dan menjauhkan agama dari kehidupan sehingga mayoritas masyarakat pun cuek dan tidak peduli terhadap sesama dan lingkungan sekitar. Juga tidak ada lagi saling mengingatkan jika ada seseorang yang melakukan kesalahan. Bisa dikatakan, masyarakat kapitalis gagal menyuasanakan generasi agar tumbuh dalam ketakwaan.

Tentu saja ini semua terjadi karena negara membiarkan masyarakat hidup tanpa pemahaman yang benar. Meskipun ada fasilitas berupa pendidikan agama, tetapi sistem yang diterapkan berbasis sekuler dan pendidikan yang diberikan pun hanya sedikit. Hal ini meniscayakan pendidikan sekarang tidak akan bisa mencetak generasi yang berkepribadian Islam. Alhasil, wajar kalau generasi sekarang banyak yang krisis jati diri dan hobi tawuran.

Solusi untuk menghilangkan budaya tawuran ini hanyalah dengan mengubah pandangan hidup yang salah menjadi pandangan hidup yang benar dan mengikuti ajaran Rasulullah, yakni sesuai dengan syariat Islam. Hal itu semua hanya ada dalam sistem Islam. Islam punya peraturan yang lengkap, termasuk bagaimana seharusnya mendidik generasi supaya menjadi generasi yang bertakwa.

Semua tertuang dalam sistem pendidikan Islam. Di sini, mereka akan diberikan pendidikan tentang agama, pengetahuan, serta teknologi. Namun demikian, mereka tetap harus terikat hukum syarak sehingga mereka tahu mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk.

Oleh karena itu, mereka akan paham tawuran adalah perbuatan tercela, dan mereka tidak akan menyalurkan potensinya untuk berbuat kerusakan seperti itu bahkan mencelakai sesama. Mereka akan mencurahkan waktu dan tenaganya untuk aktivitas yang bermanfaat dan berpahala. Sehingga, ketika sistem pendidikan islam ini diterapkan, akan banyak generasi yang berpotensi menjadi kalangan ulama-ulama besar bahkan ilmuwan polimer pun akan dihasilkan dalam sistem pendidikan Islam ini.

Demikian pula jika seluruh peraturan Islam diterapkan dalam bingkai Khilafah maka akan terciptalah masyarakat dan lingkungan yang islami. Lingkungan yang akan menyuasanakan generasi agar tumbuh dan berkembang dalam ketaatan. Karena di dalamnya, ada semangat amar makruf nahi munkar.

Masyarakat diikat dengan ikatan akidah Islam. Jika ada pihak yang berkonflik, masyarakat akan membantu untuk mendamaikan. Dalam sistem Islam, masyarakat akan berlomba-lomba dalam kebaikan bukan malah membiarkan kemaksiatan itu terjadi dalam lingkungan masyarakat.

Namun, suasana islami ini tidak mungkin dapat tumbuh dengan sendirinya, butuh dukungan negara untuk merubah sistem sekuler kapitalis yang ada saat ini, dan menggantinya dengan sistem Islam. Hanya dengan Islam kita mampu menyelamatkan para generasi bangsa dari kerusakan moral, kriminalitas, dan krisis jati diri. Islam akan menciptakan generasi islami yang berpotensi dan berprestasi. Wallahu a’lam bishshowwab.

Yani, Bogor

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi