Oleh. Dewi Utami, S.Pd.I.
(Pemerhati Remaja Kotawaringin Timur)
Generasi kembali didera masalah, terlihat tawuran antara generasi makin merebah. Bahkan aksi tawuran dilakukan dengan cara kekinian, lebih mirisnya lagi aksi tersebut dilakukan hanya untuk mendapatkan cuan. Hal ini menunjukkan rusaknya generasi dan jelas menunjukan betapa rusaknya cara pandang generasi yang menganggap kebahagiaan hanya berdasarkan materi semata.
Enam orang remaja anggota gangster yang menamai diri “Pasukan Angin Malam” diringkus polisi, Kamis (27/6/20324). Mereka diringkus saat hendak tawuran di sekitar kawasan Sidotopo Dipo, Surabaya, Kamis (27/6/2024) dini hari. Enam pemuda itu adalah, AZZ (20) warga Rusun Sumbo blok B Surabaya, NFH (15) warga Tuwuh Kali Rejo, RA (15) warga Tuwuwoh 3F, INF (14) warga Kapasan Dalam Gang 3, LI (13) warga Jalan Wonokusumonjaya 10 dan MHH (16) warga Wonokusumo Bakti 1 Surabaya (idntimes.com, 27/6/2024).
Aksi tawuran lagi-lagi pecah di Jalan Basuki Rahmat (Bassura), Cipinang Besar Utara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Dugaan sengaja buat mencari cuan melalui medsos pun muncul dibalik terjadinya aksi tawuran.
Diketahui, tawuran tersebut melibatkan warga RW 01 dan RW 02 pada Kamis (27/6), sekitar pukul 05.30 WIB. Para pelaku tawuran itu menggunakan berbagai benda, seperti batu, petasan, dan senjata tajam.Tawuran kali ini terjadi dipicu warga saling ejek. Pada awal tahun lalu, telah dibuat deklarasi damai buntut terjadinya tawuran serupa
(detik.com, 30/6/2024)
Aksi tawuran antara geng motor kembali terjadi di wilayah Ciomas. Sebanyak 8 pelaku yang masih usia remaja itu kini ditangkap Polsek Ciomas. Kapolsek Ciomas Kompol Iwan Wahyudi mengatakan, penangkapan para anggota geng motor itu dilakukan saat pihaknya tengah melaksanakan operasi pekat pada Minggu (30/6/2024) dini hari. Mereka diamankan di Gang Abadi Desa Kotabatu, Ciomas usai terlibat tawuran (radarbogor.jawapos.com, 30/6/2024).
Sekularisme Mengikis Moral Generasi
Makin maraknya aksi tawuran membuktikan bahwa umat saat ini tengah dalam keadaan krisis akidah. Paham sekularisme telah merasuk dalam tubuh kaum muslim. Yang mana setiap aktivitasnya hanya berlandaskan atas asas manfaat semata. Umat memandang bahwa tujuan dari hidupnya hanya untuk mengejar kesenangan duniawi, yaitu dengan menjadikan materi sebagai tolok ukur dalam kebahagiaan hidupnya.
Wajar saja jika tawuran makin merebak bahkan sampai dijadikan konten, dan menjadikan aksi tersebut sebagai pilihan untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya. Meskipun hal itu sangat jelas akan mencelakai orang maupun dirinya sendiri. Dan tentu, perbuatan tersebut adalah perbuatan yang dilarang keras oleh agama.
Inilah rusaknya sistem sekularisme, kehidupan manusia makin dijauhkan dari agamanya sendiri. Umat dibutakan dari kemuliaan hukum agamanya sendiri. Berbagai propaganda terus-menerus di gencarkan oleh musuh-musuh Islam untuk memadamkan cahaya Islam. Umat digiring untuk mencintai dan mengambil ide-ide kufur dalam mengatur kehidupannya. Bahkan diadopsi oleh negara dalam memimpin rakyatnya.
Secara fakta sistem pendidikan ala sekularisme yang diterapkan oleh negara telah gagal mencetak generasi yang berakhlak mulia. Meskipun kurikulum pendidikan terus mengalami perubahan. Yang ada justru tingkat kenakalan generasi semakin meningkat. Generasi sangat jauh dari harapan dan cita-cita yaitu sebagai ujung tombak peradaban.
Selain itu, negara telah gagal menciptakan ketahanan sebuah keluarga dalam mencetak generasi yang berakhlak mulia. Minimnya edukasi bagi setiap anggota keluarga dalam menjalankan perannya masing-masing. Walhasil, setiap anggota keluarga hanya sibuk dalam urusan dunia.
Dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat, negara pun masih tidak maksimal. Masyarakat harus berjuang keras untuk mendapat penghidupan. Lebih mirisnya, banyak kejahatan yang merebak, salah satu faktor dari susahnya mencari penghidupan dengan cara yang halal, sehingga jalan satu-satunya yang ditempuh diantaranya dengan membuat konten tawuran. Yang mana mereka dengan sangat bebas melakukan aksinya tersebut. Karena hukum yang diterapkan oleh negara tidak mampu memberikan efek jera.
Islam Menciptakan Keharmonisan Hidup Masyarakat
Dalam Islam, negara adalah pihak yang bertanggung jawab atas segala urusan rakyatnya. Sabda Rasulullah saw., “Sesungguhnya kepemimpinan merupakan sebuah amanah, di mana kelak di hari kiamat akan mengakibatkan kerugian dan penyesalan. Kecuali mereka melaksanakannya dengan cara baik, serta dapat menjalankan amanahnya sebagai pemimpin.” (HR. Bukhari)
Negara menciptakan sistem pendidikan yang berbasis Islam. Kurikulum pendidikan harus mempunyai tujuan yang jelas yaitu membentuk peserta didik agar mempunyai kepribadian Islam, menguasai pengetahuan Islam, menguasai ilmu kehidupan (sains, teknologi dan keahlian yang memadai). Dalam hal ini juga negara harus memberikan fasilitas yang memadai dengan biaya yang terjangkau maupun secara cuma-cuma. Sehingga semua masyarakat akan mudah menjangkau akses pendidikan tersebut.
Dalam perekonomian, negara hanya mengatur dengan sistem Islam. Yang mana negara melindungi hak atas harta milik individu, umum, dan negara. Harta milik umum dikelola oleh negara tanpa melibatkan asing, aseng, maupun swasta yang hasilnya digunakan untuk menyejahterakan semua rakyat. Di antaranya: menyediakan sumber penghidupan mulai dari sandang, pangan, papan. Negara juga menyediakan pendidikan yang berkualitas, menyediakan pelayanan kesehatan dengan tenaga medis yang profesional dilengkapi dengan kemajuan teknologinya, serta membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya bagi masyarakat, khususnya bagi para laki-laki yang berkewajiban mencari nafkah untuk keluarganya, dan fasilitas-fasilitas umum lainnya.
Negara tidak diperbolehkan membebani rakyat dengan berbagai macam pungutan atau kebijakan-kebijakan lainnya yang merugikan rakyat. Sehingga, seorang ibu bisa optimal menjalankan perannya sebagai tempat pertama pendidikan bagi anaknya sekaligus pengatur rumah tangga.
Untuk menghindarkan rakyat dari segala bentuk kemaksiatan dan kejahatan, negara wajib memberikan edukasi, kontrol, dan hukuman yang membuat efek jera sekaligus penebusan dosa kelak diakhirat. Dengan demikian, akan tercipta suasana kehidupan masyarakat yang harmonis, aman, bahagia dunia dan diakhirat. Serta mampu melahirkan generasi penerus bangsa yang senantiasa taat kepada Allah Swt. Wallahualam.