Tanpa Junnah, Umat Islam Senantiasa Teraniaya

Oleh. Asma Sulistiawati
(Pegiat Literasi)

Setidaknya 150 warga sipil dari minoritas muslim Rohingya di Myanmar diperkirakan meninggal dalam serangan artileri dan pesawat tak berawak di negara bagian Rakhine, Myanmar. Diduga tentara Arakan, sayap militer kelompok etnis Rakhine di negara bagian itu yang melakukan serangan. Namun, mereka membantah bertanggung jawab atas serangan tersebut (Tribunnews, 11/08/2024).

Tak hanya muslim di Rakhine, Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan, Sabtu (10/8), bahwa sedikitnya 90 orang tewas dalam serangan Zionis Yahudi terhadap sebuah sekolah yang menampung pengungsi di wilayah Palestina yang terkepung. Badan tersebut mengatakan tiga roket Zionis menghantam sekolah di Kota Gaza, menggambarkan insiden tersebut sebagai “pembantaian yang mengerikan.” Sejumlah jenazah terbakar (Voaindonesia, 10/08/2024).

Pemberitaan mengenai pembantaian kaum muslim di Rohingnya dan Gaza seakan tak ada habisnya. Dunia pun seakan hanya menonton atas penderitaan dan pembantaian tersebut. Negara-negara di dunia, tak terkecuali negeri muslim sekadar mengecam hal itu dan sebatas memberi bantuan berupa makanan ataupun obat-obatan.

Serangan yang dialami kaum muslim di Rohingya dan Gaza tentu sangat menyesakkan dada. Bagaimana tidak, penyerangan dan pembantain tersebut mereka alami bukan sekali dua kali saja. Sehingga seolah tak ada kedamaian yang mereka dapatkan dalam menjalani kehidupan normal manusia pada umumnya.

Pun negeri lain bukan tak membantu persoalan negeri tersebut, tetapi bantuannya tak mampu membantu persoalan utama yang mereka hadapi. Bagaimana tidak, karena bantuan yang mereka dapatkan berupa makanan dan obat-obatan, walaupun hal itu dibutuhkan pula. Padahal derita yang mereka alami berupa serangan fisik. Jadi, jika serangan fisik yang mereka dapatkan, lalu negeri lain membantu berupa sandang dan pangan. Apakah hal itu mampu membantu menyelesaikan masalah mereka?

Selain itu, di manakah para aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) yang selama ini senantiasa berkoar-koar dalam menyuarakan HAM, jika ada yang mendapatkan perlakuan diskriminasi atau ketidakadilan? Apakah memang itu tak berlaku bagi kaum muslim di dunia, tak terkecuali Rohingya dan Gaza?

Tak ketinggalan di mana peran Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) selama ini? Bukankah tujuan utama PBB di antaranya adalah menjaga perdamaian dan keamanan dunia dan menyediakan bantuan kemanusiaan apabila terjadi kelaparan, bencana alam, dan konflik bersenjata. Sayangnya, hal itu tak berlaku untuk kaum muslim di dunia dan Rohingya serta Gaza.

Jika sudah seperti itu, ke manakah kaum muslim Rohingya dan Gaza akan meminta bantuan untuk menyelesaikan masalah mereka? Apalagi permasalahan yang selama ini mereka dapatkan telah terjadi secara berulang-ulang, tanpa tahu kapan akan berakhir penderitaan yang mereka alami. Sungguh sangat menyedihkan.

Beginilah nasib umat akan terus terpuruk selama tidak ada junnah bagi kaum muslim di manapun, sehingga kaum muslim akan selalu tertindas di mana saja.

Padahal dalam Islam, umat Islam digambarkan bagaikan satu tubuh. Sebagaimana hadis Rasulullah saw., “Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling mencintai, saling menyayangi dan mengasihi adalah seperti satu tubuh, bila ada salah satu anggota tubuh mengaduh kesakitan, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakannya, yaitu dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam hadis tersebut mengajarkan bahwa kaum mukmin seharusnya secara otomatis mampu merasakan penderitaan dan kesulitan yang dialami saudaranya yang lain. Sambil ia berusaha agar penderitaan dan kesulitan saudaranya itu berkurang hingga hilang semuanya. Lalu bagaimana dengan kondisi kaum muslim saat ini, apakah telah seperti yang disabdakan oleh Rasulullah saw? Jika melihat penderitaan demi penderitaan yang dialami oleh rakyat Palestina dan kaum muslim Rohingya, tampaknya usaha yang dilakukan kaum muslim di negeri lain belum begitu berarti. Karena bantuan yang diberikan bukan untuk menghilangkan serangan yang mereka alami, tetapi lebih pada bantuan pengobatan, makanan, dan yang menujang kehidupan mereka.

Dari itu, sudah seharusnya kaum muslim bersatu untuk berusaha membantu saudara mereka. Terutama mengirimkan tentara kaum muslim dalam membantu perjuangan mereka. Hal itu pun didukung oleh pemimpin yang merupakan perisai. Sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Sesungguhnya imam (pemimpin) adalah perisai, orang-orang akan berperang di belakangnya dan menjadikannya pelindung.” (HR. Muslim)

Hal itu tentu hanya mampu direalisasikan, jika aturan Allah Swt. dapat diterapkan dalam seluruh kehidupan dan dalam naungan sistem Islam. Oleh karena itu, begitu sulit menghilangkan penderitaan rakyat Palestina dan muslim Rohingya, jika sistem yang ada jauh dari harapan umat. Maka dari itu, sudah saatnya kaum muslim kembali pada sistem yang bertumpu pada aturan Allah Swt. yang diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sehingga tak ada lagi umat Islam yang teraniaya. Wallahualam.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi