Oleh. Cahya Lailatul Fitriyah
(Aktivis Pelajar Peduli Bangsa)
Baris-barisan bak pepohonan dalam hutan, Penduduk Madinah tampaknya sangat senang menyambut kepala negara pertamanya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan tak sedikit yang menyusun syair, di antaranya berbunyi “Thola’al Badru ‘Alaina” (telah muncul bulan purnama di antara kita).
Tahun pertama Hijriah tak lepas dari peristiwa momentum hijrah Rasulullah..hal ini bermula dari sejarah di mana para sahabat berkumpul untuk menentukan tahun pertama Hijriah: ada yang mengusulkan tahun pertama Hijriah adalah saat Nuzulul Quran, ada yang mengusulkan pula hari wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, ada juga yang mengusulkan di hari lahirnya Rasulullah, sampai Ali Bin Abi Thalib mengusulkan tahun 1 Hijriah bertepatan dengan peristiwa hijrah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, di mana usulannyalah yang kemudian diputuskan menjadi tahun pertama Hijriah.
Ngomong-ngomong, saat tahun Hijriah, tahun ini diawali bulan Muharam dan diakhiri bulan Zulhijah. Di bulan Muharam inilah, umat Rasulullah mengenang peristiwa hijrah.
Dalam acara dialog Muharam, Ustaz Rokhmat S.Labib mengatakan bahwa hijrah adalah kalau “Al khuruju min Daril Kufri ila Daril Islam”( keluar dari negara kafir menuju negara Islam). Setiap manusia memiliki titik kejenuhan yang mengharuskan mereka untuk melakukan perubahan, di sisi lain berubah menjadi lebih baik adalah suatu keharusan.
Berubah menjadi baik itu sangat dianjurkan dalam Islam. Namun baiknya, seseorang secara individual tidak cukup untuk membuat perubahan struktural, berubah menjadi baik secara individual belum bisa dikategorikan hijrah sebagaimana hijrah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sebagaimana firman Allah di dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah suatu kaum sampai mereka mengubah diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’du: 11)
Maka dari itu, mulailah dari mengubah keadaan diri sendiri lalu mengubah orang lain. Keluar dari Darul Kufri menuju Darul Islam yakni hanya terdapat dalam negara Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah.
Wallahu a’lam bi ash-shawab.