Tahun Baru Hijriyah, Alarm untuk Berubah


Oleh : Haniah Hamidah

Bulan Muharram telah tiba. Kaum Muslimin bersuka cita menyambut tahun baru Islam di depan mata. Menjadi kilas balik kisah Nabi Muhammad Saw. yang berhijrah bersama kaum Muhajirin dari Mekah menuju Madinah. Kemudian di Madinah-lah, Islam dapat tegak berdiri. Kokoh dasarnya, jauh capaiannya, dan luas sebarannya.

Menjadi kisah nyata yang luar biasa. Bagaimana sebuah peradaban baru lahir dari sebuah kota kecil yang diapit dua kekuatan besar Romawi dan Persia. Lantas kemudian menyebar luas hingga menguasai hampir dua pertiga dunia.

Namun, apalah arti tahun baru tanpa berganti sesuatu. Nyatanya, tahun baru Islam pun tak lantas membuat wajah Islam semakin baik seiring waktu. Kian tahun, malah kian kusut. Kondisi kaum muslimin pun carut-marut tak bersatu.

Perpecahan umat akibat sekat bangsa-bangsa. Ukhuwwah Islam jadi tak terasa. Sebagian besar dari mereka terseret arus. Termakan janji-janji Kapitalis yang begitu halus.

Di sisi lain, kaum Muslimin tertimpa rentetan masalah. Kemiskinan merajalela, pendidikan tak merata, hilangnya rasa aman, minimnya penjagaan Aqidah, kesenjangan ekonomi antara si kaya dan miskin semakin jauh, dan komplek masalah lainnya. Disinilah anjloknya kaum Muslimin dibanding dengan zaman pemerintahan Nabi Muhammad SAW.

Tak jauh berbeda dari kaum muslimin, kondisi negeri-negeri Islam pun begitu. Kapitalis sekuler masih jadi sistem nomor satu. Jauh dari sistem milik Allah yang sesuai untuk tiap tempat dan waktu. Ditambah lagi, orang-orang sekuler menjadi penguasa disitu.

Sumber hukum Islam, Al-Qur’an pun jadi sasaran penistaan. Sudah berapa kali kita dengar kasus pembakaran Al-Qur’an di negeri-negeri Kafir sana? Yang paling baru adalah di Swedia, kembali terjadi insiden pembakaran kitab suci Al Quran.

Dilansir dari cnbcindonesia.com, kali ini penistaan kitab suci itu dilakukan Salwan Momika, seorang pria asal Irak. Ia menggunakan izin yang telah disetujui sebelumnya dari pejabat kota Stockholm untuk membakar halaman-halaman Al-Qur’an di luar masjid pusat kota, selama perayaan Idul Adha, 28 Juni lalu. Sungguh dihinakan Islam.

Ditengah keterpurukan Islam dan kaum muslimin, di tengah bulan Muharram sebagai awal tahun baru Islam. Tidakkah kita pikir kita butuh sebuah perubahan? Sudah pasti, perubahan tak dapat dielakkan. Perubahan harus dilakukan, demi Islam dan masa depan. Namun, pertanyaannya kini, apakah sudah ada tujuan?

Maka jelas sudah tujuan daripada kehidupan ini, adalah dalam Al-Quran .S. Adz-Dzariyaat ayat 56:

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”
Lantas dilengkapi oleh Allah SWT lewat Q.S. Al-Baqarah ayat 208:

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”

Jelas sudah tujuan hidup kaum muslimin serta perintah masuk Islam secara keseluruhan, yakni Islam sampai ke ranah kehidupan dunia. Bukan hanya sekedar pembahasan akhirat saja. Islam bukan hanya agama, melainkan adalah sebuah ideologi yang datang dari Sang Pencipta. Islam untuk urusan spiritual dan politik, artinya peraturan Islam tersebut merata ke seluruh aspek kehidupan.

Pertanyaan selanjutnya adalah, lantas jalan perubahan seperti apa yang dan menuju kepada Islam dan kemenangannya? Maka disinilah poin pembelajaran daripada peristiwa hijrah tersebut. Yakni, berubah dan mencari jalan benar menuju perubahan.

Kita masih ingat apa alasan Nabi Muhammad Saw. lantas berhijrah meninggalkan Mekah yang notabenenya sebagai kampung halaman beliau. Islam ditolak di Tanah Suci. Orang-orang Kafir Quraisy menolak keras, menyiksa, sampai memboikot kaum muslimin. Mereka tak ingin agama nenek moyang mereka diganti dengan agama yang hanya menyembah Allah semata.

Kaum Quraish tetap dalam kejahilannya, tak mau meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruknya, menolak sistem Islam yang mulia. Maka Rasulullah Saw. tak melihat kesempatan untuk tegaknya Islam di tanah kelahiran beliau.

Satu-satunya spirit utama dalam hidup Nabi Muhammad Saw. adalah kemenangan Islam. Maka lewat kabar gembira dari Mush’ab bin Umair yang berhasil mendakwahkan Islam di Yastrib, Rasulullah Saw. memutuskan untuk hijrah kesana bersama kaum muslimin.

Karena orang-orang suku Aus dan Khazraj telah menerima Rasulullah dan apa yang beliau bawa, yakni, Islam. Inilah pertolongan Allah di bumi-Nya. Maka tegaklah Daulah Islam yang pertama kali oleh Rasulullah Saw. di Madinah Al-Munawwarah.

Sistem Islam dengan institusinya Khilafah, tegak secara keseluruhan dengan sempuna. Jauh daripada sistem jahiliyyah dengan berhala-berhalanya.

Inilah esensi luarbiasa dari hijrah Rasulullah Saw. Berubah dari keburukan menuju kebaikan. Dari sistem jahiliyah menuju sistem Islam. Dari Islam yang setengah-setengah menuju Islam Kaffah.

Harapannya, tahun baru Islam menjadi momentum terbukanya awal perjuangan kembali. Untuk berubah dari sistem kufur ke sistem Islam. bangkitnya kaum muslim, dengan tegaknya Islam dan segala kemuliaan di dalamnya, dengan berhijrah secara kaffah.

Wallahua’lam bis shawwab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi